Genre : Misteri, Thriller, Psikologis, Supranatural
Sinopsis :
Setelah suaminya meninggal didalam kecelakaan yang tragis. Elysia berusaha menjalani kehidupan nya kembali. Namun, semuanya berubah ketika ia mulai melihat bayangannya bertingkah aneh dan bergerak sendiri, berbisik saat ia sendiri, bahkan menulis pesan di cermin kamar mandinya.
Awalnya Elysia hanya mengira bahwa itu halusinasi nya saja akibat trauma yang mendalam. Tapi ketika bayangan itu mulai mengungkapkan rahasia yang hanya diketahui oleh suaminya, dia mulai mempertanyakan semuanya. Apakah dia kehilangan akal sehatnya ataukah ada sesuatu yang jauh lebih gelap yang sedang berusaha kuat untuk berkomunikasi dengannya.
Saat Elysia menggali hal tersebut lebih dalam dia menunjukkan catatan rahasia yang ditinghalkan oleh mendiang suaminya. Sebuah pesan samar yang mengarah pada sebuah rumah tua dipinggiran kota. Disanalah ia menemukan bahwa suaminya tidak mati dalam kecelakaan biasa. Akan kah Alena mendekati jawabnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azka Maftuhah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 - BISIKAN DI BALIK CERMIN
Elysia terbangun dengan nafas memburu. Dadanya naik turun dan keringat tipis membasahi dahinya. Mimpi yang ia alami terasa lebih nyata, sebuah bayangan menyerupai dirinya tengah berdiri dibalik cermin, tersenyum dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan.
Ia meraba ke sekeliling, memastikan bahwa dirinya masih di tempat tidur. Kamar itu gelap hanya diterangi cahaya redup dari lampu jalan yang masuk melalui jendela. Nafasnya mulai melambat, tapi kegelisahan nya masih mencengkram pikirannya.
Matanya beralih ke cermin besar disudut ruangan. Sejak tadi, selalu ada sesuatu yang menggangu pikirannya. Perasaan yang sangat aneh yang membuat bulu kuduknya meremang.
Ia menggigit bibirnya dan mencoba melawan rasa takutnya. Tapi semakin ia berusaha tidak melihat cermin itu, semakin ia merasakan tarikan yang aneh.
Akhirnya, dengan jantung yang kian berdebar, ia perlahan menoleh.
Bayangannya ada disana, seperti yang seharusnya. Tapi sesuatu terasa,,,salah
Elysia menggerakkan tangan kirinya. Bayangannya mengikuti. Ia mengedipkan mata, bayangannya juga mengikuti. Semua tampak normal, setidaknya pada awalnya saja.
Tapi di saat ia hendak memalingkan wajahnya, sesuatu yang tidak terduga terjadi.
Bayangannya tidak langsung ikut berpaling.
Untuk sepersekian detik, pantulan pada cermin tetap menatap dirinya, meski ia sudah memutar kepalanya ke arah lain.
Jantung Elysia mencelos. Ia membalikkan wajahnya dengan cepat, berharap hanya salah lihat. Tapi saat ia kembali menatap cermin, bayangannya sudah kembali normal.
Ia berfikir mungkin ini efek dari kurang tidur. Mungkin pikirannya sedang mempermainkannya.
Elysia menghela nafas panjang, mencoba menenangkan diri. Tapi kemudian--
Ketuk.
Sebuah suara pelan terdengar.
Elysia langsung membeku.
ketuk. Ketuk
Suaranya masih terdengar dari arah yang sama. Ya dari cermin.
Tangannya mencengkram selimut dengan erat. Ia tahu ia tidak seharusnya bergerak, tidak mendekat. Tapi tubuhnya terasa dikendalikan oleh sesuatu yang lebih kuat darinya. Perlahan, ia mulai menyingkap selimutnya dan turun dari tempat tidur nya.
Udara malam terasa lebih dingin dari biasanya. Dengan penuh ke hati hatian ia berjalan mendekati cermin, menahan nafas saat jaraknya semakin dekat.
Lalu, suara itu terdengar lagi kali ini bukan ketukan.
Melainkan sebuah bisikan.
"Elysia,,,"
Matanya membesar. Itu bukan suara angin bukan pula dari imajinasi nya.
Seseorang atau sesuatu sedang memanggilnya dari balik cermin itu.
