"Ayah bukanlah ayah kandungmu, Shakila," ucap Zayyan sendu dan mata berkaca-kaca.
Bagai petir di siang bolong, Shakila tidak percaya dengan yang diucapkan oleh laki-laki yang membesarkan dan mendidiknya selama ini.
"Ibumu di talak di malam pertama setelah ayahmu menidurinya," lanjut Zayyan yang kini tidak bisa menahan air matanya. Dia ingat bagaimana hancurnya Almahira sampai berniat bunuh diri.
Karena membutuhkan ayah kandungnya untuk menjadi wali nikah, Shakila pun mencari Arya Wirawardana. Namun, bagaimana jika posisi dirinya sudah ditempati oleh orang lain yang mengaku sebagai putri kandung satu-satunya dari keluarga Wirawardana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Titik Terang
"Kakek." Lingga ingin mendengar kepastian.
"Iya, sebentar. Kamu ini tidak sabaran sekali. Padahal papa dan mamamu adalah orang-orang yang sabar," gerutu Kakek Rama.
"Sifat tak sabaran aku turunan dari Kakek. Nenek sering bilang seperti itu," balas Lingga.
"Kalau begitu cepat bawa kakek ke dalam rumah!" titah laki-laki tua itu kepada sang cucu.
"E, Kek ... apa aku juga bisa ikut?" tanya Shakila dengan malu-malu.
Lingga, Kenzo, dan Kakek Rama melihat ke arah gadis berjilbab merah itu. Mereka mengerutkan kening karena tidak paham maksud Shakila.
"Sebenarnya aku adalah putri kandung Arya Wirawardana dan Almahira Khairunnisa," lanjut Shakila.
"Apa?" Ketiga laki-laki itu terkejut.
"Jangan bohong kamu!" Lingga menatap tajam.
"Bukannya anak Pak Arya itu Silvia?" lanjut Kenzo.
"Aku tidak bohong. Hanya ayah sambungku yang tahu ini. Karena dia adalah orang yang merawat dan menjaga ibu setelah diceraikan Papa, eh, Pak Arya. Awalnya aku sendiri juga tidak percaya, tapi keadaan yang memaksa aku untuk mencari dirinya."
Shakila tidak tahu apakah ini benar atau salah memberi tahu identitas asli kepada mereka bertiga. Namun, di sudut hatinya dia percaya kalau mereka bukanlah orang jahat yang ingin mencelakai dirinya.
"Pantas saja aku merasa tidak asing sama wajah kamu. Rupanya kamu anak Almahira," kata Kakek Rama.
"Kakek, kenal sama ibuku?" tanya Shakila tidak menyangka.
"Tentu saja kenal," jawab Kakek Rama. "Dulu, Gunadarma suka curhat punya asisten yang pekerja keras dan cerdas, walau masih muda yang namanya Almahira. Dia sering bilang akan menjodohkan cucunya kepada gadis itu. Kakek juga sering bertemu dengan Almahira ketika menjalin kerjasama dengan perusahaan Gunadarma."
Mata Shakila berkaca-kaca mendengar sedikit cerita tentang ibunya. Dia tidak menyangka kalau orang-orang yang kenal Almahira ketika muda, selalu mengatakan hal yang baik.
Lingga dan Kenzo yang baru tahu akan hal ini semakin dibuat tercengang. Kemarin-kemarin mereka pernah menduga kalau hilangnya Arya ada hubungannya dengan Mario karena merasa berhak atas harta milik Arya. Karena sejak lahir Mario merupakan anak Arya.
"Kalau begitu ikutlah masuk ke dalam. Akan kakek ceritanya informasi apa saja yang sudah berhasil dikumpulkan," kata Kakek Rama.
Lingga dan Kenzo sempat melirik ketika memasuki rumah. Sementara Shakila mengikuti mereka dari belakang.
Setelah masuk ke dalam rumah Kakek Rama mengeluarkan sebuah amplop berukuran besar. Lalu, dia mengeluarkan isinya di atas meja.
Shakila, Lingga, dan Kenzo mengambil beberapa foto. Gambar yang tercetak memperlihatkan jalan di puncak yang pagar pembatas rusak. Mobil milik Arya yang rusak parah dan hangus terbakar. Hutan yang dipenuhi oleh pohon tinggi.
"Lalu, di mana Om Arya?" tanya Lingga.
"Tidak ada kerangka di dalam mobil," lanjut Kenzo sambil memerhatikan beberapa lembar foto lainnya.
"Apa Papa Arya terlempar ketika jatuh ke jurang?" Shakila menduga-duga.
"Nah, itu yang membuat kakek merasa heran! Orang-orang suruhan kakek menelusuri hutan disekitar mobil itu tidak menemukan kerangka Arya," jawab Kakek Rama. "Kira-kira apa yang terjadi kepada Arya setelah mobil jatuh ke jurang?"
