NovelToon NovelToon
PEWARIS

PEWARIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa
Popularitas:598
Nilai: 5
Nama Author: Just story

Menceritakan tentang dimana nilai dan martabat wanita tak jauh lebih berharga dari segenggam uang, dimana seorang gadis lugu yang baru berusia 17 tahun menikahi pria kaya berusia 28 tahun. Jika kau berfikir ini tentang cinta maka lebih baik buang fikiran itu jauh - jauh karena ini kisah yang mengambil banyak sisi realita dalam kehidupan perempuan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6 : Maafkan Ayah Nak

Di dalam kamar yang sederhana namun rapi, Yeon Ji kecil duduk di atas sofa berwarna abu. Cahaya pagi yang lembut menyelinap masuk melalui celah tirai jendela, menerangi wajahnya yang penuh konsentrasi. Buku catatan kecil terbuka di pangkuannya, sementara tangan mungilnya memegang pensil yang mulai usang.

Ia dengan serius mengulang pelajaran pertama yang diajarkan gurunya beberapa hari lalu, membaca dengan suara pelan, seolah takut mengganggu keheningan pagi itu.

Yeon ji : ini huruf a lalu ini b lalu c, ini apa ya ??? Bu guru bilang ???

Yeon Ji kecil menghentikan bacaannya sejenak. Ia mencoba mengingat lebih dalam apa yang diajarkan gurunya di sekolah beberapa hari lalu. Matanya menatap kosong ke arah buku di pangkuannya, sementara bibirnya bergerak perlahan mengikuti kata-kata yang terngiang dalam ingatan.

Namun, suasana hening itu terpecah oleh suara yang sudah sangat akrab di telinganya.

Kim woon : yeon ji, apa yang sedang kau lakukan?

Yeon ji : Ayah kau sudah datang, aku sedang mengulang pelajaran di sekolah tadi. Hanya saja aku lupa apa nama huruf setelah c ...

Ucap Yeon Ji polos, suaranya lembut dan penuh rasa ingin tahu. Ia segera bangkit dari sofa, membawa buku itu serta bersama nya.

Kim woon : Yeon ji, berikan buku itu pada ayah. Mulai sekarang lupakan semua tentang sekolah dan belajar

Yeon ji : Tapi kenapa ayah? Aku sangat suka sekolah. Disana aku mengenal banyak orang, ibu guru juga bilang bahwa belajar itu penting untuk semua orang agar bisa...

Kim woon : Yeon ji!! Sejak kapan kau belajar membantah perintah ayah mu!!!

Yeon ji : A- aku tidak membantah ayah... Aku hanya menyampaikan apa yang bu guru katakan

Yeon Ji berdiri kaku, jemarinya mencengkeram buku itu dengan gemetar. Matanya memandang Kim Woon dengan penuh kebingungan dan rasa takut yang mulai merambati hatinya. Tatapan tajam ayahnya itu membakar seluruh keberanian yang tersisa di dalam dirinya.

Kim Woon melangkah mendekat, bayangannya menelan cahaya di sekitarnya. Dengan gerakan cepat dan tanpa ragu, tangannya merampas buku dari genggaman Yeon Ji. Bunyi sobekan kertas menggema tajam di udara, seolah mencabik harapan kecil yang masih dipegang putrinya.

Yeon ji : ayah.....

Kim woon : karena buku-buku ini kau berani membantah perintah ayah mu!!! Kau berani menjawab perkataan ayah mu hanya karena perkataan seseorang yang baru saja kau kenal!!!!

Yeon ji : aku minta maaf ayah, aku tidak akan melakukannya lagi...

Kim Woon tak berhenti di situ. Kali ini, ia meraih tas sekolah Yeon Ji, mengeluarkan buku-buku pelajaran dan seragam sekolah dari dalamnya. Semua itu ia genggam erat tanpa sedikit pun ekspresi di wajahnya. Tanpa memberi penjelasan, ia berbalik dan berjalan menuju dapur.

Panik menyergap hati Yeon Ji. Dengan mata membelalak, ia bergegas mengejarnya, Dengan air mata yang mulai menetes.

Yeon ji : ayah ku mohon maafkan aku ... aku tidak akan nakal lagi, aku akan mendengarkan semua perintah ayah

Namun kim woon tidak menghiraukan keberadaan putri nya, dia mengambil korek dan minyak lalu pergi ke halaman rumah.

