Aqila Prameswari dan Qaila Prameswari adalah saudari kembar yang lahir dari pasangan suami istri Bayu Sucipto dan Anggi Yulia. Dua gadis cantik nan ramah ini menjadi buah bibir di sekolahnya, SMK Binusa, seakan tiap laki-laki memimpikan kedekatan dengannya.
Namun, walaupun penampilan mereka begitu sama, bak pinang dibelah dua, ada satu hal yang membedakan mereka: sifat mereka. Qaila Prameswari, adik kembar Aqila, memiliki karakter yang sangat berbeda dari kakaknya.
Bagai langit dan bumi, perbedaan sifat antara Aqila dan Qaila menjadi satu fenomena menarik di kalangan teman-teman sekolah mereka. Sementara Aqila dikenal sebagai sosok yang hangat dan penuh semangat, Qaila memiliki pesona misterius yang mengundang rasa penasaran dan takjub sekaligus.
Aqila, seorang gadis cantik yang telah memiliki kekasih, yaitu seorang mahasiswa di universitas terkemuka di kotanya. Sementara itu, Qaila - sang adik kembar, sama sekali tak tertarik berpacaran dan bahkan tak memiliki teman laki-laki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18
" Gue cinta sama lo." Ucap gavi,dan detik berikut nya aqila langsung memeluk tubuh gavi dengan erat.
Dengan perlahan, gavi melepaskan tangan aqila yang melingkar di tubuh nya. Gavi menatap mata aqila dengan dalam berusaha mencari sesuatu yang ada di dalam mata indah itu.
" Tapi hubungan kita tetep gak bisa di lanjutin, gue bakal berusaha untuk selalu ada buat lo qil. Tapi, tolong dengerin gue sekali ini aja." Lanjut gavi di detik berikutnya, setelah kepergian qaila yang belum sempat mendengar kelanjutan ucapan gavi.
" M-aksut lo apa?" Tanya aqila dengan air mata yang kembali membasahi wajahnya.
" Qil, status kita sekarang udah beda. Gue berstatus sebagai suami orang sekarang, sedangkan lo masih bisa di bilang lajang." Ucap gavi sambil menundukkan wajahnya.
" Tapi, semua masih bisa di perbaiki gav?" Ucap aqila menggelengkan kepalanya cepat.
" Dengerin gue, gue bakal selalu ada buat lo. Kita saudara, hubungin gue kalo lo ada masalah." Ucap gavi, membuat aqila membeku di tempat nya.
" Saudara?" Gumam aqila terisak.
" Pliss qil, ini demi kebaikan bersama." Ucap gavi, dengan berat hati harus berkata seperti itu saat ini.
Gavi bisa saja membatalkan pernikahan nya dengan qaila, tapi di usia nya yang masih muda seperti sekarang ini gavi tidak mau juga menyandang status duda muda. Terlebih gavi memikirkan orang tuanya.
" Kita gak bisa kaya dulu lagi?" Tanya aqila dengan kepala tertunduk dalam, menggigit bibir bawahnya agar suara tangis nya tak kembali pecah.
Gavi terdiam, dirinya bingung harus menjawab apa. Cinta nya ada pada aqila tapi istri nya qaila, terlebih gavi sudah pernah melihat tubuh qaila. Sebagai lelaki normal sudah jelas gavi mendambakan hal itu, tapi gavi juga tidak mungkin memilih qaila hanya karena nafsu semata sedangkan cinta belum tumbuh di hati nya.
" Kasih aku kesempatan sekali lagi untuk perjuangin hubungan kita gav!" Mohon aqila , dada nya sangat sesak saat ini.
Gavi masih terdiam, tiba tiba ponselnya bergetar. Laki laki itu lalu merogoh saku celananya dan mengambil ponsel nya.
" Inget kata kata gue semalem!"
" Lo gak pantes buat aqila, lo udah bikin dia nangis lagi saat ini."
Setelah membaca dua pesan yang masuk ke dalam ponselnya, gavi mengeraskan rahangnya. Matanya menatap sekeliling mencari sosok yang telah mengiriminya pesan itu.
" Gav?" Panggil aqila dengan wajah sembab nya.
" Oke, tapi tolong rahasiain hubungan ini dari siapa pun!" Ucap gavi tak ada pilihan lain.
Gavi terpkasa melakukan itu untuk melindungi aqila dari aksa, gavi berharap keputusan nya ini yang terbaik untuk saat ini.
" Aku janji, aku gak akan bilang siapa pun." Ucap aqila dengan senyum merekah di bibir nya.
°°°°
Ke esokan hari nya, hubunga gavi dan qaila masih sama. Keduanya memilih sama sama diam tanpa ada niat untuk saling bertegur sapa.
Seperti siang ini, qaila yang masih libur sekolah pun berniat untuk membeli beberapa keperluan menggambar nya.
" Lo kau kemana?" Tanya gavi yang kebetulan sedang duduk di sofa ruang tv.
" Keluar," balas qaila singkat tanpa melirik gavi sama sekali.
Setelah obrolan itu pun keduanya tak lagi terlibat obrolan sama sekali, qaila langsung keluar dari apartemen gavi. Sedangkan gavi, memilih diam dan merasa canggung untuk bertanya lagi.
Ting tong!
Ting tong!
Tiba tiba suara beli apartemen gavi berbunyi, gavi mengernyitkan dahi nya merasa bingung siapa yang datang ke apartemen.
