" Mas Wira, kalau sudah besar nanti, Mega mau menikah dengan mas Wira ya?! pokoknya mas Wira harus menikah dengan Mega..?!" ucap gadis kecil itu sembari menarik lengan Wira.
Mendengar rengekan Mega semua orang tertawa, menganggapnya sebuah candaan.
" Mas Wira jangan diam saja?! berjanjilah dulu?! mas Wira hanya boleh menikah dengan Mega! janji ya?!" Mega terus saja menarik lengan Wira.
Wira menatap semua orang yang berada di ruangan, bingung harus menjawab apa,
" mas Wira?!" Mega terus merengek,
" iya, janji.." jawab Wira akhirnya, sembari memegang kepala gadis kecil disampingnya.
Namun siapa sangka, setelah beranjak dewasa keduanya benar benar jatuh cinta.
Tapi di saat cinta mereka sedang mekar mekarnya, Mega di paksa mengikuti kedua orang tuanya, bahkan di jodohkan dengan orang lain.
bagaimanakah Nasib Wira, apakah janji masa kecil itu bisa terpenuhi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
makan siang
Jendela itu akhirnya terbuka, namun bukan Mega yang membuka jendela itu,
" Selamat pagi mas Wira?" sapa buk Parni,
" selamat pagi buk, Mega belum bangun?" tanya Wira dari jendela rumahnya.
" mbak Mega belum bangun, sepertinya baru tidur tadi subuh,
Entahlah.. Dia tertidur di sofa tengah mas, di depan tv.." jelas buk Parni,
Wira terdiam sesaat,
" ya sudah buk," kata Wira beranjak pergi dari jendela.
Ia berjalan ke arah kamarnya, mengambil seragamnya dan mulai memakainya.
Di lihat dirinya di dalam kaca,
" sudah terlanjur Basah Wira, sudah terlanjur basah.. Kau sudah pernah kehilangan dia sekali, sekarang kau jangan kehilangan dia lagi.." ucap Wira dalam hati pada dirinya sendiri.
" Antarkan ini dulu." ibunya tiba tiba berdiri di ambang pintu kamarnya, membawa sepiring lauk.
" Ini tongkol suwir, salah satu lauk favorit mega." ujar asri, seakan tau bahwa putranya ingin melihat Mega pagi ini.
" ibu tau kalau aku ingin melihat Mega? Karena itu ibu menyuruhku mengantar lauk?" tanya Wira menatap ibunya sendu,
" ibu tidak senang melihatmu gelisah, lihatlah dia sebentar.." asri menyerahkan piring itu pada putranya.
Tanpa menunggu waktu Wira mengambil piring itu, lalu berjalan keluar.
Dengan seragamnya yang sudah lengkap, ia berjalan masuk ke dalam rumah Kakung,
" buk Parni?" panggil Wira sembari masuk ke ruang tamu,
" ada apa le?" jawab uti,
" ini ada lauk dari ibu, untuk sarapan Mega.." kata Wira sembari melirik ruang tengah.
" Ibumu terlalu memanjakan Mega..
katakan pada ibumu tidak usah repot repot," ujar uti menerima piring itu.
" tidak masalah uti, ibu senang memasak untuk Mega.." jawab Wira mengulas senyumnya.
" apakah Mega belum bangun uti?" tanya Wira akhirnya,
" Masuklah, bangunkan dia.. Dia tertidur di atas sofa.." kata uti berjalan masuk ke ruang tengah kembali.
Wira mengikuti langkah uti, dan ia menemukan Mega sedang lelap di atas sofa ruang tengah, perempuan itu di tutupi selimut yang tebal.
" uti ke dapur dulu," ujar uti Mega meninggalkan Wira yang berdiri sembari menatap Mega itu.
Wira mendekat, lalu berjongkok di hadapan Mega yang sedang terlelap,
Di tatapnya wajah perempuan itu baik baik,
Sembab..
Ada kantung mata di bawah matanya..
tentu saja Wira menghela nafas berat melihat itu.
" Bangunkan dia, biar dia sarapan.." suara Kakung keluar dari kamar.
" Tidak Kakung, sepertinya dia lelah.. Wira tidak akan mengganggunya," jawab Wira bangkit,
" Wira pulang dulu, sebentar lagi Wira juga harus berangkat.." kata Wira mendekat ke Kakung, mencium punggung tangan Kakung, lalu berjalan keluar dari rumah Kakung.
