NovelToon NovelToon
Bun Dasim

Bun Dasim

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Balas Dendam
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: bundaAma

Alzena Jasmin Syakayla seorang ibu tunggal yang gagal membangun rumah tangganya dua tahun lalu, namun ia kembali memilih menikah dengan seorang pengusaha sekaligus politikus namun sayangnya ia hanya menjadi istri kedua sang pengusaha.

"Saya menikahi mu hanya demi istri saya, jadi jangan berharap kita bisa jadi layaknya suami istri beneran"

Bagas fernando Alkatiri, seorang pengusaha kaya raya sekaligus pejabat pemerintahan. Istrinya mengidap kanker stadium akhir yang waktu hidupnya sudah di vonis oleh dokter.

Vileni Barren Alkatiri, istri yang begitu mencintai suaminya hingga di waktu yang tersisa sedikit ia meminta sang suami agar menikahi Jasmin.

Namun itu hanya topeng, Vileni bukanlah seorang istri yang mencintai suaminya melainkan malaikat maut yang telah membunuh Bagas tanpa di sadari nya.

"Aku akan membalas semua perbuatan yang kamu lakukan terhadap ku dan orang tuaku...."

Bagaimana kelanjutan polemik konflik diantara mereka, yuk ikuti kisahnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundaAma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

-15

"Ada apa pak?" tanya Bu Darsih seraya berjalan ke arah pak Barren yang tengah terlentang di atas ranjang hanya dengan menggunakan celana dalam nya saja.

"Awasi Leni baik baik, jangan sampai usaha saya hancur karena kebucinan nya...." ujarnya lalu berjalan ke arah Bu Darsih yang tengah berdiri tegak dengan wajah menunduk.

Greppp

Pak Barren menarik tubuh Bu Darsih ke arahnya, tangannya dengan lancang dan tanpa permisi membuka tiap kancing baju yang di pakai buat Darsih.

Krepp

Di pegang nya benda kenyal milik Bu Darsih, dengan pelan pelan ia mendorong tubuh Bu Darsih ke arah dinding lalu mengulum choco chips pink milik Bu Darsih dengan ganas.

"Rasanya tetap nikmat meskipun saya harus melihat wajah dan tangan mu yang tua...." ujarnya seraya terus melucuti seluruh pakaian yang di pakai buat Darsih.

Di pandang nya tubuh muda yang kini berdiri di depannya, berbeda dengan wajah dan tangan nya yang terlihat 3 kali lebih tua dari kulit yang selalu tertutup bajunya.

Brughhhhh

Awhhhhhhh

Pak Barren membanting tubuh Bu Darsih ke arah ujung ranjang, tanpa pemanasan ia mengeluarkan sesuatu miliknya lalu menusuk ke bawah Bu Darsih yang tengah menungging menahan setengah tubuhnya ke ranjang tanpa pemanasan.

Awhhhhhhh

Teriak Bu Darsih kesakitan saat miliknya di terobos tanpa pelicin terlebih dahulu, mendengar teriakan Bu Darsih adrenalin pak Barren merasa semakin terpacu, ia semakin keras menghentakkan miliknya ke tubuh Bu Darsih.

Awhhhh siallll

Umpatnya saat pinggang renta nya kesakitan karena ulah nya yang terlalu gragasan tanpa ingat umur yang sudah tua.

"Matikan lampunya, naik ke atas saya...." titah nya lalu membaringkan tubuh buntalnya dengan hati hati ke atas ranjang.

Tanpa merasa malu atau tersinggung oleh ucapan pak Barren, Bu Darsih pun menurut dan segera naik untuk memacu ke tubuh pak Barren.

Dengan hati hati ia memasukkan sesuatu ke bawah sana yang sudah basah terlebih dahulu

Awwhhhhh Ahhhh A-Ahhhhh

Bu Darsih mendesah seraya memacu dengan ritme pelan namun maju mundur di atas sana, tubuhnya semakin terbakar seiring pacuannya maju mundur.

Ahhhhh A-A--ahhhh

Pacuannya semakin meningkat saat adrenalin nya semakin memuncak, ia merasakan gelombang besar di bawah sana yang sudah mulai menipis dan merasa akan membeledak.

Brughhhh

Pak Barren menendang Bu Darsih begitu saja hingga terlempar ke sisi ranjang setelah dirinya mencapai puncak kenikmatannya.

"Saya pegel kamu lanjutin ajah sendiri...." ucapnya lalu berlalu masuk ke kamar mandi.

Bu Darsih begitu frustasi saat di bawah sana berkedut kedut tak beraturan, nafas nya memburu antara amarah dan nafsu.

Matanya menangkap buah buahan yang berada tepat di sampingnya di atas nakas. Tangannya dengan cepat mengambil buah pisang lalu kembali melepas nafsunya yang sempat terhenti tadi.

A-aa--aaa---ahhhh ahhhh ahhhh ahhhhhhhhhhh

Malam harinya Bu Leni mengetuk pintu kamar Jasmin untuk mengajaknya makan malam bersama, ia pun ikut pergi setelah melihat Azzam lebih dulu duduk di atas kursi bersama Bagas.

"Aduhhhh yang baru punya anak... Gemesnya..." ujar Bu Leni menggoda Bagas seraya mengecup pipi Bagas begitu saja.

