Menyukai seseorang itu bukan hal baru untuk Bagas, boleh dibilang ia adalah seorang playernya hati wanita dengan background yang mumpuni untuk menaklukan setiap lawan jenis dan bermain hati. Namun kenyataan lantas menamparnya, ia justru jatuh hati pada seorang keturunan ningrat yang penuh dengan aturan yang mengikat hidupnya. Hubungan itu tak bisa lebih pelik lagi ketika ia tau mereka terikat oleh status adik dan kakak.
Bagaimana nasib kisah cinta Bagas? apakah harus kandas atau justru ia yang memiliki jiwa pejuang akan terus mengejar Sasmita?
Spin off Bukan Citra Rasmi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hipertenlove~ part 3
Srekkk!
Tap---tap---tap....
Krekkk....Brak---
"Pulang jam berapa sih?"
Udara dingin kota Bandung masuk begitu saja tanpa salam, menyerbu kamar membuat Bagas menggeliat seketika dan tangannya secara otomatis meraba mencari-cari selimut, "jam kulit pecah-pecah..." paraunya menjawab, masih berupaya mencari selimut tanpa mau membuka mata yang begitu lengket itu.
"Tutup atuh bun, dingin ah! Dedek emesh alergi dingin." pintanya serak-serak sedalam sumur bor.
Ganis justru dengan sengaja membuka lebar-lebar kedua daun jendela kamar Bagas biar setan yang bersemayam di dalam pada minggat kena sinar matahari, "kalo panas bukan di Bandung, tapi di Merkurius..dedek emesh alergi udara atau alergi tabokan ibun?" jawabnya memungut jaket, kaos kaki dan sepatu Bagas yang berceceran persis jiwa anaknya yang satu ini.
"Ck," Bagas berdecak dan menggulung badannya dengan selimut, tak peduli apapun yang terjadi. Mau warga negara konoha jaipongan, atau spongebob pake kopiah terus masuk pesantren sekalipun, pokoknya ia masih mengantuk. Bagas bahkan sudah menutup kepalanya dengan bantal.
"Gas, ibun ijinin kamu jadi anak band tuh dengan syarat ngga boleh ganggu kuliah. Kenapa jadi gini sih? Sering pulang pagi, kaya sodaranya bang toyib...sore ngeband, siang ngeband, malem ngeband," cecarnya. Tunggu! Bukankah bang toyib ngga pernah pulang? Bagas menaikan alisnya sebelah meski matanya terpejam. Wanita yang terlihat awet muda di usia yang sudah bau bau kembang kamboja itu duduk di tepian ranjang samping Bagas, berusaha menarik bantal yang di tahan oleh Bagas.
Tak ada jawaban yang keluar dari putranya itu.
"Pulang malem terus, alesan karena ngisi konser, bukannya ibun ngga bersyukur band kamu kepake, banyak yang suka....tapi kalo ganggu kuliah ibun ngga suka. Prioritaskan pendidikan! Denger ngga?!" tarik Ganis dengan perasaan, sedikit celah ia dapat melihat mata Bagas yang tertutup.
Bagas bukan tak mendengarkan, hanya saja terlalu lelah untuk menanggapi, ia kemudian mele nguh berat dan sedikit demi sedikit memaksakan matanya untuk terbuka, "denger ibun anu geulis. Engga sampe ganggu kuliah kok. Hari ini kuliah jam 10, cuma 2 mata kuliah...jam 9 bangun, i'm promise." Kemudian Ia membalikan posisi tidurnya membelakangi Ganis.
"Ibun pegang janji kamu. Cari uang jajan boleh aja, tapi jangan keasyikan sampe lupa kewajiban." Ganis beranjak dengan membawa kaos kaki dan jaket kotor keluar kamar.
Ganis sangat hafal dengan watak ketiga jagoannya itu, satu sifat seperti Nata.
Ia membawa cucian kotor ke belakang, setidaknya ember cucian kotor sedikit berkurang sejak Alvaro menikah 3 tahun lalu.
"Abang kasih tau Bagas kek, jangan nge band malem terus. Ganggu kuliahnya tau!" ujar Ganis menaruh cucian ke dalam mesin, sembari terus mengomel sewot pada Wira yang menikmati pisang goreng bersama kopi susu di meja makan sambil nontonin kesibukan pagi-paginya Ganis, acara favoritnya melihat si cantik menggemaskan ini sedang berlakon sebagai ibu rumah tangga.
