Dalam pengejaran, Elenio terjebak disebuah perkampungan dan bertemu dengan Zanna. Keduanya berakhir tinggal bersama. Elenio yang terlihat cool, ternyata sangat menyebalkan bagi Zanna, membuat cewe itu terus saja naik pitam dibuatnya. Namun ternyata kisah mereka tak sesimple itu. Orang-orang yang berhubungan dengan tempat Elenio berasal mulai berdatangan, mengacaukan ketenangan Elenio membuat cowo itu kembali ke kota asalnya bersama Zanna dan kisah yang sebenarnya pun dimulai.
Kisah Elenio Ivander Haidar dan Zanna Arabelle Jovita. Yang penuh teka-teki dengan dibumbui kisah-kisah manis ala percintaan remaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
Elenio saat ini sedang duduk berdua di sofa, menonton tv. Tepatnya Elenio sih, Zanna mah sibuk dengan ponselnya.
"Na, Ibu lo suka pulang telat gini ya?" tanya Elenio mencoba mengobrol dengan Zanna
Zanna menoleh sekilas. "Gak juga sih, paling kalau lagi banyak pesenan aja," balasnya
"Mba Rara sama mba Irin ikut nemenin?" tanya Elenio teringat dengan 2 pegawai Gianina
Zanna seketika menoleh, dia agak terkejut mengetahui Elenio mengenali keduanya. "Kok lo kenal mereka?!"
Elenio mengangkat sebelah alisnya. "Waktu itu diajak Tante Gia ke toko terus dikenalin sama mereka," jelasnya
Zanna mengangguk mengerti, kemudian kembali memperhatikan ponselnya. "Mereka pastinya ikut bantu. Bisa keteteran Ibu entar, gue mau nyusul juga gak dibolehin pasti karena udah mau Maghrib," ucapnya
"Ya udah bener jangan, nekat kesana. Eh, tapi 'kan Ibu lo bakal malem pulangnya. Udah gelap gitu,"
"Gak papa, udah biasa. Kadang juga nginep, ada kasur kok di sana,"
"Gitu ya, terus lo sendiri dong di rumah?"
"Iyaaaa gimana lagi. Kadang juga ngundang Nora buat nemenin,"
"Gak usah ngundang Nora lagi berarti, 'kan udah ada gue!" ucap Elenio tersenyum tengil
Zanna menoleh malas ke arah cowo itu, lalu memilih fokus pada ponselnya, tak menanggapi cowo itu.
Elenio seketika penasaran apa yang Zanna lakukan pada ponselnya, karena sedaritadi diajak ngobrol pun Zanna tetap fokus pada ponselnya. Sangat tidak sopan sebenarnya, entah Zanna memang sengaja mengacuhkannya atau bagaimana
"Ponsel lo ada apanya si, Na? Fokus bener daritadi," celetuk Elenio sembari mencondongkan tubuh, hendak melihat ponsel Zanna
Zanna yang menyadari itu, seketika sedikit menjauh dari cowo itu. "Mangatoon, lo pasti gak tau!" ucapnya menanggapi. Dia tidak mau Elenio terus merecokinya jika tidak ditanggapi.
Elenio mengernyit. "Aplikasi?" tanyanya
"Iya,"
"Lah lo ngapain aja di aplikasi itu?"
"Baca novel atau manga sih,"
Elenio mengangguk. Tak mau bertanya lagi, lebih baik dia fokus pada tontonan di depannya.
Merasa tidak ada yang mengganggunya lagi, Zanna menoleh memperhatikan Elenio. Beberapa hari bersama cowo itu, kadang Zanna berfikir, kenapa Elenio bisa terlihat baik-baik saja. Cowo itu selalu tampak ceria, penuh semangat dan... Menyebalkan.
Padahal harusnya dalam situasi tersesat dan jauh dari keluarga, Elenio akan tampak murung dan tidak bisa menjalani hari. Tapi lihatlah, cowo itu tampak tenang sekarang. Kenapa dia bisa setabah itu?
"Len?" panggil Zanna
Elenio menoleh, menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa?" tanyanya. Elenio sadar daritadi diperhatikan oleh Zanna, namun dia memilih acuh.
Zanna tampak terdiam, ragu mau mengatakannya atau tidak. Elenio sampai dibuat penasaran.
"Kenapa, Na? Lo ada butuh sesuatu? Bilang aja, entar gue usahain," ucap Elenio terdengar lembut. Siapa tau Zanna gengsi 'kan ya?
Bukannya menanggapi Elenio, Zanna malah makin terdiam. Lihat? Bahkan cowo itu masih bisa memikirkan membantu orang lain, padahal dia lah yang sedang butuh bantuan saat ini.
Tanpa sadar mata Zanna berkaca-kaca. Dia pun tidak tau mengapa dia begitu emosional saat ini, padahal dia tidak begitu dekat dengan Elenio, interaksi mereka pun kebanyakan adalah berdebat. Ada apa dengan dirinya saat ini?
Elenio yang melihat mata Zanna berkaca-kaca seketika panik. "Eh, lo kenapa Na? Ada yang jahatin lo? Bilang sama gue!" ucap Elenio memegang kedua lengan Zanna
Zanna berusaha tersenyum, lalu menggeleng. Dia menatap dalam cowo di depannya.
"Len, apa lo baik-baik aja?"