"Nenek, kok nenek main cium papah ajah?" tanya Azzam melotot tak terima saat sang ayah di kecup oleh wanita asing.

"Azzam... " ucap Jasmin dengan mata melotot dan tangan yang mencubit sedikit paha putranya.

"Awhhhh bunda sa---kkkitt...." ucap Azzam dengan wajah menahan sakit dan mata yang hampir menangis.

"Gak boleh gitu, itu tuh mamah, istri papah juga...." ucap Jasmin sedikit berbisik.

"Tapi jangan di cubit juga dong Jas, kasihan..." ujar Bagas seolah tak terima saat tangan Jasmin mencubit kecil paha Azzam.

"Yang mana yang sakit??.." tanya Bagas seraya mengusap usap paha Azzam.

Bu Leni hanya tersenyum getir, ada rasa sedih saat yang diperlakukan begitu baik bukan putra yang ia lahirkan melainkan hanya seorang putra yang bahkan bukan darah daging suaminya.

"Jasmin yah?" pak Barren ikut bergabung dan duduk tepat di depan kursi Jasmin hingga mereka duduk saling berhadapan.

"Iyah pak..." jawab Jasmin lembut dengan wajah yang tersenyum lebar, meskipun tidak cantik namun saat bersikap lembut Jasmin terlihat sedikit lebih manis.

"Kenalin saya Barren papah Leni sekaligus mertuanya Bagas..." ujarnya seraya mengulurkan tangannya.

"Saya Jasmin...Maaf" jawab Jasmin seraya mengatupkan kedua tangannya.

"Sorry saya lupa kalo kamu pakai jilbab, bukan mahram yah?" ujar Pak Barren seraya menarik kembali uluran tangan nya.

Makan malam pun berlangsung Bu Leni yang duduk di samping Bagas sesekali menyuruh Bagas membuka mulut saat Bagas tengah sibuk menyuapi Azzam, sedangkan Jasmin ia memilih fokus makan meskipun ia tahu, banyak pasang mata yang seperti memperhatikan nya, sebisa mungkin ia mencoba tidak peduli meskipun risih dengan tatapan mertua suaminya.

"Bunda duluan ke kamar yah..." pamit Jasmin pada sang putra.

"Maaf yah Bu saya duluan..." ujarnya seraya berlari terburu buru.

"Rani... Nanti tolong urus Azzam yah..." ucapnya seraya berjalan terus menuju kamarnya.

"Bundamu kenapa sayang?" tanya Leni pada putra Jasmin.

"Paling bunda kebelet...." jawab Azzam terkekeh, karena kebiasaan sang bunda memang begitu jika sudah kebelet ia akan berlari secepat kilat.

Setelah makan malam selesai, Bagas mengantar Azzam ke kamar nya bersama Rani, setelah nya ia naik ke lantai atas untuk menemui istri pertamanya yang sudah lebih dulu masuk kamar.

Cleckkkkkk

"Kangen...." ujarnya seraya memeluk sang istri dari belakang yang tengah berkaca di depan kaca.

"Cuman sehari masa udah kangen?" tanya Bu Leni mengusap pelan tangan sang suami yang tengah melingkar di perut nya.

"Sehari dimana? Orang 36 jam..." keluhnya.

"Ya ampun pah, masa harus di hitung Ampe segitunya?" ujar Bu Leni terkekeh merasa lucu dengan tingkah suaminya yang sudah seperti anak kecil.

"Oh ya pah, besok kalo mamah minta Jasmin bantuin buat acara kita kira kira Jasmin mau gak ya?" tanya Bu Leni.

"Papah udah bilang dan Jasmin setuju..."

Tangan Bagas semakin menggila masuk ke dalam baju kimono yang di pakai Bu Leni.

"Papp---pahh..." ujar Bu Leni terbata, mencoba menahan gairah nya yang mulai terpancing saat kulit nya bersentuhan dengan kulit sang suami.

"Emang sesakit itu mah?" tanya Bagas menarik kembali tangan yang sedari tadi melingkar di perut sang istri.

"Maaf... Tapi mamah takut drop..." jawab Bu Leni dengan tatapan iba.

"Apa gak bisa sekali ajah mah? Papah juga manusia mah..." ujar Bagas lirih dengan menahan sesak di dadanya karena lagi lagi Leni menolak permintaannya.

"Tapi sekali ajah yah pah...." ucap Bu Leni, yang langsung membuat Bagas yang tadinya lelah kembali bersemangat.

"Terimakasih mah ..." ujar Bagas seraya menarik lembut tubuh sang istri lalu mencium lembut wajah beserta bibirnya.

Clap cuppp Cupppp

Nafas mereka semakin menggebu, Bagas melempar kimono sang istri dengan asal tanpa melepaskan cumbuan nya, tangan Bu Leni pun tak tinggal diam, ia ikut melepaskan kain kain yang menutupi suaminya.

Ahhhhhh

Bu Leni mendesah saat Bagas menyesap area leher nya dengan ganas.

Tok Tokkk tokkk

Leniiii!!!!!!

1
31_PUTU WIDIARTA
Keren banget nih cerita, semangat terus author!
Kanza: dukun author pemula ini yah bun🙏
total 1 replies
Willian Marcano
Duh, hati jadi bahagia setelah selesai baca karya ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!