"Udah passion, susah. Yang penting dia bertanggung jawab." Balas Wira dengan santainya, jawaban yang terlampau kalem itu memancing dengusan kesal Ganis.
"Bapak sama anak-anak sama aja. Ngga bisa gitu dibilangin kalo ambil job manggung yang pagi, atau siangan...jangan yang sampe malem?"
Wira melirik si manis jembatan pasopati ini, pagi-pagi saja sudah pake kostum cotton candy, pinky girl memang identitas yang melekat di diri Ganis sejak dulu, "konser band cadas kebanyakan malem, ay. Tapi bandnya Bagas juga kan ngga jarang manggung sore, kalo siang atau pagi bukan band pembuka konser underground namanya, tapi ngiringin senam aerobik ibu-ibu komplek..." jelas Wira.
"Cih,"
.
.
Drrtttt....
Drttttt.....
Drrrtt....
Seorang perempuan berdecak kesal, seraya berharap penuh jika panggilannya akan diangkat oleh sang adik ipar, "akang! Ngga diangkat sama Bagasnya ih!!" teriak Asmi, lalu menaruh ponselnya begitu saja setelah mengetik pesan untuk Bagas dan kembali bersolek.
Teh Asmi
Gas, maaf lah...teteh mau minta tolong, jemputin Sasi di Bumi perkemahan Siliwangi lah nanti jam 2 siangan. Teteh sama akang lupa ada acara di gedung sate bareng amih sama apih. Punten ya, da ganteng Bagas mah, hihihi.
Bagas yang masih asyik berkelana di dunia mimpi akhirnya memaksakan diri untuk terjun bebas ke dunia nyata, menyadarkan diri dan membuka matanya dari nikmat tidur saat mendengar alarm yang sudah ia stel sebelumnya dari ponsel berdering kencang.
"Argghhh! Hoammmm...." ia menggeliat bak cacing kepanasan, setidaknya badannya sedikit segar dari rasa lelah dan berat meski kepalanya sedikit berputar mirip buah mahoni ketebak angin, mungkin nanti secangkir kopi bisa membuatnya segar. Ia menaruh bantal begitu saja dan mematikan alarm hape, alisnya mengernyit bukan karena silau lampu ponsel saja, melainkan membaca notifikasi pesan dari Asmi juga.
"Teh Asmi? Pasti nitip si bocil..." gumamnya berujar menyeringai, seperti seorang cenayang, ia dapat menebak isian pesan Asmi yang sudah pasti ngga jauh-jauh dari Sasi, si adik kecil yang sudah beranjak ranum. Entahlah! Bagas senang sekali dititipin dedek yang satu itu walau tak jarang banyak ngelus dadanya, apalagi sejak acara resepsi pernikahan Alva 3 tahun lalu, moment saat si bocah cantik itu menari lalu menariknya untuk menari bersama dengan selendang begitu membekas di hatinya.
Flashback on
Asmi menarik Alvaro dengan selendangnya ke tengah aula mengundang seruan heboh para tamu atas aksi pengantin baru itu, awalnya Sasi ingin menarik Wilang, namun rupanya Kemala telah menarik leher Wilang duluan dengan selendangnya.
Sasi cukup kebingungan menghentikan langkahnya, ingin menarik a Candra atau a Bajra, posisi mereka cukup jauh dan riskan jatuh karena di atas podium. Pilihannya jatuh pada Bagas yang berada di antara keluarga mempelai lelaki di depannya, karena tak mungkin ia menarik om Nata atau om-om kalem nan dingin yang akrab disapa om Andro.
Sasi mengulas senyum dan kekehan ciri khasnya, gigi kelinci Sasi menambah kesan greget di diri Bagas.
"Hayu ngibing sama Sasi, a..." ajaknya.
"Wohhhhhooo!" seru keluarga Ganis melihat Bagas dan Alva.
"Gue ngga bawa receh, Si..." balas Bagas.
Bugh!
Di tengah tarian Sasi mendaratkan pukulannya singkat di perut Bagas, "a Bagas hutang saweran buat Sasi...seblak mafia yang di Dipatiukur ya.."
