NovelToon NovelToon
Kubuang Dirimu Sebelum Kau Madu Diriku

Kubuang Dirimu Sebelum Kau Madu Diriku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Janda / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Gresya Salsabila

Follow IG 👉 Salsabilagresya
Follow FB 👉 Gresya Salsabila

"Aku tidak bisa meninggalkan dia, tapi aku juga tidak mau berpisah denganmu. Aku mencintai kalian, aku ingin kita bertiga hidup bersama. Kau dan dia menjadi istriku."

Maurena Alexandra dihadapkan pada kenyataan pahit, suami yang sangat dicintai berkhianat dan menawarkan poligami. Lebih parahnya lagi, wanita yang akan menjadi madu adalah sahabatnya sendiri—Elsabila Zaqia.

Akan tetapi, Mauren bukan wanita lemah yang tunduk dengan cinta. Daripada poligami, dia lebih memilih membuang suami. Dia juga berjanji akan membuat dua pengkhianat itu merasakan sakit yang berkali lipat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Entah Siapa Dia

Keesokan harinya, Andika sudah mulai kerja. Meski mengenakan seragam yang sama dengan OB lain, tetapi aura culun masih tetap terpancar di wajahnya. Maklum, gaya rambut belah tengah dan kacamata tebal masih setia menemaninya.

Walau demikian, ketangkasan kerjanya tidak mengecewakan. Selain datang lebih awal, Andika juga mengerjakan semua tugas dengan cepat dan tepat. Bahkan, beberapa karyawan sempat memuji keahliannya dalam membuat kopi. Menurut mereka, takaran manis pahitnya sangat pas.

Siang ini, Andika baru saja menghabiskan makan siangnya di kantin kantor. Lantas, dia bergegas naik ke ruangan Mauren karena wanita tersebut menitip makanan padanya.

Andika mengetuk pintu dengan pelan, kemudian mendekati meja Mauren dengan langkah sopan.

"Ini, Bu, makan siangnya," ucap Andika.

"Iya, terima kasih." Mauren menjawab sambil menatap sekilas, lalu kembali fokus dengan pekerjaannya.

Andika tak segera pergi meski makanan sudah ia letakkan di atas meja. Dia malah memperhatikan Mauren yang sibuk bekerja, sampai tak sadar bibirnya mengulas senyuman.

"Ada apa?" tanya Mauren. Dia heran melihat Andika masih berdiri di hadapannya, padahal makanan tersebut sudah Mauren bayar via online.

"Makan dulu, Bu, sudah hampir jam satu. Tidak baik memforsir diri, nanti kalau sakit rugi sendiri." Jawaban Andika terkesan lancang, tetapi memang ada benarnya.

Mauren mengembuskan napas kasar. Meski tidak senang dengan jawaban tersebut, tetapi Mauren juga tidak marah. Pikirnya, masih baik Andika mau peduli. Semenjak menyandang status janda, Mauren tidak punya sahabat dekat atau kekasih. Jadi, jarang ada yang memedulikan hal-hal kecil dalam dirinya.

"Baiklah, aku akan makan. Kamu bisa keluar sekarang," ujar Mauren beberapa saat kemudian.

"Baik, Bu. Jika butuh sesuatu, silakan Anda panggil saya." Andika menunduk hormat, lalu keluar ruangan dan meninggalkan Mauren.

Tak lama setelah Andika pergi, pintu kembali diketuk oleh seseorang, ternyata Siska yang datang. Gadis itu memberitahukan bahwa ada Jeevan di lantai bawah, yang ngotot ingin bertemu dengan Mauren.

"Biarkan dia masuk," ucap Mauren dengan malas.

Sepeninggalan Siska, Mauren menyandarkan punggung di kursi. Na*su makannya hilang seketika kala mendengar nama Jeevan. Entah apa lagi yang dia inginkan, Mauren sudah jengah dengan segala bujuk rayu yang sangat basi.

