Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
POV Abidzar
"Aku tak tau perasaan apa yang aku rasakan kepada Kinara. Hanya saja aku selalu kesal kalau melihat dia bersama dengan pria lain. Apalagi tersenyum dan melihat dia bahagia berbicara dengan pria lain. Kinara adalah wanita yang cantik dan baik. Walau penampilan dan kelakuannya tomboy, tapi dia bisa menempatkan diri saat menjadi seorang istri. Awalnya aku kira dia akan menolak saat akan di jodohkan denganku yang sengaja berpenampilan jelek dan culun. Tapi dia malah menerimaku. Dan dengan berani bertanya akan rumah tangga yang aku jalani. Apalagi dia juga tau kalau aku masih menunggu dan mengharapkan Gladis. Mantan istriku yang pergi lima tahun lalu tanpa alasan yang jelas."
"Aku benci saat Kinara mengatakan akan pergi saat Gladis datang. Dan selalu mengatakan pernikahan kami sementara dan menjaga jarak denganku. Walau memang awalnya aku yang memang menjaga jarang dengannya. Tapi saat pertama kali aku berdekatan dan memeluk Kinara. Aku merasakan ketenangan dan hatiku terasa sangat nyaman. Perasaan apa ini?"
"Aku selalu ingin dekat walau kadang ucapanku membuatnya kesal. Pertama kali mencium Kinara membuat jantungku berdetak tak karuan. Bahkan dulu bersama dengan Gladis tak seperti ini. Rasanya biasa saja. Memeluk Kinara saat tidur membuat gejolak di dalam diriku tak karuan. Tapi aku berusaha menahannya. Karena aku masih menunggu Gladis. Bibirku meminta Kinara mencari pria yang bisa membuatnya bahagia saat nanti aku kembali dengan Gladis. Tapi entah kenapa hatiku rasanya tak rela. Saat ada pria yang bahkan cuma mengobrol saja dengan Kinara. Rasanya tak rela."
"Mama dan Papa sangat menyukai Kinara. Berbanding terbalik saat aku bersama dengan Gladis. Bahkan menyapa saja tidak mau. Aku akui memang Gladis dan keluarganya pada saat itu keadaan ekonomi lebih dari kami. Dan memang ucapan keluarga Gladis sedikit menyinggung keluargaku. Tapi mau bagaimana aku teramat mencintai Gladis. Walau saat menikah aku menelan kekecewaan karena Gladis ternyata tak suci. Alasan dia karena mengalami kekerasan saat pertama kali dia masuk dunia modeling. Karena rasa cintaku kepada Gladis. Akupun tak mempermasalahkan hal itu lagi. Tapi saat perusahaan Papa mengalami goncangan, bertepatan dengan Gladis yang pergi dan memberikan surat cerai kepadaku. Aku kehilangan arah."
"Malam ini Mama memintaku untuk tidur di hotel bersama dengan Kinara. Mereka tahu selama hampir dua bulan menikah kami memang belum melakukan hubungan. Bahkan Papa pernah memintaku untuk membatalkan pernikahan. Tapi aku menolak dengan alasan akan belajar menerima dan mencintai Kinara. Itu memang benar. Karena entah kenapa aku tak rela melepaskan Kinara begitu saja. Rasanya hatiku berat. Saat di hotel tanpa sengaja aku lupa memakai kembali kumis palsu ku saat mencuci muka. Dan alhasil Kinara tau penyamaranku. Hal itu membuat dia marah karena merasa di bohongi apalagi aku adalah orang yang sama dengan CEO tempat dia bekerja."
"Apa yang dia bilang memang benar. Aku terlalu egois saat aku bilang, jika aku menyamar karena ingin mendapatkan wanita yang benar-benar menerimaku apa adanya. Tapi saat ada wanita itu aku malah menyia-nyiakannya karena masih belum selesai di orang lama. Hal itu membuat Kinara marah dan pergi tengah malam dari hotel. Saat aku mengejarnya karena khawatir malam hari dia pergi sendirian. Tapi saat di lobby aku melihat dia bertemu lagi dengan pria yang sebelumnya berbicara dengannya. Hanya saja fokus ku teralihkan saat melihat sosok wanita yang selama ini aku cari keberadaannya. Dia Gladis."