Flashback off
Bagas menggeleng sambil terkekeh mengingat potongan moment itu, belum Bagas membuka notifnya ia memilih turun dari kasur, menggeletakan ponselnya begitu saja di atas ranjang. Dan keluar kamar menuju kamar mandi sambil membawa sebatang rokok yang ia masukan ke dalam saku bo xer, setelah memelo rotkan celana jeans yang menyisakan bo xer one piece sepa ha, menampilkan bulu kaki kelaki-lakiannya yang tak begitu lebat.
Rambut pendek yang lebat nan semrawut, t shirt hijau botol kusut dan sandal jepit rumah menjadi outfitnya bangun tidur pagi ini.
"Ibun, ibunnya Bagas makin hari makin cantik! Di dunia ini mah ngga ada yang lebih cantik dari ibunnya Bagas!" ocehnya pagi-pagi, menggegerkan penghuni dapur.
"Cih," decih Ganis sinis, seakan tau kelakuan putra bungsunya Ganis menggidik cuek, "ngga mempan sama gombalan buaya buntung. Maaf, pacar ibun lebih ganteng dari anak jahe kaya kamu!" jawabnya, namun Bagas justru melingkarkan kedua tangannya di perut Ganis dari belakang.
"Aduh wangi gini ibunnya Bagas." ia menyesap aroma khas ibunya di balik dress rumahan Ganis.
"Téké geura! Pacar ibun cemburu, minggir! Tuh, ngga liat matanya udah bawa-bawa golok?!" tunjuk Ganis dengan spatula pada Wira yang justru anteng saja melihat putranya menggombali istrinya.
Bagas terkekeh, "hebat! Ibun mah kebal gombalan, kalo gitu, nanti Bagas pijitin lah...." rayunya lagi.
"Mau apa kamu teh? Mau nyussuu, ngopi? Ngerayu-rayu gitu?!" tanya Ganis, Bagas tertawa menggumamkan sebuah kata, kopi... membuat Ganis menutup hidungnya dan mendorong wajah putranya itu, "ngga usah ketawa, bau! Heran da ibun mah, cewek-cewek ngejar kamu sampe pada nangis, ngeliat kamu dari apanya? Meni udah pusing ibun mah kamu bawa cewek gonta-ganti kaya ganti baju aja!" ia melepaskan pelukan putranya.
"Sembarangan, harusnya ibun bangga. Aura mpap nempel di Bagas! Gantengnya bikin apotek tutup!" jawabnya.
Geplak!
Ganis menampar pan tat putranya itu, "udah sana mandi, nanti telat!" usirnya membuat Bagas kembali tertawa lalu ia membungkuk demi mendekati api kompor dan menyalakan rokok langsung dari sumbernya, rasanya ia sudah tak kuat untuk segera nongkrong di weseee.
Bagas masih bisa melihat ibun yang ngomel-ngomel, tentang para gadis yang ngantri padanya, namun sekelebat pikirannya tiba-tiba mengingat Sasi, si gadis kecil yang entah sejak kapan sering mengusik ketenangan jiwa si pemain hati-nya.
Hm, ada begitu banyak alasan ia memilih menolak semua rasa itu, selain karena Sasi yang masih kecil termasuk status mereka yang notabenenya adalah adik-kakak.
.
.
.
.
Note :
▪》 Téké geura, like be....jitak juga nih!
▪》 anu geulis....Yang cantik.
.
.
.
.
sainganmu berat a'...banyak lg yg kesemsem ama si neng...bukan wilang lagi yg udah sedari piyik memendam rasa ada jg tuh si akang surya kembara jg.... hmmm lika liku buat ngedapetin si eneng agaknya susah nie a"klo emang kmu dah sadar ama perasaanmu buat si neng....siap siap ajalah a"...😊
mb sin kebanyakan nongolin walang sihhh
gantung yeuh, pengin tau ketemuan mereka di rumah Alva
sugan Weh Aya selegit2 setrum diantara keduanya🤭😅
sedih aku kalau ingat kamu Lang, tapi mohon maaf, restu aku sudah kuberikan pada a' Bagas. kamu sama yang lain aja ya 🙏🙏🙏
haturnuhun updatenya teh Sin, semoga selalu sehat dan dilancarkan urusannya 🤲🤲😇