Shakila, Lingga, dan Kenzo terlihat berpikir sambil mengamati foto-foto yang ada di atas meja. Gadis itu melihat bagian kaca jendela mobil yang pecah.
"Bagaimana menurut kalian ketika melihat ini?" Shakila menunjuk foto yang memperlihatkan kaca jendela yang bolong karena pecah sebagian.
"Hei, jangan-jangan ada yang mengeluarkan Om Arya dari dalam mobil!" Lingga menduga dengan perasaan yakin benar.
Kenzo juga menduga begitu. Karena ada foto yang memperlihat ada jalan setapak yang pastinya sering digunakan orang.
"Kalau begitu kita bisa fokus mencari Papa Arya di sekitar sana. Siapa tahu ada warga yang tinggal di pinggiran hutan itu menolong Papa Arya," kata Shakila dengan optimis.
"Benar juga," ujar Lingga.
"Aku akan memberi tahu ayah berita ini. Dia pasti bisa kasih solusi dengan cepat apa yang sebaiknya kita lakukan," celetuk Shakila tanpa sadar. Kebiasaan dia kalau ada apa-apa selalu memberi tahu Zayyan.
Ketiga laki-laki berbeda generasi itu menoleh semua ke arah Shakila. Ini merupakan suatu rahasia dan tidak boleh sembarangan orang tahu.
"Ada apa?" tanya Shakila karena merasa aura ketiga orang itu berubah.
"Kenapa kamu ingin memberi tahu ayah kamu? Memangnya dia bisa dipercaya?" tanya Lingga dengan tatapan curiga.
"Tentu saja. Ayahku juga mencari keberadaan Papa Arya. Dia juga menyewa orang untuk mencari keberadaannya," jawab Shakila tidak terima jika Zayyan dituduh yang tidak-tidak oleh orang lain.
"Kalau begitu suruh ayahmu untuk datang ke sini sekarang juga!" titah Kakek Rama.
"Itu tidak bisa. Karena ayah sedang bekerja," balas Shakila dengan nada pelan.
"Memangnya ayah kamu kerja di mana? Apa tidak bisa izin sebentar?" Lingga tetap curiga.
Shakila terdiam. Dia tidak bisa membongkar misi Zayyan yang menyusup ke perusahaan AW GRUP.
"Kenapa?" tanya Lingga. "Kamu malah semakin mencurigakan."
"Untuk apa aku bohong? Aku dan ayahku selama ini mencari keberadaan Papa Arya dan berharap dia baik-baik saja. Aku juga sudah mem–" Shakila langsung menutup mulutnya. Dia merasa tidak baik mengatakan hal lainnya kepada orang lain.
"Sudah ... sudah! Kalian jangan malah bertengkar begitu," kata Kakek Rama. "Jika ayahmu sibuk bekerja di siang hari, bagaimana kalau nanti malam kalian datang ke sini. Kita makan malam bersama sambil membicarakan hal ini."
"Terima kasih Kakek!" Shakila merasa senang atas pengertian Kakek Rama.
***
Malam harinya Shakila dan Zayyan datang ke kediaman Lingga atas undangan Kakek Rama. Begitu turun dari mobil, keduanya disambut oleh seorang pelayan wanita paruh baya.
"Shakila ini ayah kamu?" tanya Kakek Rama sambil memerhatikan Zayyan.
"Iya, Kek. Ini ayah yang membesarkan dan merawat aku selama ini," jawab Shakila. "Ayah, ini adalah Kakek Rama yang aku ceritakan tadi."
Zayyan dan Kakek Rama saling berjabat tangan saling mengenalkan diri. Sementara Lingga dan Pak Adji menatap Zayyan dengan penuh selidik. Keduanya merasa tidak asing dan begitu familiar.
Selama ini Zayyan melakukan penyamaran ada penampilannya sederhana ketika bekerja di perusahaan AW GRUP. Sehingga orang-orang di perusahaan itu tidak akan menyadari ketika bertemu di luar jam kerja.
"Sepertinya kita pernah bertemu, ya?" tanya Adji kepada Zayyan.
"Ya. Kita pernah bertemu beberapa kali di kantor pusat perusahaan AW GRUP," jawab Zayyan dan membuat ketiga laki-laki berbeda generasi itu terkejut.
"Kamu bekerja di perusahaan AW Grup?" tanya Pak Adji.
"Ya. Demi mendapatkan informasi tentang Arya. Aku merasa menghilangnya dia bukan suatu kebetulan, tetapi direncanakan oleh orang yang berniat jahat kepadanya," jawab Zayyan.
"Apa ada orang yang kamu curigai atas menghilangnya Pak Arya?" tanya Pak Adji dengan tatapan penuh selidik.
***