NovelToon NovelToon
Kampung Jabang Mayit

Kampung Jabang Mayit

Status: sedang berlangsung
Genre:Demon Slayer / Kumpulan Cerita Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:887
Nilai: 5
Nama Author: Ncess Iren

Buat yang penakut jangan baca sendirian!!!

Tentang sebuah desa, yang mana desa ini atau kampung sangat misterius.

Di cerita ini kita bakal ngikutin perjalanan seseorang yang bernama candra, dimana keluarganya terlilit hutang gitu yang lumayan banyak.

Candra disuruh orang tuanya buat pergi kerumah pamannya, yang bernama kang agung disebuah desa yang bernama rangkas punah. desa itu sendiri menyimpan cerita misteri yang sangat mengerikan.

Nah bagaimana cerita selanjutnya penasaran kan?
yukk kita baca bareng_bareng, biar takutnya bareng_bareng.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dalang Kutukan

   Candra termenung lama di atas kasur lagi-lagi mikirin, soal kenapa Ibunya nggak pernah ngasih tahu apa-apa sebelumnya ke Chandra. Dan juga tentang masa lalunya Kakek Ambar, Ibu Yani, Ibunya sama kamu Panjul.

Mereka nggak ada yang tahu kayak gimana, cuma Pak Agung dan Pak Abbas yang tahu.

Dalam hati Candra bilang besok harus nelpon Kang Banu, udah berjam-jam tuh sampai hampir masuk tengah malam. Tapi Budi nggak datang-datang juga, padahal jendela dari tadi belum dia tetap juga.

Beberapa kali Candra ngecek tuh nggak ada siapa-siapa, cuma kelihatan pohon-pohon Jati yang lagi bergoyang-goyang di tiup angin diantara kegelapan.

   "Kang Panjul kelihatan udah tidur tuh di ruang tengah, dan kayaknya nyenyak banget. Disitu Candra berencana nih buat pergi, kerumahnya Ni itoh lagi.

Tapi yang jadi penghambat tuh kan bertentangan, sama larangannya Kang Panjul tadi. Beberapa kali dia pertimbangin, untuk keputusan itu. Sampai akhirnya dia mutusin buat tetap pergi, malam itu juga.

Dia cuman ingin mastiin keadaan bapaknya di sana, pelan-pelan dia kunci itu pintu kamar terus dihadapin tuh bantal guling sama selimut kayak malam itu. Rokok sama korek udah masuk kantong, nggak lupa kain putih pemberian Budi Habis itu dia tarik nafas dalam-dalam.

Tekadnya udah bulat buat pergi ke rumah Ni Itoh, dia buka jendela itu lebar-lebar terus siap-siap dia mau keluar. Nggak lupa dia tutup lagi jendela dari luar, Chandra melihat emang gak ada siapa-siapa di situ.

Candra mulai jalan tuh sambil mengendap-ngendap ke halaman belakang, sampai tiba-tiba tahu-tahu ada yang membekap mulutnya dia dari belakang. Persis sama kayak waktu itu, yang dia lagi ngintai rumahnya Ni itoh.

Padahal sebelumnya dia yakin kalau nggak ada suara langkah kaki yang lain, selain langkah kakinya Candra berusaha memberontak sambil bilang.

"Lepasin"

"Jangan malam ini belum waktunya, di sana lagi ada ritual" Candra mulai tenang pas tahu yang membekap itu adalah Budi, dan pelan-pelan ia mulai melepaskan tangan Budi.

"Cepat masuk sebelum Kang Panjul tahu kalau kamu keluar, kurang baik apa dia sama kamu Chandra" Ucap Budi tegas.

"Tapi Bud, semuanya udah jelas tinggal Akbar sama Abbas yang ngejelasin"

"Jangan bodoh kalau pun mati, setidaknya berguna dikit lah jangan sampai ibumu kehilangan Abbas dan anaknya yang bodoh ini. Bisa jadi mata kamu nggak cuma merah kayak pagi tadi, bisa jadi keluar darah. Budi ngomong begitu sambil mendorong Candra ke tanah, Candra cuma diem aja disitu buat nenangin emosi.