Kakung terdiam sesaat, setelah melihat Wira pergi, pandangannya beralih pada cucunya yang terbaring di atas sofa itu.
" Dia baru tidur tadi subuh kata Parni.." uti muncul dari dapur,
" sepertinya ia menangis semalaman.." imbuh uti,
" aku harus bagaimana?" tanya Kakung pada istrinya,
" kita tidak usah ikut campur kung,
Mega sudah melarang kita untuk bicara,
Jadi mungkin itulah yang terbaik untuknya.." ujar uti,
" tapi aku tidak tahan melihatnya terus menangis.." ujar Kakung dengan wajah sedih.
" Ini semua salahku.. Harusnya bisa kupertahankan Mega saat itu,"
" kita tidak memiliki hak untuk itu, papa dan mamanya yang tetap punya kuasa penuh akan Mega..
Kita hanya di titipi..
Dan kita sudah merawatnya dengan baik.."
ujar uti sabar, menenangkan suaminya yang terlihat kesal.
Wira berjalan masuk ke dalam kantor yang khusus untuk para petugas K9.
" selamat pagi!" semua anggota yang sedang bersantai itu langsung berdiri tegap.
" Pagi." jawab Wira lalu berjalan ke arah kandang,
" Kudengar Dedi di gigit kemarin? Parah?" tanya Wira pada salah satu anggota.
" ijin, di paha dan telapak tangan pak, kemarin langsung kami bawa ke rumah sakit dalam, sudah di suntik, sekarang sedang istirahat dirumah," jawab anggota yang di tanya.
Wira sibuk melihat gerak gerik anjing K9 yang baru saja diambil dari Surabaya itu.
Anjing itu bahkan menggonggong beberapa kali pada Wira.
" Siapa yang piket hari ini?" tanya Wira,
" Anton dan Rian pak,"
" katakan pada mereka untuk tidak terlalu dekat saat memberi makan, jangan sampai ada yang tergigit lagi."
" siap."
Setelah itu Wira kembali berjalan ke dalam ruangan,
" sudah makan siang?"
" siap, belum!" jawab beberapa orang serempak.
Wira mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dompetnya,
Memberikannya pada bapak buah,
" untuk makan siang pak, terserah mau di belikan apa."
" ijin, bapak mau makan apa?"
" saya tidak usah pak Burhan, saya makan di kantor saja." kata Wira pada anggota yang paling tua usianya.
" ya sudah, saya ke kantor dulu, hubungi saya jika ada sesuatu pak Burhan."
" siap pak, terimakasih..!" jawab pak Burhan dan yang lainnya serempak.
Wira tidak menjawab, ia langsung saja keluar dari ruangan itu, berjalan ke arah kantor utama yang tidak terlalu jauh, sekitar tiga ratus meter.
Belum sampai di kantor, Andre memanggilnya,
" naik! Ikut aku makan dirumah!" Andre rupanya sudah di atas motor.
" Tidak bang, makan di kantin saja." jawab Wira,
" istriku masak rica rica bebek! sudahlah! Naik..?!"
Mendengar rica rica bebek, Wira tampak berpikir,
" sudah, tidak usah kau itu banyak berpikir Wira, naik!"
tanpa ba-bi-bu lagi Wira langsung naik ke atas motor Andre.
Rumah Andre tidak jauh dari kantor, masih dalam lingkungan asrama.
" Bagaimana?" tanya Andre saat di tengah jalan,
" apanya bang?"
" kau dan perempuan itu?"
" ya mau bagaimana bang.. Aku masih mencintainya,"
" wah.. edan kau, jangan sampai orang kantor tau kalau kau sedang berhubungan dengan istri orang?!" tegas Andre memberi peringatan.
" Aku tau bang, aku juga akan berhati hati,"
" wah kau.. Benar benar.. Aku tidak menyangka,
Kau yang selama ini seperti pertapa malah jatuh ke pelukan istri orang.." gumam Andre sembari menggelengkan kepalanya.
sementara Wira hanya diam, ia tidak berniat protes dengan kata kata Andre.
Laki laki itu patuh dan tenang, mengikuti Andre kerumahnya, berjumpa dengan anak dan istri Andre, lalu makan siang dengan tenang disana, meski pikirannya tidak lepas akan Mega.
msh ada hati dn perasaan sedih lihat anknya bersimpuh.. menyelamatkan dirinya. 🙄
mbk Ayu the best ❤❤❤
sangat arogan sekali