Tangannya sangat gemetar saat ia hendak menyentuh permukaan kaca tersebut, jantungnya semakin berdebar tak karuan hingga ia bisa mendengarkannya sendiri.
Tepat saat ujung jarinya menyentuh kaca--
BRAKKK !!!
Cermin itu bergetar sangat hebat, seolah ada yang ingin berusaha untuk menerobos keluar. Elysia melompat mundur dengan teriak yang tertahan.
Saat ia kembali menatapnya, cermin itu kembali diam. Tak ada retakan. tak ada gerakan aneh. Hanya bayangannya sendiri yang terpantul disana.
Tapi kini mata pantulan itu,,,, berbeda .
Matanya lebih gelap. Lebih dalam. Dan senyuman kecil mulai terbentuk di bibirnya.
seolah olah sesuatu didalam cermin sedang menunggu.
Menunggu saat yang tepat untuk keluar.
Elysia terjatuh kelantai, jantungnya berdebar dengan begitu keras hingga terasa menyakitkan. Ia tidak bisa mengalihkan pandangan nya dari cermin yang berada dihadapannya. Nafasnya memburu, otaknya berusaha memahami apa yang baru saja terjadi.
Pantulan dirinya masih ada disana, berdiri diam dengan ekspresi datar. Namun, ada sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri. Mata didalam cermin terlihat lebih gelap, lebih kosong... Seakan bukan lagi miliknya.
Tiba tiba lampu kamar berkelip dua kali, lalu padam. Ruangan itu terhanyut dalam kegelapan, Hanya diterangi cahaya redup dari luar jendela. Elysia meraba raba dilantai, mencari ponselnya. Tangannya gemetar saat meraihnya dan menyalakan layar.
02.43 pagi.
Ia menggigit bibirnya perasaan aneh mulai menjalar ditubuhnya lagi. Kenapa selalu di jam jam seperti ini ??
Dalam kegelisahannya, ia mencoba menenangkan diri. Mungkin aku hanya kelelahan. Mungkin ini hanya efek dari kurang tidur.
Tapi saat ia kembali menoleh cermin, tubuhnya membeku.
Refleksinya suda berubah posisi.
Sekarang bayangan itu tidak lagi mengikuti gerakannya.
Elysia mengerjap, berharap ini hanyalah ilusi mata. Ia perlahan mengangkat tangannya. Bayangannya tetap diam. Ia menoleh ke kiri, ke kanan pantulan itu tidak bergerak.
Lalu sesuatu yang lebih buruk terjadi.
Pantulan itu tersenyum.
Sebuah senyuman kecil yang dingin, terlalu halus jika dianggap suatu kebetulan. Mata hitam didalam cermin menatapnya dengan intens, seolah sedang menunggu reaksinya.
Elysia tersentak mundur. Punggungnya menghantam meja kecil yang tepat berada dibelakangnya, menyebabkan vas bunga jatuh dan pecah berkeping-keping. Ia tidak peduli. Nafasnya semakin berat, matanya tak berkedip menatap cermin yang masih diam.
Lalu... sesuatu bergerak.
Bukan bayangannya, tapi sesuatu dibalik bayangan itu. Sebuah siluet hitam samar muncul disudut pantulan. Bentuknya tidak jelas, tetapi kehadirannya terasa begitu nyatahingga membuat tengkuk Elysia meremang.
Bisikan lagi lagi terdengar. Kali ini lebih jelas.
"Elysia...."
Jantungnya mencelos. Itu bukan suara angin dan imajinasinya.
Ia ingin. Keluar dari kamar. Tapi tubuhnya terasa terkunci di tempat.
Tiba tiba sesuatu dari dalam cermin bergerak cepat- terlalu cepat. Bayangan itu berlari ke arahnya seolah akan menerobos keluar.
Elysia menjerit dan menutup mata.
Hening
Beberapa detik berlalu tanpa suara.
Dengan tubuh yang gemetar, ia perlahan membuka matanya kembali.
Cermin itu masih utuh. tidak ada retakan , tidak ada tanda tanda sesuatu telah menerobos keluar. Pantulan dirinya tampak seperti biasa.
Tapi....ada sesuatu yang berubah.
Bayangan itu tidak lagi tersenyum. Tapi kini, dibalik refleksinya sendiri, samar samar ia melihat. . .
Bayangan Edric. Mendiang Suaminya. . .
---BERSAMBUNG---