Setelah melakukan kayak gitu sama Budi udah sempet Jalan ninggalin Chandra beberapa langkah Sampai akhirnya dia balik lagi dan menjulurkan tangannya ke Candra.

"Ayo bangun Candra percaya sama aku, kehadiranku disini buat kamu atas perintah Gama. Disana lagi ada Ritual, kalau tiba waktunya kita kesana aku yang bakal datang ke kamar kamu. Dan bawa kamu nanti buat balik ke rumah nenek biadab itu, paham. Nggak ada tapi tapi udah sana balik"

Chandra yang nggak bantah apa-apa, dia buka lagi jendela kamar dan dia masuk lagi ke ke dalam. Terus dia buka itu kunci pintu kamar, dan dia jalan untuk ke kamar mandi buat cuci kaki.

Untungnya Kang Panjul masih tidur nyenyak di ruang tengah, tapi Candra malah mendengar suara langkah kaki dari kamarnya Mak ela. Apa jangan-jangan Mak ela tadi denger obrolannya dia sama Budi, ya mudah-mudahan sih enggak.

Habis cuci kaki, Chandra balik lagi ke kamar sambil mikir tuh kalau Budi bisa kayak gitu. Iya bisa tahu-tahu muncul, senyap gak ada suara. Gimana Gama yang udah ngirim dia, bisa jadi ilmu Gama ini lebih tinggi daripada Budi.

Candra berpikir kalau ibunya ini sudah komunikasi sama Gama, soalnya kok sudah nitipin Candra ke sama Kang Panjul. Cuma itu nggak mungkin, soalnya ibunya Chandra ini tahu nama Gama doang.

Nggak pernah ketemu dan juga jarak mereka itu cukup jauh.

"Mak udah bilang kalau bapak pergi ke rumah mertuanya Kang Banu?" Tanya Kang Panjul.

"Udah Semoga aja cepat pulang, warga udah datang terus lagi-lagi laporan penampakan sosok-sosok di hutan. Minta segera ada diskusi sama sesepuh Kampung lainnya, malah bawa-bawa almarhum Ki Ambar" Jawab Mak ela.

"Belum bangun Si Chandra"

"Tuh buka aja" Candra kebangun gara-gara mendengar suara Kang Panjul, sama Mak ela ngobrol barusan. Dan nggak lama Kang Panjul masuk tuh, ke kamarnya Candra. Di situ Kang Panjul bilang kalau tadi pagi, baru aja dapat laporan dari orang buat gali info.

Mendengar itu langsung seger kan Candra, langsung duduk dia di atas kasur. Dan nanya soal bapaknya, tapi Kang Panjul nggak langsung jawab. Dia tutup dulu itu pintu kamar rapat-rapat, sama dia buka di jendela.

Melihat Kang Panjul yang enggak langsung jawab, Candra mulai panik nih apalagi dia mendengar kata-katanya Budi. Kalau lagi ada ritual di rumahnya Ni itoh, sambil duduk di atas kasur di sampingnya Chandra Kang Panjul ni ngejelasin.

"Tadi pagi orang suruhan Akang, melihat anak buahnya Pak Agung yang namanya Dewo. Boncengan bertiga Dewo yang bawa motor, di tengahnya kayak ada orang tua mukanya pucat. Kemungkinan sudah tidak bernyawa, dan di belakangnya adalah Barja"

Orang suruhan Kang Panjul itu baru aja mau berangkat ke sawah tuh pagi-pagi, dan karena belum terang yang dia lihat cuma muka pucatnya. Belum bisa mastiin, kalau yang di tengah-tengah itu muka bapaknya Candra atau bukan.

Candra di situ langsung kalap situ dia bilang, "Bawa aku ke rumah Ni itoh, buat mastiin sekarang kang"

"Buat apa, buat mati"

"Itu bapak saya Kang, saya harus pastiin"

"Tenang Candra"

"Kalau nggak mau biar saya sendiri" Candra langsung keluar kamar tuh, Kang Panjul langsung banting Candra ke lantai.

"Brraakkk....

