Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.
Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
...𝚂𝚎𝚖𝚎𝚜𝚝𝚊, 𝚓𝚊𝚐𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚔𝚞...
...𝓚𝓮𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝓾𝓱 𝓛𝓾𝓴𝓪...
"Mungkin ini adalah hari yang paling kamu tunggu selama ini" ucap Devan membuat Arlla mengernyit kebingungan. "Hari yang aku tunggu?" tanya Arlla memastikan dan diangguki oleh Devan itu artinya telinganya masih sehat dan tidak salah mendengar.
"Maksudnya?"
Devan merogoh sakunya dan mengambil ponsel kemudian menyerahkan pada wanita yang ada di hadapannya itu. "Ponselku" Arlla tersenyum riang dan mengambil dengan cepat ponsel miliknya yang selama ini disimpan oleh Devan.
"Aku sudah masukkan nomorku disitu kalau saja kamu butuh sesuatu atau apapun itu kamu telfon aku aja" ucap Devan
"Sebentar, maksud dari semua ini apa?" Arlla semakin tidak mengerti dengan ucapan Devan.
Devan menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Ia memantapkan hatinya untuk mengatakan ini.
"Kamu boleh pergi" ucap Devan
"Kamu boleh kembali pulang dan menjalani kehidupan seperti dulu" Devan tersenyum hambar ke arah Arlla.
"Kamu boleh kembali bersama dengan orang yang kamu cintai" Arlla tersenyum senang namun disisi lain ia mengingat akan statusnya saat ini yang sudah sah menjadi istri Devan lalu bagaimana bisa pria itu merelakan dirinya kembali dengan Gerald?
"Tapi sekarang kan.... "
"Aku akan mengurus perceraian kita" potong Devan dengan menatap nanar jendela. Ia tak sanggup tapi ini demi kebahagiaan wanita yang di cintainya.
"Kamu rela?" Arlla bertanya memastikan pada pria itu.
"Demi kebahagiaan kamu" Devan tersenyum membuat air mata Arlla menetes seketika. Ia begitu kagum dengan cinta Devan untuknya namun sayangnya ia tidak bisa mencintai pria itu dan hanya ada nama Gerald di hatinya.
"Kamu lebih bahagia dengan Gerald dari pada aku" Devan merengkuh tubuh Arlla dan mendekapnya dengan erat.
"Aku melepasmu agar kamu bisa bahagia dan maaf karena selama ini aku salah dalam menunjukkan cintaku" ucap Devan sembari mencium pucuk kepala Arlla dengan tulus.
"Mungkin aku dulu sangat membencimu karena membawaku jauh dari keluarga dan orang yang aku cintai. Tapi aku tau kalau kamu melakukan ini semua karena kamu sangat mencintai aku" ucap Arlla menatap wajah suaminya dengan tatapan tulus.
"Aku senang atas pertemuan kita dan aku berdoa semoga kamu mendapatkan wanita yang sangat mencintai kamu dan menjadi pasangan hidup kamu kelak"
"Jika tidak denganmu maka aku tidak akan dengan yang lain" ucap Devan serius
"Kamu boleh bilang begitu sekarang, tapi suatu saat kamu harus mencari pasangan untuk menggantikan aku" ucap Arlla dengan tersenyum.
Devan mencium seluruh wajah Arlla hingga terakhir berhenti pada bibir wanita itu. "Aku selalu mencintaimu" ucap Devan sebelum akhirnya interaksi mereka dihentikan dengan Gerald yang masuk ke dalam ruangan itu.
"Sayang" Arlla menoleh menatap Gerald yang baru saja masuk. Matanya berbinar saat melihat seseorang yang berdiri di belakang tubuh pria itu.
"Bella" pekik Arlla dan begitu bahagia bisa bertemu adiknya yang sangat dia sayangi itu.
Bella terdiam sesaat menatap kakaknya. Tubuhnya tak bergeming mendekat ke arah Arlla yang sangat antusias ketika melihat dirinya.
"Bella" panggil Gerald pelan menyadarkan wanita itu.