Beberapa menit kemudian, Jeevan tiba di ruangannya. Siska hanya mengantar sampai ambang pintu, setelah itu kembali ke meja kerjanya. Dengan senyum yang sangat dipaksa, Mauren mempersilakan Jeevan untuk duduk.

"Aku bawa bolu kesukaan kamu," ucap Jeevan seraya menyodorkan kantong plastik yang menguarkan aroma pandan.

"Nggak usah repot-repot, Mas, aku udah makan kok."

"Aku nggak repot kok. Kebetulan kemarin gajian dan hari ini ada kiriman ke sekitar sini, jadi sekalian aku mampir. Gimana kabar kamu?"

"Baik." Mauren menjawab singkat.

"Syukurlah. Aku sempat khawatir kemarin, kamu kayak hilang kabar. Aku telpon nggak diangkat, aku chat juga nggak dibalas," kata Jeevan.

"Aku sibuk." Suara Mauren makin datar. Jujur, dia sangat malas menanggapi Jeevan.

"Aku mengerti." Jeevan tersenyum lebar. "Mmm, Minggu besok ada acara nggak?" sambungnya.

"Memangnya kenapa?" Mauren balik bertanya.

"Jalan yuk! Aku kangen bercanda tawa sama kamu. Rasanya ... udah lama nggak ngobrol panjang. Nanti, naik mobil kamu biar kita nggak kepanasan. Aku___"

"Mas, kita udah cerai, ya! Nggak usah bilang kangen atau rindu, aku nggak mau mendengar itu. Udah kukatakan berulang kali, aku nggak mau balik sama kamu. Pernikahan kita udah berakhir, dan selamanya akan tetap berakhir." Mauren memotong ucapan Jeevan dengan cepat.

"Aku tahu, luka di hatimu masih basah dan butuh waktu untuk menyembuhkannya. Aku sabar menunggu sampai kamu siap membuka hati lagi. Aku yakin, jauh di dalam hatimu masih ada cinta untukku. Dan suatu saat nanti kamu akan memaafkanku dan kembali padaku. Aku janji tidak akan menyia-nyiakan kamu lagi, Mauren. Aku akan menerima apa pun keinginan kamu, termasuk memegang keuangan keluarga. Aku nggak masalah dengan hal itu, asalkan bisa balik sama kamu."

Ucapan Jeevan berhasil menyulut emosi Mauren. Kali ini, wanita itu benar-benar muak dengan sikap Jeevan yang tak tahu malu. Ingin rasanya Mauren menampar dan mencakar wajah Jeevan, hanya saja dia masih memikirkan reputasi.

"Pergi, Mas! Aku bosan mendengar ucapanmu yang selalu begitu. Harus berapa kali kukatakan bahwa cinta itu udah nggak ada, udah hilang sejak kamu memilih Elsa. Sekarang ataupun nanti, aku nggak akan kembali sama kamu!" kata Mauren dengan intonasi tinggi.

"Mauren___"

"Pergi, Mas! Pekerjaanku masih banyak," pungkas Mauren.

"Tapi, aku belum selesai ngomong."

Mauren bangkit dan hendak meluapkan amarah yang sudah membuncah. Namun, niatnya gagal karena ada seseorang yang memanggilnya.

"Masuk!" teriak Mauren kepada seseorang yang ternyata adalah Andika.

Lelaki culun itu mendekap beberapa berkas dan membawanya ke meja Mauren.

"Saya disuruh Bu Karin untuk mengantarkan ini, katanya butuh tanda tangan Bu Mauren," ucapnya.

Mauren memejam sejenak guna menahan emosi yang hampir meledak. Lantas, dia duduk dan memeriksa berkas-berkas yang Andika bawa. Setelah diteliti beberapa saat dan tidak menemukan kejanggalan, Mauren mulai membubuhkan tanda tangannya di berkas tersebut.