"Aku anaknya Kang, nggak salah apa-apa"

"Diam jangan ngomong lagi, kalau kamu mau mati pergi. Anak sama Bapak gak beda jauh"

"Panjul"

Kang Panjul beneran golok tuh yang ada di pinggangnya, dan dia keluar kamarnya Candra. Mak ela masih berusaha buat nenangin Kang Panjul, tapi Kang Panjul masih emosi dan langsung pergi.

Pelan-pelan Candra mau bangun tuh sakit kan, habis dibanting tuh terus dia duduk di kasur. Nyoba buat nenangin diri, Mak ela masuk ke kamarnya Candra buat ngecek keadaannya Candra. Dan menawarkan untuk makan, tapi Candra Bilang.

"Ntar aja Mak"

Di situ Candra melihat Mak Ela ini kayak pengen ngomong sesuatu, bibirnya udah pengen gerak tuh tapi nggak jadi dan dia pergi keluar kamar gitu aja.

Sampai siang Candra belum ngobrol lagi tuh sama Kang Panjul, dia cemas bukan main sama keadaan bapaknya. Dan juga Kang Banu gak bisa dong, dia berdiam diri aja dalam kamar.

Kang Panjul hanya geleng-geleng kepala aja tuh, melihat Candra yang sudah megang kunci motor. Begitu pun Mak ela dia udah nggak ngomong apa-apa lagi, dalam hati Candra bilang.

"Ujung kampung"

Setelah barang-barang yang biasa dia bawa, rokok, korek api dan kain putih. Tak lupa hpnya juga gak pikir panjang Candra langsung tancap gas tuh, pergi menuju ke ujung kampung.

Sesampainya di ujung Kampung Candra berdiri, dan seperti biasa nyari Spot sinyal. Yang pertama kali dia hubungi adalah ibunya, karena dia mau nanya hal-hal yang Kang Panjul ceritain.

Tapi udah tiga kali coba Candra hubungin, nggak nyambung Setelah itu.

Ting

Ada pesan masuk: "Telepon sudah ada sinyal"

Gak pake lama Chandra langsung telepon tuh Kang Banu.

"Hallo Kang"

"Tunggu bentar ini masih dirumah sakit, mau keluar dulu biar kita enak ngomongnya"

Ya udah kan lumayan lama tuh Candra nunggu, dari kejauhan Candra melihat tuh ada beberapa orang di sawah. Yang Lagi ngeliatin dia, setelah nunggu agak lama akhirnya Kang Banu telepon lagi.

"Chandra hallo"

"Ya Kang, gimana kondisi Ismi Kang. Ibu sama Bapak udah ada di situ?"

"Udah aku bilang dari awal, keluar aja dari kampung itu bahaya. Udah tahu kan sekarang kayak apa, hah! Ibu udah datang sendirian diantar Basir Bapak gak ikut"

Kaget dong Candra di situ, apalagi Kang Basir bilangnya Ibu Yani pergi sama Pak Agung.

"Susah Kak sekarang bapak lagi ada di kampung Ini masalahnya, harusnya si Pak Agung ikut. Aku dengar Kang pasir yang bilang" Ucap Candra.

"Udah jangan ikut campur masalah itu dengar Candra, itu itu bahaya. Ibu sudah cerita Semuanya sama aku, tentang gimana tingkah kamu di kampung itu. Emang sengaja kan cari masalah" Ucap Banu.

"Cuma orang bodoh yang yang mau masuk ke masalah seperti ini, semua ada sebabnya kang jangan sembarangan kalau ngomong. Aku bicara baik-baik"

"Tapi Ismi dan anakku dalam bahaya Chandra" Ucap Kang Banu.

"Begitu juga Bapakku dan nyawaku Kang"

"Kalau sampai Ismi dan anakku kenapa-napa semua karena kamu"

"Kenapa Kak nggak nyalahin Pak Agung, balasan yang menimpa anaknya dari kelakuan Agung sendiri bahkan menimpa keluargaku dan aku sekarang"

"Chandra dengar" Belum sempat Kang Banu menyelesaikan kata-katanya, Candra langsung matiin itu teleponnya soalnya lagi sama-sama emosi kan.

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!