Sinopsis : Aku tak pernah menyangka akan mendapatkan perlakuan buruk oleh teman - teman sekolah ku, dari SD sampai SMA aku selalu mendapatkan bullying, entah apa yg mereka dapatkan setelah aku hancur, kesalahan apa yg aku pernah perbuat pada mereka? tanda tanya itu sering melintas di benak ku, aku sangat sedih karna aku selalu mendapatkan hal itu, aku terlahir dengan suara kecil, aku tidak seperti anak laki - laki pada umum nya, karna aku memiliki banyak kekurangan.hidup ku sangat menyedihkan, sampai aku menemukan bakat asli ku sebagai penulis . aku memulai karir di Pf yg aku coba . dan dari sana aku bisa menemukan teman baru. ikuti kisah ku ini .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 28" Murid baru
Jam menunjukkan pukul 21.00 , Aku meluruskan kaki di kasur setelah acara tasyakuran pindah rumah. Rasa nya lelah sekali. acara itu sederhana hanya mengundang tetangga dan sesepuh . Ustad nya kenalan bapak .
" Istirahat yg cukup biar besok berangkat sekolah nya seger" Kak Manda menghampiri sambil tersenyum lalu duduk di sampingku.
" Iya kak, aku mau istirahat, tapi boleh minta satu permintaan?" aku menarik selimut kesayangan ku yg di belikan mamah sewaktu aku di rumah sakit Bandung saat itu.
" Apa itu?" Kak Manda mengusap rambut ku yg sudah bersih karna aku keramas setelah semua beres. Aku tidak pernah menyangka akan semua ini terjadi.
" Aku pengen nanti lebaran ke makam nenek di Cirebon boleh kan?" aku menyandar ke ranjang sambil memandangi wajah kak Manda.
"Boleh tuh" Mamah menghampiri membawa air minum dan sepiring pisang goreng yg baru saja matang, satu plastik berisi obat sudah siap di meja belajar ku.
" Asik, aku pengen liat perubahan nya, aku udah rindu dengan keluarga di sana" Aku memakan pisang goreng itu.
" Iya, mamah juga kangen, udah lama nggak ke sana" Mamah mengusap kaki ku dengan lembut sambil mengeluarkan obat dari dalam plastik itu.
Aku menikmati hari ini walau terkadang aku merasa bosan , lelah dan kesabaran ku sudah tipis karna sejuta rintangan menghadang hidup ku ini. Burung terbang di atas langit malam ini, mereka masih saja berkeliaran.
Rembulan malam di temani bintang - bintang kecil yg bergemerlapan menghiasi langit dengan sejuta keindahan nya, aku berharap di rumah kontrakan ini aku dan keluarga ku bahagia. Walau kami yg mengontrak seperti kupu - kupu ketika sudah habis akan pindah lagi mencari rumah singgah sementara. Jujur aku lebih suka rumah yg sederhana , tetangga nya acuh dari pada rumah yg besar namun tetangga nya bergosip terus, kumpul - kumpul di teras rumah ujung - ujung nya membicarakan orang lain.
" No , gimana sekarang nggak pening kan?" kak Manda tersenyum manis.
Ternyata di sekolah ada murid baru, karna sebelum aku izin Medina memutuskan untuk pindah, dia sering sakit, maka dari itu orang tuanya memutuskan memindahkan nya pada sekolah lain yg lebih dekat dengan rumah nya.
" Nggak kok kak, aku udah mendingan" Aku tersenyum sambil minum, aku tak mau mereka semakin khawatir akan semua yg terjadi padaku.
Kak Manda hanya tersenyum , sambil mengusap pipi ku yg halus , aku duduk manis menikmati malam ini.
Ke esokkan harinya, aku sudah siap dan sudah sampai di gerbang depan sekolah. Aku berjalan pelan masuk ke dalam, sampai lah di kelas. Aku terkejut karna di kursi sebelah ku ada orang asing.
Dia tampak kaku duduk di kelas kami, dia tak sedikit pun membuka suara nya.
" Boleh ya aku duduk disini?" Tanya nya sambil menaruh tas rumbai- rumbai, yg berisi kotak pensil, penggaris yg banyak macam nya, buku , penghapus lapis seperti kue lapis .serutan lucu dan banyak lagi.
Dia juga membawa banyak uang saku yg di lipat lalu di masukan secara sembrono ke dalam saku celana seragam nya.
" Boleh" Jawab singkat ku sambil menaruh tas di kursi ku. Aku tak banyak bicara karna suara ku jadi bahan olokan. Aku takut dia juga membully ku.
" Aku Gibran , kamu?" Gibran mengulurkan tangan nya padaku. Bibir nya memberikan sedikit senyuman manis padaku.
Aku menyodorkan buku pelajaran pertama yg bertuliskan nama lengkap ku. Aku tidak menjawab nya dengan lisan karna artikulasi ku tidak jelas.
" Oh Derino" Gibran mengangguk paham, sambil memberikan lagi buku ku dengan tersenyum.
Aku tersenyum sambil membenarkan posisi duduk, dia tersenyum ramah padaku.dia putra orang yg berada, bukti nyata nya dia di antar oleh mobil hitam .
Dia memandangiku lekat - lekat, melihat dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aku berpenampilan sederhana terbukti karna tas ku yg sudah rombeng di bagian bawah.
Nasib, usaha dan takdir bagaikan tiga bukit biru samar - samar yg memeluk manusia dalam lena. Mereka yg gagal dalam memperbaiki nasib dalam usahanya yg kurang maksimal terkadang menyalahkan aturan main Allah, mereka miskin memang sudah di takdirkan begitu juga mereka yg kaya sudah di takdirkan pula. Itu yg aku rasakan sekarang ini, kedua orang tuaku berusaha keras memperbaiki nasib tetapi waktu itu belum tepat.
Bukit - bukit itu membentuk konspirasi rahasia masa depan dan definisi yg sulit di pahami oleh sebagian manusia.
Aku selalu menunggu takdir untuk mengubah nasib keluarga ku walau itu sangat lama bahkan keimanan ku hampir saja goyah.tetapi aku selalu menunggu dengan sabar meski semua itu belum tau kapan waktunya.
Bel jam pertama telah berbunyi, semua murid bersiap untuk berdoa . Lalu guru pelajaran pertama masuk.
" Assalamualaikum, anak - anak di kelas kita ada murid baru, silahkan perkenalkan diri terlebih dahulu" ucap ibu Silvia guru PKN.
" Waalaikum salam" Jawab semua murid , lalu Gibran berdiri di tempat nya sambil menghela nafas terlebih dahulu.
Setelah Gibran selesai mengenalkan diri dia duduk lagi , tanpa banyak bicara Ibu Silvia memberikan materi lanjutan nya .
Aku mengeluarkan ponsel untuk mencari jawaban dari soal yg sulit nantinya. Mereka pun sama. Valen melirik sinis padaku, karna anak baru itu malah duduk dengan ku.