hai ini karya baruku guys. aku pemula
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon upilBTS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia pergi.
(maximilian s POV)
Aku melangkah masuk ke dalam petenhous dengan langkah berat dan tetukur. cahaya lampu kristal menyinari ruangan luas yang penuh kemewahan dan di sepanjang koridor, para pelayan berbaris rapi, menundukan kepala saat aku lewat. biasanya aku mengabaikan mereka, namunada sesuatu yang ganjil malam ini.
Tidak ada suara cempreng, tida kada aksi bar bar yang menyambutku dan petenhouse ini terasa sunyi.
Ahzel.
Aku melepas jasku dengan gerakan lambat, mengulung lengan kemejaku hingga siku, sorot mataku menyapu setiap sudut ruangan, mencari tanda-tanda kehadiranya, namuntak satu pun ku temukan.
Langkahku berat saat menaiki lift menuju kamar kami. Aku membuka pintu dengan lebih keras dari biasanya, tetapi yang menyambutku hanyalah keheningan. nafasku mengalir pelan, dalam. mencoba menekan ketidak nyamanan yang mulai menjalari pikiranku.
Lemari terbuka, Rak-rak pakaian kosong, Barang-barangnya menghilang.
Mataku menyipit rahangku mengeras,
Tidak mungkin.
Kuraih ponselku, menekan nomor yang kuhafal luar kepala. namun panggilanku hanya berakhir pada nada tunggu yang tak berujung.
Tanganku mengapal, dadaku menghangat oleh kemarahan yang perlahan menyusup, Ahzel bukan tipe wanita yang pergi tanpa meninggalkan jejak bukan tipe yang kabur dariku_ Bukan dariku.
Aku melangkah ke ruang kerja dengan ekspresi sekelam badai,ruangan ini selalu menjadi tempat dimana aku bisa berpikir jernih, tetapi kali ini instingku menuntunku lebih dalam, ke rak buku di sudut ruangan.
Jari-jariku menyentuh bagian tertentu dari kayu mahoni yang kokoh, sebuah mekanisme tersembunyi berderak pelan membuka jalan rahasia di baliknya, ruangan yang hanya kutahu tempat dimana aku menyimpan barang barang berharga dan mengkilab di dalamnya dan juga jangan lupa harganya jika dijual.
Namun ketika aku melangkah masuk langkahku berhenti.
Rak kaca yang seharusnya berisi artefak favoritku kini kosong.
Darahku mendidih, jantungku berdetak lebih keras, sebuah senyuman gelap terukir di sedut bibirku, ini bukan sekedar kepergian, ini adalah peryataan. sebuah pembetontakan yang tidak akan kubiarkan tanpa konsekuensi.
Jika ia berpikir bisa lari dariku, maka ia sangat keliru.
Aku menghembuskan nafas panjang, mengangkat tangan untuk mengendurkan dasi yang tiba tiba terasa mencekik.
Ahzek milikku, tak perduli di manapun ia bersembunyi, aku akan menemukanya.
Cepat atau lambat.
(POV end).
___________________________________
Dentingan roda pesawat yang menyentuh landasan membangunkan ahzel dari lamunanya. mata tajamnya menatap keluar jendela pesawat kecil, menyaksikan gemerlab New york yang terpendar dalam gelap, kotayang tak pernah tidur, kotayang penuh kesibukan dan hiruk pikuk yang tak ada habisnya, di sisinya ruka menyesuaikan syal di lehernya, wajahnya tetap datar seperti biasanya, meski dari tatapanya ahzel tahu bahwa sahabatnya ini selalu waspada.
Begitu pintu pesawatnya terbuka, udaradingin New york menyambut mereka, sosok pria jangkung telah menunggu di bawah cahaya lampu bandara yang redup, Adrik sokolov.
ia berdiri dengan tangan bersilang di dada, mengenakan jas hitam yang membingkai tubuhnya yang tegap dan berotot, ada aura dominasi dan ketegasan dalam tatapanya, seolah orang disekitarnya akan tunduk dengannya. wajahnya tajam dengan garis rahang kuat, danmata setajam silet, sekilas ada kemiripan antara dia dan Ahzel, hidung mereka, cara mereka menatap dan sikap mereka.
"lama tidak bertemu" lisanya dengan nada yang beribawa mencerminkan usianya yang matang.
Ahzel mengangkat alis sebuah senyum samar terlihat"ya benar sangat lama. "
Tanpa perlu banyak kata ia dan ruka mengikuti adrik menuju mobil mewah berwarna hitam Rubicon. tidak ada keraguan di antara mereka hubungan ini terlihat seakan memiliki ikatan yang kuat entah ada apa di antara mereka.
Di dalam mobil suasana terasa sunyi bukan karena canggung, hanya keheningan yang terbentuk dari pemahaman. Adrik mengemudi dengan tenang sementara ahzel menatap pemandangan kota New york dari berkelebat di balik kaca.
"Kalian akan tinggal di mansionku"kata Adrik tiba tiba " Lebih aman disana.
Ahzel hanya mengangguk tanpa banyak protes ia tahu adrik bukan orang yang berbasa basi, jika ia mengatakan mansion itu adalah keputusan final.
Saat mereka memasuki gerbang besi besar, bangunan besar menyambut mereka
sebuah mansion klasik dengan arsitektur eropa yang mewah, dikelilingi dengan halaman yang luas dengan lampu-lampu yang menerangi jalan masuk.
begitu mereka kuluar dari mobil suara keras anak kecil menyambut mereka mungkin usianya sekitar enam tahun.