Aktivitas Mauren tak lepas dari pandangan dua pasang mata yang ada di sana. Baik Andika maupun Jeevan, keduanya memperhatikan gerak-gerik Mauren sambil membatin dalam benak masing-masing.

Ketika Mauren masih menunduk dan fokus dengan berkasnya, Andika mendongak dan menatap Jeevan. Kebetulan, Andika berdiri di samping Mauren, jadi bisa berhadapan dengan Jeevan.

Karena Jeevan tak jua menatap ke arahnya, maka Andika mencari perhatian dengan batuk dua kali. Berhasil! Hanya dalam hitungan detik, dia sudah beradu pandang dengan Jeevan.

Di hadapannya, Jeevan mulai gugup. Bertatapan dengan Andika membuat jantungnya berdetak melebihi batas normal. Entah mengapa bisa demikian, padahal Andika sekadar OB dan orang asing bagi Jeevan. Namun, tatapannya sangat mematikan meski terhalang kacamata tebal.

"Siapa dia, tatapannya sangat tajam dan penuh kebencian. Apa ini hanya perasaanku saja atau memang ada sesuatu dengannya?" batin Jeevan.

Kendati gugup dan gelisah, tetapi Jeevan tak mengalihkan pandangan. Dia terus bertatapan dengan Andika dan berusaha mencari tahu siapa gerangan. Namun, dengan sebagian wajah yang tertutup masker, Jeevan sama sekali tak mengenalinya, atau memang belum pernah kenal.

"Melihat tatapannya, seolah-olah kami pernah bertemu sebelumnya. Tapi ... kapan? Siapa sebenarnya dia?" Jeevan kembali membatin sambil membaca nama identitasnya. "Andika Mantofany, nama yang asing," sambungnya tetap dalam hati.

"Sudah kutandatangani semua, tolong bawa lagi ke Karin, ya."

Jeevan dan Andika menyudahi tatapan ketika mendengar Mauren berbicara. Lantas, Andika mengambil kembali berkas-berkasnya dan siap pergi. Namun, sebelum melangkahkan kakinya, dia sempat menatap Jeevan, yang kebetulan sedang menatapnya.

"Ini bukan perasaanku saja," batin Jeevan saat melihat Andika kembali menatapnya dengan tajam. Bahkan, masker yang ia kenakan sedikit bergerak dan kantung di bawah matanya sedikit mengerut. Jeevan yakin, Andika sedang tersenyum miring.

Bersambung...

1
Yani Mulyani
Kecewa
Yani Mulyani
Buruk
nobita
siapa lagi klau bukan Rendra
nobita
aku jadi penasaran siapa sosok Andika??? apa mungkin salah satu penggemar nya Maureen... sewaktu di dunia model???
nobita
jangan mau Maureen kembali pada suami mu yg penghianat itu... suatu saat akan terjadi lagi...
nobita
siapakah gerangan??? pemilik mobil tersebut??
nobita
siapakah dia??? jreng.. jreng.. jreng...
nobita
wow.. aku suka karakter nya si Maureen... benar benar wanita berkelas
nobita
jangan ada maaf... perselingkuhan harus dj berantas ke akar akarnya
nobita
bagus... Maurreen... balas dendam.. lanjutkan
nobita
makin tegang aja nihh.. alur ceritanya... mantapp
nobita
ya ampun aku gak bisa membayangkan... bagaimana perasaan kecewa nya Maureen pada sahabat dan suami itu
nobita
aku mampir kak... awal yang menarik
Irlindawati
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Azzahra Putri Ar
aku bacanya "Jahena" 🤭😁
IG👉Salsabilagresya: Jahena jahena... 🎤🎼🎹🎶
total 1 replies
Ashila Intan
Luar biasa
Agustina Fauzan
Lumayan
Sity Herfa
rasain..
Suka dg karakter nya karin /Joyful//Kiss/
Suami begitu buang aj ke sampah 🤪😂
Ledy Gumay
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!