NovelToon NovelToon
Kalong

Kalong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Hantu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Zia Ni

Desa Semilir dan sekitarnya yang awalnya tenang kini berubah mencekam setelah satu persatu warganya meninggal secara misterius, yakni mereka kehabisan darah, tubuh mengering dan keriput. Tidak cukup sampai di situ, sejak kematian korban pertama, desa tersebut terus-menerus mengalami teror yang menakutkan.

Sekalipun perangkat desa setempat dan para warga telah berusaha semampu mereka untuk menghentikan peristiwa mencekam itu, korban jiwa masih saja berjatuhan dan teror terus berlanjut.

Apakah yang sebenarnya terjadi? Siapakah pelaku pembunuhannya? Apakah motifnya? Dan bagaimanakah cara menghentikan semua peristiwa menakutkan itu? Ikuti kisahnya di sini...

Ingat! Ini hanyalah karangan fiksi belaka, mohon bijak dalam berkomentar 🙏

Selamat membaca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyembuhkan Pak Zakaria (1)

Tanpa berpikir panjang lagi, Bu Siti pun segera menghadap Bu Kemala untuk meminta ijin membawa pulang suaminya kembali. Sementara itu, Pak Fuad menelpon beberapa rekannya yang akan dimintai bantuan untuk menyembuhkan Pak Haji Zakaria.

Selama masih di ruang UGD, Pak Fuad dan Pak Hasan tidak berani mendoakan Pak Haji Zakaria karena takut efeknya mengenai orang lain.

Setelah Pak Haji Zakaria dibawa pulang kembali, Pak Fuad dan Pak Hasan menyucikan serta memagari rumah itu dengan doa-doa agar kebal dari serangan-serangan ilmu hitam saat mereka mendoakan Pak Haji Zakaria nanti.

Jam 11 siangnya, datanglah beberapa rekan Pak Haji Zakaria yang niatnya akan mendoakan pria itu agar cepat sembuh. Dengan duduk bersila di sekeliling ranjang Pak Haji Zakaria, beberapa laki-laki tersebut mulai memanjatkan doa-doa dengan khusyuk.

Sesudah 1 jam an doa-doa dilantunkan, tubuh Pak Haji Zakaria mengeluarkan asap hitam berbau langu menyengat yang membuat semua pria yang sedang khusyuk berdoa mulai merasa pusing. Tapi demi kesembuhan rekan mereka, rasa pusing itu mereka abaikan.

Rupanya, bau langu yang keluar dari tubuh Pak Haji Zakaria memang mengandung racun yang membuat semua pria yang sedang berdoa tersebut bukan hanya merasa pusing tapi juga mulai merasa mual dan ada yang ingin muntah.

Tidak sanggup menahan rasa mualnya, salah satu diantara mereka yang bernama Pak Thoriq pun segera keluar dari kamar lantas berlari menuju ke kamar mandi terdekat lalu mengeluarkan isi perutnya yang sudah dia tahan sedari tadi.

Bu Siti yang melihat hal yang tidak wajar pada Pak Thoriq pun segera menyusul laki-laki itu sementara Bu Ningsih menyiapkan segelas teh hangat.

"Astaghfirullah al-adzim, astaghfirullah al-adzim, astaghfirullah al-adziim...," sesudah menyiram muntahnya, Pak Thoriq beristighfar sebanyak 3 kali kemudian keluar dari kamar mandi dengan kepala kliyengan.

"Pak Thoriq kenapa?" tanya Bu Siti dengan perasaan cemas. Wanita itu melihat wajah Pak Thoriq yang tampak pucat.

"Tubuh Pak Zakaria mengeluarkan asap hitam berbau langu yang sangat menyengat yang membuat saya pusing dan mual, Bu Siti. Baru kali ini saya menemui ada ilmu hitam yang sekuat itu," jawab Pak Thoriq terus terang yang tentu saja membuat Bu Siti tambah mengkhawatirkan kondisi suaminya.

"Minum dulu teh hangatnya, Pak," Bu Ningsih menyodorkan segelas teh hangat yang langsung diterima lalu diminum oleh pria itu sampai habis.

Karena saat itu waktunya sholat dzuhur, beberapa pria yang tadinya berdoa untuk kesembuhan Pak Zakaria pun akhirnya keluar dari kamar semua sekalian menghirup udara segar dan menetralkan kondisi fisik mereka.

Dua diantara mereka yang bernama Pak Munaf dan Pak Ghandi secara bergantian masuk ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perut mereka karena kedua pria itu juga merasa mual tapi tidak seberat Pak Thoriq.

"Pak Munaf dan Pak Ghandi juga merasakan pusing dan mual?" tanya Pak Thoriq sementara rekannya yang lain sedang berwudhu secara bergantian.