Anak itu memiliki rambut hitan pekat dan mata abu abu yang pekat mata yang mirip dengan adrik. wajahnya menggemaskan, tetapi tetap membawa kesan tajam yang sudah tertanam sejak dini.
"auntie ahzel"panggilnya dengan suara jernih.
ahzel ber jongkok menyamai tingginya dengan bocah itu" kau sudah besar Lev. "
Tanpa terasa lev telah tidur di kamarnya dengan lelab, tubuh kecilnya meringkuk di bawah selimut tebal, Ahzel keluar dari kamar Lev.
Di luar adrik sudah menunggu. ia berdiri di koridor satu tangan disaku sementara tangan lainya untuk memegang cerutunya.
"bersiaplah"
"baiklah" lisan Ahzel dan ruka serempak.
Ruka yang bersandar di dinding koridor hanya bisa mendesah pelan lalu berbalik tanpa bertanya lebih jauh.
Di kamar yang telah disiapkan untuk mereka Ahzel memilih pakaian serba hitam celana panjang ketat yang memudahkan pergerakan dan atasan lengan panjang dengan potongan tegas yang mencerminkan ketangguhan. Ruka disisi lain mengenakan dres hitam pendek dengan sepatu bot tinggi.
Saat mereka tiba di lantai bawah adrik sudah bersiap. ia mengenakan kemeha hitam yang digulung hingga siku memperlihatkan tato yang melingkar di lengan dan lehernya.
mereka keluar dari petenhous lalu memasuki mobil bermerek yang sudah di siapkan Ahzel Rubicon, ruka BMW. Adrik Mc laren 720s.
tanpa banyak kata mereka memasuki kenderaan masing masing. mesin mesin bertenaga tinggi itu berderu nyaring memecahkan keheningan malam.
kuda besi itu mengarungi jalanan memperlihatkan betapa mahalnya ia.
*******
Deru mesin berhenti serempak di depan sebuah gedung ekslusif di jantung mathattan. Clun noctis. tenpat yang tak hanya tempat hiburan, tetapijuga arena bagi transaksi rahasia yang tidak pernah muncul ke petmukaan, Dari luar hanya tampak sebagai club malam biasa dengan lampu neon berpendar. Namundi dalamnya hal hal besar dan kriminal terjadi aliansi dibentuk, danmusuh di jatuhkan tanpa diketahui publik.
Ahzel turun dari mobilnya melangkah dengan percaya diri, sepatu botnya menjejak aspal menciptakan suara samar yang tenggelam di antara dentuman music dari dalam club. Tuka berjalan di sisinya, sementara Adrik melangkah lebih dulu, pintu besar terbuka otomatis saat mereka mendekat.
Begitu mereka memasuki ruangan aroma alkohol, tembakau mahal dan parfum tajam menyergap udara. Cahaya rameng-rameng hanya cukup untuk menampilkan siluet para tamu yang tersebar di beberapa sudut, orang-orang dengan kuasa dan pengaruh yang menyembunyikan niat mereka.
mereka tak berhenti di lantai dansa, seorang pria berpakaian rapi segera menghampiri membisikan sesuatu pada adrik sebelum mengangguk hormat dan menuntun mereka ke ruangan ekslusif di lantai atas.
Di dalam suasana jauh lebih tenang, sebuahmeja panjang di penuhi para pria dengan wanita malam disamping mereka yang menunggu para pemain lama bawah tanah, orang-orang yang namanya tak pernah muncul di berita tapi memegang kendali pasar malam.
Adrik menduduki kursi utama, menyalakan rokoknya dengan tenang sebelum bicara. "Apa yang kalian miliki untuk kami? ".
Seorang pria tua dengan jas abu-abu tersenyum tipis , menatap Adrik Ahzel dan Ruka penuh perhitungan di depannya sebuah tablet diletakan, layarnya langsung menampilkan sesuatu yang menarik perhatian Ahzel.
Sebuah berlian biru langka yang di lelang di salah satu rumah lelang paling aman di New York.
"Kami ingin benda itu".lisan pria itu to the poin" dan kami ingin kalian yang meengambilnya" lanjutnya dengan ekspresi serius.
Ahzel bersandar di kursi menyilangkan kakinya dengan ekspresi datar"keamanan di ruang lelang itu tak bisa di remehkan"lisanya terdengan datar namun santai.
pria di ujung sana menyelipkan cerutu di bibirnya"kami tahu, makadari itu kami memilih kalian. "
Adrik mengambil tablet itu menelusuri informasi yangvtertera di layar. Beberapa detik kemufian ia mengembalikan perangkat itu dengan ekspresi tak terbaca"Apa yang kalian tawarkan sebagai imbalan".
"kami tidak hanya membayar mahal, tetapi juga menawarka sesuatu yang lebih berharga, akses penuh ke jaringan perdagangan gelap eropa".ujar pria tua itu sambil mengeluarkan asap dari cerutunya.
Adrik mematikan cerutunya di asbak kristal, lalu menatap pria-pria di hadapanya dengan tajam. "beri kami waktu. kami akan menilai apakah pekerjaan ini sepadan dengan resikonya.
Ahzel tersenyum penuh arti teryata ia kembali pada dunianya, dunia penuh tipu, penghianatan, darah, dendam, dan dosa.
hi gyus makasih yang udah baca semoga lancar ya puasanya, makasihyang stay baca novel ini 💋.