"Gladis... Bersama siapa dia? Pria tua yang merangkul pinggang Gladis? Apa Gladis sudah menikah lagi? Aku mengikuti Gladis secara diam-diam dan melupakan niat awalku untuk mengejar istriku, Kinara. Ternyata dia menginap di sebelah kamarku, saat di depan pintu aku melihat dia berc*uman panas dengan pria tua itu dan masuk kedalam kamar. Hatiku hancur melihatnya. Penampilan Gladis juga semakin berubah. Dia semakin berani dalam berpakaian. Aku masuk kedalam kamar, aku senang bisa melihat Gladis yang selama ini menghilang. Tapi aku juga merasa sakit melihat kelakuan dia bersama pria tua itu. Aku menghubungi Devin dan meminta dia untuk mencari tahu tentang kehidupan Gladis. Kepalaku sakit. Dan aku fikir Kinara pasti akan pulang kerumah dan dia tak tak keberadaan Gladis. ah, ping besok pulang di omelin Mama dan Papa. Begitu fikirkan. Kemudian aku tidur."
"Paginya aku sengaja bangun lebih pagi dan berpenampilan culun agar tidak mencurigakan Gladis. Benar saja aku melihat Gladis bersama pria itu juga turun. Tapi mereka berpisah di Lobby. Aku kembali mengikuti Gladis. Dan aku lihat dia menuju ke hotel lain dan bertemu dengan pria yang berbeda disana. Mereka terlihat mesra. Apa sebenarnya pekerjaan Gladis? Itu yang menjadi pertanyaanku."
"Saat aku akan mengikuti Gladis, ponselku Berbunyi. Aku kira Kinara, ternyata itu dari Devin yang memintaku untuk segera diri kantor. Akhirnya aku pergi ke kantor tanpa pulang terlebih dahulu. Karena aku yakin, jika pulang juga tak akan bertemu dengan Kinara. Dia sudah berangkat kerja. Saat tiba di kantor memang ada beberapa berkas penting yang harus aku tandatangani."
"Devin apa sudah ada informasi?" tanyaku. Devin mengangguk dan memberikan amplop coklat beserta flashdisk.
"Cepat juga kerja orang suruhanmu ini, tidak seperti yang lainnya." ujarku.
"Karena aku membayar mahal untuk ini Pak." jawab Devin. Aku mulai membuka amplop coklat yang berisi biodata Gladis. Tanganku mulai gemetar saat membacanya juga melihat foto-foto yang ada disana. Aku penasaran dan membuka flashdisk ternyata di dalamnya lebih membuatku tercengang dan tak percaya. Apa tidak salah dengan semua ini? Aku masih tak percaya. Tubuhku lemas."
"Pak maaf saya menganggu." Pak Baharuddin masuk kedalam ruanganku.
"Masuk Pak." Jawabku. Pak Baharuddin kemudian memberikan kertas kepadaku. Saat aku buka ternyata itu surat pengunduran diri Kinara.
"Kenapa mendadak mengundurkan diri? Dia belum menyelesaikan tugasnya untuk proyek di Villa." tanya Abidzar yang tak habis fikir dengan apa yang dilakukan Kinara. Kenapa harus sampai mengundurkan diri hanya karena masalah semalam.
"Saya tidak tau Pak. Karena nomor telepon Bu Kinara dari pagi juga tidak bisa di hubungi." jawab Pak Baharuddin membuatku kaget. Karena memang dari semalam aku tak ada menghubungi dia atau mencoba mencari tau Kinara. Karena aku yakin jika dia pulang ke rumah. Tanpa fikir panjang aku pergi dan menuju rumah, selama dalam perjalanan aku mencoba menghubungi Kinara tapi nomornya tidak aktif. Aku coba menghubungi Papa dan Mama juga tak di angkat. Kemana mereka semua. Kenapa sangat sulit di hubungi. Aku masuk kedalam rumah. Sepi. Tak ada siapa-siapa. Aku berlari menuju ke kamar. Tak ada Kinara juga disana. Jantungku berdebar tak karuan saat melihat tak ada baju-baju Kinara. Tidak mungkin Kinara pergi kan? Apa Papa dan Mama yang menyembunyikan Kinara karena semalam Kinara pulang kembali kerumah. Ah sial, pasti akan sulit jika Papa sudah menyembunyikan Kinara. Aku harus mencari Kinara. Saat aku akan pergi tak sengaja kertas di atas meja rias Kinara terjatuh. Disana juga ada ATM yang aku berikan beserta cincin pernikahan kami. Tanganku gemetar saat membawa surat yang terjatuh di lantai.