Kim woon : kau tidak ingin mendengarkan ayah mu kan!!!! Dan ingin terus belajar!!!

Yeon ji: Tidak ayah!!! Tolong maafkan aku (yeon ji berlutut memeluk kaki ayah nya )

Dengan tatapan kosong, Kim Woon mulai membuang tas sekolah, buku-buku pelajaran, dan seragam Yeon Ji ke tanah. Suara benda-benda itu jatuh menghantam bumi bagai gema kepedihan yang tak terucapkan. Jemarinya dengan cekatan membuka tutup botol minyak, lalu tanpa ragu, ia menyiramkan cairan itu ke atas benda-benda yang pernah menjadi simbol masa depan putrinya.

Aroma tajam minyak menyengat hidung Yeon Ji. Dadanya sesak, napasnya tercekat. Air matanya kini mengalir deras membasahi pipinya.

Yeon Ji menjerit histeris, tangisnya pecah seperti kaca yang jatuh berkeping-keping. Saat itu, dunia seakan runtuh di hadapannya, bersama harapan yang perlahan ikut tenggelam dalam dinginnya ketidakpedulian sang ayah.

Yeon ji : Tidak ayah!!! Jangan!!! Buku-buku ku!!!

Tanpa aba - aba kim woon langsung menyalakan korek yang di pegang nya dan membakar seragam juga buku-buku itu didepan yeon ji.

Yeon ji : Tidak ayah!!!!!! Ayah!!!!!!!!! Tolong selamatkan buku-buku itu ayah tolong!!!!!!!

Yeon Ji berdiri terpaku di depan kobaran api yang rakus melahap rak-rak buku. Aroma kertas yang terbakar menyayat hatinya. Matanya menatap penuh kepanikan dan putus asa pada lembaran-lembaran yang berubah jadi abu sebelum sempat terselamatkan. Dorongan untuk berlari ke tengah api begitu kuat, nyaris tak tertahankan. Ia ingin menerjang, memeluk buku-buku itu, merengkuh apa pun yang bisa diselamatkan.

Namun, genggaman tangan Kim Woon mencengkeram pergelangan tangannya dengan erat, lebih erat dari panggilan nalurinya. Tarikan itu bukan sekadar kekuatan fisik, melainkan tali tak terlihat yang menahan dirinya di ambang antara kepasrahan dan harapan. Tubuhnya bergetar, kakinya meronta, tetapi genggaman Kim Woon tak goyah.

Do hyun yang sedang lewat bersama orang-orang nya tanpa sengaja melihat kejadian itu.

Do hyun : Apa yang terjadi disana?

Wang he : Entahlah tuan, tapi sepertinya itu buku-buku dan seragam sekolah putri nya yang saya berikan beberapa waktu lalu

Do hyun melihat kearah kim woon yang terlihat begitu marah, sebelum kim woon memaksa yeon ji untuk masuk kerumah dan mengunci nya dikamar

Wang he : Tuan harus kah saya kesana, dan menghentikan nya?

Do hyun : Kita tidak perlu ikut campur dalam hal ini, biarkan dia mengurus putri nya sendiri

Wang he : Baik tuan

Di sudut dapur Kim Woon berdiri mematung. Wajahnya pucat, matanya kosong menatap nyala api di atas kompor.

Penyesalan menghantamnya seperti gelombang besar. Kata-kata kasar yang tadi meluncur dari bibirnya masih menggema di telinganya, memekakkan hati. Dadanya sesak; nafasnya terasa pendek dan tajam. Dia mengepalkan tangan, mencoba menahan sesuatu yang meluap-luap di dalam dirinya.

Tanpa sadar, tangannya menjulur ke atas nyala api. Panas itu menggigit kulitnya, tapi Kim Woon tidak menarik diri. Sakit fisik terasa lebih nyata daripada perih yang menggerogoti batinnya.

"Maafkan ayah yeon ji, Karena begitu pengecut nya aku hingga harus melakukan ini pada mu. "

" Aku bahkan tidak punya keberanian untuk menangis dan meminta maaf pada mu di hadapan mu."

"Seandainya aku bukan ayah mu, kau pasti akan jauh lebih bahagia sekarang "

####################################

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!