Gavi pun segera berjalan untuk membuka pintu apartemen nya.
Ceklek
" Aqila?" Kaget gavi sampai membulat kan kedua bola matanya.
" Hay!" Sapa aqila dengan senyum sumringah di wajah nya.
" Kamu ngapain kesini?" Kaget gavi sambil celingukan ke luar.
" Ekhem, aku kebetulan lewat tadi. Terus gak sengaja liat qaila baru aja keluar dari apartemen, jadi aku kepikiran buat mampir kesini." Cicit aqila membuat gavi mengusap wajahnya dengan kasar.
" Kamu gak mau ngajak aku masuk?" Tanya aqila sambil melirik ke dalam apartemen gavi.
" Jangan lama lama, aku mau pergi ke basecamp sama anak anak." Ucap gavi membuat aqila mengangguk cepat.
Aqila menatap seluruh ruangan apartemen gavi, tak ada yang berubah satu pun di sana. Hingga tatapan matanya tertuju pada sebuah pintu bercat abu abu , yaitu pintu kamar milik gavi.
Membayangkan gavi dan qaila tidur sekamar membuat dada aqila seperti terbakar, rasa nya sesak dan panas. Tapi tak ingin menyia-nyiakan momen berdua an dengan gavi seperti ini, aqila berusaha menahan amarah yang menyelimuti hatinya.
" Duduk," ujar gavi, yang datang sembari membawa dua minuman dingin di tangannya.
" Makasih!" Balas aqila lalu duduk di samping laki laki itu.
" Nonton film, boleh?" Cicit aqila, yang entah mengapa merasa canggung dengan sikap gavi yang berubah menjadi diam.
" Hemm," balas gavi sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Aqila pun menyalakan tv, dan mencari film romantis yang biasa mereka tonton selama pacaran.
Qaila yang sudah setengah perjalan pun baru ingat, jika dompet nya tertinggal di kamar.
" Pak, bisa puter balik gak? Dompet saya ketinggalan." Cicit qaila.
" Ya ampun mbak, ada ada aja!" Balas supir taxi tersebut lalu memutar balik mobil nya menuju apartemen gavi.
Sesampainya di parkiran,qaila langsung lari menuju lift. Dirinya merasa tak enak dengan supir taxi tersebut karena harus putar balik.
Ting!
Suara lift terbuka, qaila langsung berjalan cepat menuju apartemen gavi. Setelah membuka kode pintu apartemen tersebut, Qaila langsung masuk ke dalam dengan terburu buru.
" Aww!"
Deg!
Jantung qaila berdebar sangat kencang, saat mendengar suara pekikan seorang wanita dari dalam sana.
Suara itu sudah tidak asing lagi bagi qaila, bahkan qaila saat ini tidak bisa melanjutkan jalannya untuk segera masuk ke dalam sana.
" Sakit gav!"
" Tahan, sebentar!"
Deg!
Deg!
Deg!
Tangan qaila bergetar, ingin rasanya qaila berbalik arah tapi dirinya tak mungkin membiarkan supir taxi tadi menunggu nya terlalu lama, apa lagi dompetnya berada di dalam kamar.
"Ekhem!"
Setelah memberanikan diri, qaila berdehem cukup kuat. Tak ingin melihat hal yang tidak tidak di depan sana nanti.
" Qai?" Kaget aqila dan gavi bersama an.
Gavi pun langsung melepaskan tangannya dari rambut aqila. Sedangkan aqila masih diam seperti patung.
Melihat gavi dan aqila yang berada dalam jarak sedekat itu, membuat qaila mengepal kan tangannya kuat kuat. Tak ingin membuang buang waktu nya terlalu lama disana, qaila berlalu menuju kamar gavi untuk mengambil dompet nya.
Aqila pun berdiri, hendak menyusul qaila tapi di tahan oleh gavi.
Gavi pun langsung menyusul qaila ke dalam kamar, laki laki itu menelan salivanya dengan susah payah. Pasti saat ini qaila sudah salah paham pada dirinya.
" Kamu mau kemana?" Tanya gavi, melihat qaila yang sudah mau keluar kamar lagi.
Qaila terkejut, tidak menyangka gavi akan menyusul nya ke dalam kamar. Tapi detik berikutnya, qaila kembali memasang wajah datar seolah tak peduli dengan kegiatan yang baru saja gavi lakukan tadi.
" Gue cuma mau ambil dompet, ketinggalan." Ucap qaila dengan tenang.
Melihat qaila menunjukkan dompetnya, gavi semakin bingung bagaimana menjelaskan nya kepada qaila.
" Lain kali, kalo mau main main jangan di ruang tamu!" Ucap qaila pelan lalu segera keluar dari kamar.
" Qai?" Panggil aqila menahan qaila yang hendak melewati nya.
" Lo salah paham, gue sama gavi-"
" Kenapa?" Potong qaila cepat.
" Gak perlu klarifikasi ke gue, gue kan udah bilang. Stop bawa bawa gue ke dalam hubungan kalian!" Ucap qaila dengan tegas dan langsung pergi dari sana.
Di dalam lift, qaila berusaha mengatur nafasnya yang memburu. Dada nya terasa sangat panas bahkan tubuh nya sampai berkeringat.
"Ini bukan urusan lo qai!" Gumam qaila, tanganya cepat cepat menghapus air matanya yang jatuh.