"Iya Pak, baru kali ini saya merasakan ada ilmu hitam sekuat itu, pasti pemiliknya sudah lama sekali mendalami ilmu itu. Kasihan sekali Pak Zakaria, niatnya membantu orang tapi malah terkena serangan separah itu," timpal Pak Ghandi yang sepemikiran dengan Pak Thoriq.

"Saya juga merasakan pusing dan mual," celetuk Pak Hasan.

"Berarti kita semua merasakan hal yang sama. Kalau begitu kita nanti harus pakai masker untuk mengurangi efek asap hitam langu tadi," sela Pak Qodir.

"Iya Pak. Coba nanti saya tanyakan Bu Siti, dia punya persediaan masker atau tidak," sahut Pak Fuad.

Mendengar perkataan beberapa rekan suaminya itu, Bu Siti semakin cemas karena jadi tahu jika penyakit suaminya tidak main-main. Dalam kegundahannya, wanita itu berserah pada Allah dan berharap rekan-rekan tersebut dapat menyembuhkan suaminya.

Seusai sholat dzuhur berjamaah, Bu Siti mempersilahkan tamu-tamunya untuk makan siang terlebih dahulu dengan dibantu kedua ART nya.

"Sepertinya kita harus meminta bantuan orang lain. Kira-kira Bapak-Bapak ada yang punya teman atau kenalan?" tanya Pak Fuad sambil mencedok nasi.

"Sebenarnya saya punya kenalan yang kelebihannya di atas kita, tapi rumahnya ada di Jawa Barat, Pak," sahut Pak Muhajir.

"Tidak apa-apa Pak, sekalipun rumahnya jauh, semua biaya akan saya tanggung asal suami saya bisa sembuh seperti semula," celetuk Bu Siti.

"Baiklah Bu Siti, kalau begitu saya tak langsung WA beliau," ucap Pak Muhajir yang kemudian langsung mengambil HP dari saku tasnya lantas menulis pesan pada Pak Choirul dan untungnya saat itu Pak Choirul sedang online sehingga pesan Pak Muhajir langsung dijawab dan besok dia bisa langsung datang ke Kota S.

"Alhamdulilah Bu Siti, Pak Choirul bisa ke sini besok naik pesawat karena beliau juga sedang longgar. Masalah biaya, kata beliau dibahas belakangan saja," ujar Pak Muhajir yang membuat Bu Siti sedikit merasa lega.

"Trimakasih banyak, Pak Muhajir," kata wanita itu.

"Tidak perlu berterimakasih Bu Siti, kita semua juga merasa susah kalau Pak Zakaria dan keluarganya sedang menghadapi musibah. Pak Zakaria kan sudah kami anggap sebagai kerabat sendiri."

Setelah makan siang selesai, para kaum adam itu melanjutkan doa-doa mereka dengan mengenakan masker medis ganda yang disediakan oleh si empunya rumah. Sampai saat itu, asap hitam berbau langu menyengat masih saja keluar dari tubuh Pak Haji Zakaria.

Malam harinya, Irfan dan Sinta tiba di rumah dalam waktu yang berbeda. Begitu diberitahu oleh ibunya, mereka berdua pun ikutan cemas dengan keselamatan bapak mereka.

Tengah malamnya, terdengar ledakan keras di atas rumah Pak Haji Zakaria, yang tak lain itu adalah kiriman banaspati. Beberapa detik kemudian, terdengar suara angin ribut di luar rumah lalu tiba-tiba saja rumah itu bergoyang seperti terjadi gempa bumi.

Bu Siti, kedua anaknya dan kedua ART nya yang saat itu sedang berdzikir di ruangan lain pun mulai ketakutan menghadapi peristiwa yang menegangkan itu. Sinta yang merupakan anak bungsu Bu Siti yang baru kuliah semester 2 sampai berdoa sambil meneteskan air mata karena saking takutnya.

Selama hampir setengah jam, rumah itu terus bergoyang hingga menyebabkan beberapa perabotan ringan ada yang berjatuhan dan menimbulkan suara bersahutan. Untungnya goncangan tersebut akhirnya berhenti yang membuat semua orang yang sedang berdoa sedikit merasa lega.

Di kamar Pak Haji Zakaria, beberapa kaum adam terus melantunkan doa-doa mereka dengan khusyuk hingga keesokan paginya. Karena proses penyembuhan masih berlanjut, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing dan istirahat sampai sore harinya.

1
kalea rizuky
pantes dendam warga desa emank jahat bgt
🎧✏📖
semangat✌
Kezia Suhartini: trimakasih Kak... 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!