"Tidak ada pengajaran yang bisa didapatkan dari ceritamu ini, Selena. Perbaiki semua atau akhiri kontrak kerjamu dengan perusahaan ku."
Kalimat tersebut membuat Selena merasa tidak berguna menjadi manusia. Semua jerih payahnya terasa sia-sia dan membuatnya hampir menyerah.
Di tengah rasa hampir menyerahnya itu, Selena bertemu dengan Bhima. Seorang trader muda yang sedang rugi karena pasar saham mendadak anjlok.
Apakah yang akan terjadi di dengan mereka? Bibit cinta mulai tumbuh atau justru kebencian yang semakin menjalar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LyaAnila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 24: Kekhawatiran Rani dan Rencana Baru
"SELENAAAA. BUKA PINTUNYA NGGAK. GUE UDAH SEJAM NUNGGUIN LU BUKAIN PINTU!"
Suara gedoran pintu kamar masih terdengar jelas. Rani yang berusaha menghubungi Selena sedari tadi tidak mendapatkan jawaban.
Setelah kembali digedor-gedor Rani, akhirnya Selena terbangun dan berusaha mengumpulkan kembali nyawa nya yang berterbangan.
"Ya bentar," dengan langkah gontai Selena menghampiri pintu kamarnya dan membukakan pintu.
Rani yang terkejut melihat kondisi Selena pun langsung memberondong Selena dengan beragam pertanyaan.
"Astaga Selena, kenapa lu jadi kek gini. Ada apa we. Cerita lah sama gue."
Selena tak menjawab, setelah memastikan Rani sudah masuk di kamarnya, ia mengunci pintu dan Selena kembali tidur lagi.
"Heh Selena. Gue mau ngasih tau lu informasi penting."
"Hemthh. Paan," responnya dengan mata yang masih tertutup. Namun pendengaran nya masih terjaga.
"Ini tentang perkembangan kasus lu, Len. Bu Prita meminta besok kalau lu udah enakan, lu diminta ke kantor. Beliau udah tau kalau laptop lu udah balik. Sekarang banyak yang bela lu," terang Rani.
Kesadaran Selena tiba-tiba kembali penuh. Ia tak menyangka, satu kantor yang dulunya memojokkan dia. Sekarang malah balik mendukungnya.
"Ha, gue nggak salah denger ni Ran? Seluruh kantor? Sekali lagi, seluruh kantor bela gue sekarang?"
"Iya ege. Seluruh kantor. Ni gue ulang sekali lagi. SELURUH KANTOR BELAIN LU," tegas Rani.
"Kok bisa. Ada gosip baru kah? Jadinya kasus gue teralihkan?"
Rani menggeleng. Ia menerangkan bahwa akun anonim itu sudah mengakui bahwa mereka juga diminta seseorang untuk nyerang nama baik dirinya.
"Coba jelasin, kira-kira siapa yang benci sama lu dan dia sampai tega-teganya nuduh lu sampai segini nya," tanya Rani.
Selena terdiam, tak berkutik. Ia justru masih terkejut dengan pernyataan Rani.
"Ha, siapa yang sampai setega ini sama gue? Salah apa gue sama dia sampai-sampai dia setega itu sama gue," gumamnya dalam hati.
Terjadi keheningan di antara mereka. Karena tak enak dengan Rani yang sudah datang jauh-jauh dan terjebak satu jam di depan kamarnya, ia membuatkan Rani mie kuah dan nugget kesukaannya.
"Ran, nih mie kuah sama nugget kesukaan lu. Masalah yang tadi pikir nanti aja ya. Gue laper. Hehehe," bohongnya.
Karena Rani juga lapar, ia langsung mengiyakan perkataan Selena dan segera bangkit untuk menikmati mie yang dibuat Selena.
Keduanya pun makan dengan lahap dan saling bercerita tentang hari-hari mereka.
*****
Sepuluh menit di habiskan untuk menikmati mie buatan Selena.
Ia pun segera membersihkan mangkuk-mangkuk yang digunakan. Selepas ia membersihkan mangkuk, Selena mulai menceritakan pada Rani bahwa ia kemarin baru bertemu laki-laki.
"Ran, gue mau cerita."
Selena membuka obrolan. Rani langsung meletakkan ponselnya di sebelahnya dan mendengarkan Selena dengan seksama.
"Buruan. Mau cerita apa," katanya.
"Jadi gini. Gue kemarin baru aja ketemu sama cowok lagi."
"Ha. Siapa lagi. Bhima kali. Atau siapa lagi?"
"Nggak, dia bukan Bhima. Namanya Aksa. Tapi keknya dia temennya Bhima deh. Tapi nggak tau ah," potongnya.