"Kak" ucap Bella lirih namun membuat hati Arlla berbunga-bunga seketika. "Coba kamu ulangin sekali lagi" ucap Arlla tak menyangka jika adiknya itu akan memanggil dirinya dengan sebutan 'Kakak'
"Kak Arlla" Bella berjalan mendekat ke arah Arlla sebelum akhirnya ia memeluk tubuh wanita itu dengan sangat erat membuat Arlla terkejut namun tak urung ia membalas pelukan adiknya itu dengan bahagia.
"Aku minta maaf sama kakak" Bella menangis di pelukan Arlla mengingat atas kesalahannya di masa lalu.
"Aku minta maaf" Arlla terharu dengan ucapan Bella secara tiba-tiba itu. Bahkan ia tak menyangka jika hal ini akan terjadi namun ia percaya jika seseorang bisa berubah kapanpun itu seiring berjalannya waktu. Di hari yang sama ia menyaksikan perubahan seseorang yang tak lain adalah Devan dan Bella.
"Kakak udah maafin kamu" ucap Arlla dengan mengusap rambut adiknya itu dengan penuh kasih sayang. "Aku minta maaf. Aku banyak salah sama kakak" Bella semakin mempererat pelukannya pada tubuh Arlla.
Devan tersenyum melihat interaksi dua wanita yang saling memeluk satu sama lain itu. Ia bahagia melihat wanitanya tersenyum bahagia bisa kembali bersama dengan keluarganya dan juga pria yang di cintainya. Senyuman itu adalah senyuman kebahagiaan yang tulus dan tidak dalam kepura-puraan.
"Aku seneng kamu bisa menerima kakak" ucap Arlla dan mengusap air matanya. Ia mengurai pelukannya untuk menatap wajah Bella yang sudah sembab karena menangis. Dengan hati-hati, ia mengusap wajah Bella dari sisa air mata yang masih menggenang di pipinya.
"Aku minta maaf" Bella menunduk malu pada kakaknya karena ia begitu banyak melakukan kesalahan terhadap kakaknya itu namun sampai saat ini Arlla tak pernah membenci dirinya.
"Kita mulai dari awal ya. Kita buka lembaran baru dan ukir dengan kenangan indah" ucap Arlla dengan tersenyum dan dibalas anggukan kepala oleh Bella.
"Kakak udah baikan?" tanya Bella
"Udah lumayan tinggal nunggu dari dokter aja kapan bisa pulang" ucap Arlla
"Kakak dari kemarin kemana aja sih? Aku sama kak Gerald nyari kakak gak dapet informasi apapun" ucap Bella penasaran
Arlla melirik sejenak ke arah Devan sebelum menjawab pertanyaan dari adiknya itu. "Kita gausah bahas itu ya" ucap Arlla
"Yaudah gapapa sayang yang penting sekarang kamu udah kembali" ucap Gerald sembari mencubit pipi Arlla.
"Oh iya aku belum hubungi mama kamu kalau kamu udah ketemu" ucap Gerald dan meraih ponselnya yang ada di saku.
"Aku keluar sebentar ya" Gerald berjalan meninggalkan ruang rawat Arlla untuk menghubungi Sandra.
"Kamu.... ?" Bella menunjuk ke arah Devan dengan tatapan penuh tanya.
"Aku temennya Arlla" ucap Devan kemudian duduk di sofa dan sibuk memainkan ponselnya. Ia tidak ingin jika Bella membahas terlalu jauh tentang statusnya karena itu sangat menyakitkan. Jika bisa ia ingin jujur jika dirinya adalah suaminya Arlla saat ini tapi itu hanya akan berlaku hingga beberapa bulan ke depan karena setelah itu akan ada imbuhan kata 'mantan' di depan status itu.
"Ouh" Bella kembali ngobrol dengan kakaknya untuk melepaskan rasa rindunya yang teramat dalam. "Kakak kangen banget tau sama kamu"
"Kangen sama Gerald, mama dan juga... " Ucapan Arlla menggantung kala mengingat pertemuannya dengan papanya beberapa waktu lalu yang menyakitkan. Ia tak menyangka jika rasa benci Kavendra sedalam itu hingga nekat melakukan sesuatu yang merenggut nyawa bayinya.
"Dan juga?"
"Papa" jawab Arlla