Selena pun melanjutkan kembali pembicaraan nya.
"Tapi Ran, jujur aja nih. Gue nggak tau kemarin yang beliin bubur dan di gantungkan di knop pintu itu siapa," tambahnya.
Rani pun dengan segera menenangkan Selena supaya tidak perlu khawatir.
"Ah mungkin itu elu yang beli. Tapi lu lupa aja. Makanya ada temen lu yang ambilin di pager kost," katanya.
"Nggak gue juga sih Ran kek nya, soalnya waktu gue makan bubur itu, tiba-tiba kepala gue pusing dan gue tidur. Makanya, waktu lu gedor-gedor tuh pintu, gue nggak bukain. Karena entah kenapa telinga gue kek dibuat budeg gitu lho. Paham nggak?"
Mendengar penjelasan panjang dari Selena, Rani mulai khawatir. Ia kemudian menyarankan Selena untuk keluar dari kost itu.
"Wah bahaya Len, kek nya lu diuntit deh."
"Ah ngaco lu. Siapa yang nguntit gue. Minta apa dia dari gue sampai gue diuntit kek gini. Ngarang aja lu Ran Ran. Hahaha," tawa Selena.
Padahal sebenarnya, ada rasa was-was di hatinya. Namun ia berusaha tak memperlihatkannya pada Rani.
"Jangan sembarang lu, Len. Jaman sekarang orang itu pada nekat-nekat. Gimana kalau lu pindah dari sini. Nanti gue bantuin deh cari kost baru. Untuk sekarang, lu di rumah gue aja dulu."
Rani sangat khawatir dengan kondisi yang sedang dialami oleh Selena. Ia berusaha sekuat tenaga untuk membujuk Selena untuk pindah dari kost itu.
"Enggak dulu deh kek nya, Ran. Gue masih ada sewa disini sekitar tiga bulan. Sayang juga kalau nanti gue main cabut aja dari sini. Toh kalau gue cabut, uang sisa tiga bulan itu nggak bakal balik lagi. Gue nggak papa kok disini," Selena tetap tidak mau untuk pindah sesuai saran dari Rani.
"Hemhthh. Ya udah kalau lu nggak mau pindah. Tapi, lu harus selalu waspada ya. Soalnya, perasaan gue nggak enak," tambah Rani.
Selena pun mengangguk dan keduanya pun kembali bercerita.
"Eh tapi Len. Lu kenal Aksa Aksa itu darimana?"
"Di taman dekat sini. Dia yang nyamperin gue duluan dan kita ngobrolin banyak hal," jawab Selena.
"Ngobrolin apa kalian?"
"Ya biasalah. Tentang keseharian aja. Tapi ya Ran, kek nya si Aksa ini bisa deh dijadikan teman berbagi. Kek lu gini."
"Jangan sembarangan lu, Len. Jangan main percaya aja sama orang yang baru dikenal. Lu nggak tau sebenernya dia itu gimana," Rani memperingatkan Selena untuk tak segera percaya dengan laki-laki.
Selena terdiam. Benar juga apa yang dikatakan Rani. Ia selama ini mudah percaya dengan orang lain sehingga ia mudah dimanfaatkan oleh orang jahat yang melihat kebaikan nya.
*****
Disi lain, Gatra berdiri tegap di balkon kamarnya di lantai delapan sambil memfokuskan pandangannya ke kost sederhana yang ditinggali Selena.
"Kau tidak bisa kabur kemana-mana nona manis. Meskipun kau pergi sampai ke ujung dunia pun aku tetap akan menemukanmu," gumamnya.
Ia meletakkan gelas kopinya dan beralih merogoh saku celana nya dan meraih gawainya. Ia membuka menu CCTV dan menekan menu bernama "Selena Aria Widyantara".
Di dalam CCTV tersebut, jelas terlihat bahwa Selena sedang bersenda gurau dengan Rani. Tanpa disadari, Gatra tersenyum simpul melihat kelakuan Selena.
"Maafkan aku, nona manis. Aku terpaksa membuatmu tidur sebentar kemarin. Aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu. Tapi aku janji, aku akan melindungi mu dari orang keji, bernama Bhima Artha Pradana itu," gumamnya.
Setelah puas ia melihat Selena, Gatra pun mematikan gawainya dan segera masuk untuk merencanakan aksinya lagi.
Sedangkan, disisi lain Bhima masih terus berusaha untuk bagaimana caranya menemui Gatra dan menyelamatkan Selena dari tipu muslihat Gatra. Masih bersama kedua rekannya, Bagas dan Dion. Mereka merencanakan sesuatu.
******