NovelToon NovelToon
Gadis ODGJ & Fotografer Dingin

Gadis ODGJ & Fotografer Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dyajenkpankestu_

"Ayah! ibu! kakak! Dimana kalian semuanya, hiks..."meraung Jeony sejadi-jadinya melihat anggota keluarga yang sudah tak bernyawa akibat kecelakaan beruntun yang menimpa keluarga pak Loey Christian.

"Kenapa tuhan? Kenapa engkau mengambil semua orang yang hamba sayang tuhan, hiks..."jeony meraung sejadi-jadinya di tempat kejadian yang dimana kondisinya pun saat ini juga tidak memungkinkan.


Ya memang benar adanya saat ini kondisi jeony pun begitu memprihatinkan. Karena kejadian naas itu yang membuat jeony mengalami patah tulang cukup parah yang membuat jeony harus menjalani serangkaian operasi estetika dan orthopedi agar dapat menyelamatkan nyawa jeony yang hanya tinggal menghitung jam.


Setelah melakukan serangkaian operasi, akhirnya nyawa jeony pun berhasil di selamatkan. Waktu terus berlalu hingga perubahan pada Jeony pun semakin terlihat jelas bahkan jeony dianggap seperti orang gila oleh warga sekitar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyajenkpankestu_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Baru saja jeony menemukan sebutir harapan, setitik kebahagiaan, secuil kenyamanan dan segenggam harapan. Akan tetapi, dunia seakan menyeretnya kembali kedalam kelubang kepedihan yang tidak bisa membiarkan ia mendapatkan ruang untuk merasakan apa yang dinamakan kebahagiaan. Jeony terus mengayuh kursi roda keluar dari lingkungan asrama.

Di sela pelariannya, ia menghentikan langkah sejenak lalu menatap mobil pickup bagian belakang yang tertutup dengan terpal. Lalu, jeony masuk secara perlahan dengan menaikkan badan keatas terlebih dahulu. Selanjutnya, kursi roda yang sudah berisi beberapa baju, kemudian jeony lipat dan di masukkan di sela terpal yang cukup lebar. Akan tetapi, saat ia ingin meluruskan kaki, di saat yang sama jeony mencium bau anyir dan amis ikan laut yang baru ditangkap oleh nelayan.

Jeony tidak mengetahui seperti apa lingkungan di sekitar tempat itu. Namun yang pasti, jeony hanya ingin pergi dari orang-orang yang sudah mengetahui masa lalunya. Jeony tidak ingin mengenal siapapun. Ia ingin menghilang kemana pun itu. Bahkan saat mesin mobil menyala. Ia tidak berniat untuk turun. Ia rel mobil itu membawanya pergi kemanapun.Cukup lama meringkuk di bawah terpal, mobil yang jeony tumpangi berhenti. Di Balik terpal, ia mengintip dan melihat sebuah warung. Di sisi kiri, ia melihat perbukitan dan di sebelah kanan ada pantai.

Lalu, Jeony turun dengan sangat hati-hati, tak lupa juga menurunkan kursi roda secara perlahan. Setelah itu, kemudian ia berjalan melewati pembatas masuk wilayah pantai. Angin laut yang tidak pernah ia rasakan langsung menerpanya. Ia langsung melepaskan gelungan rambutnya hingga tergerai, kemudian ia mulai mengayuh kursi roda secara perlahan menyusuri pantai. Sepanjang hari, jeony hanya duduk di kursi roda sambil berjalan mengayuh pelan, mendaki perbukitan kecil, lewat tepian karang yang menjorok ke laut lepas.

Sampai akhirnya, ia tiba di pantai yang sedikit ramai. Ada beberapa orang disana yang menikmati suasana pantai. Jeony memutuskan untuk beristirahat di saung kecil dekat pantai mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Ia duduk menghadap ke laut lepas. Ingin menikmati ketenangan, tetapi orang sekitar pantai memberikan tatapan yang kurang menyenangkan.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu? Apa aku terlihat menjijikan?"celoteh jeony sembari mengangkat kursi roda lalu meletakkan tepat di samping dirinya yang saat ini butuh sandaran penopang tubuhnya.

"Aku lelah tuhan.. aku lelah…"teriak jeony yang menarik perhatian warga sekitar.

Sekali lagi, ia menangis seorang diri. Dari sekian banyak orang disana, tidak ada satupun mereka yang peduli. Setelah lama jeony bersandar, jeony mengangkat kelapa. Matahari sudah condong ke arah barat. Keadaan pantai sudah sepi. Ia menikmati senja seorang diri. Sorot matanya memperhatikan garis pantai yang membentang dari barat ke timur sampai akhirnya terhenti pada sebuah tanggul panjang yang menjorok ke tengah laut. Tiba-tiba ada suara teriakan yang memanggil seseorang dari kejauhan.

"Hei!"Teriak seorang pria dengan kamera di tangannya ketika melihat seseorang melompat ke tengah laut.

Dengan cepat, ia memberikan kameranya pada wanita paruh baya di hadapannya kemudian berlari secepat dan melompat kedalam air. Ia menyelam lebih dalam, memaksa matanya mencari tubuh seseorang. Beberapa saat kemudian, ia menemukannya. Tubuh itu jatuh semakin dalam ketika didekati. Ia baru menyadari siapa perempuan yang terlihat ingin mengakhiri hidup. Ia menarik tangan perempuan tersebut dan membawanya ke permukaan.

"Gafi!"Teriak histeris seseorang memanggil namanya.

Gafi tidak memberikan respon apapun karena terlalu sibuk membawa tubuh perempuan ke bibir pantai. Kemudian, beberapa orang menghampiri saat ia meletakkan tubuh perempuan itu ke atas pasir pantai. Tidak ada petugas pantai dan itu artinya dia yang harus menyelamatkan nyawa perempuan itu. Ia melihat jam sesaat, belum sampai sepuluh menit dari perempuan itu tenggelam dan ia segera melakukan resusitasi jantung paru.

Sampai batas standar hitungan yang ditentukan. Ia masih belum melihat tanda kesadaran perempuan itu. Denyut nadi masih ada, hingga akhirnya ia memutuskan untuk memberi nafas buatan. Dengan sangat hati-hati, ia mendongakkan dagu perempuan tersebut dan memberi dua kali tiupan udara dalam waktu satu detik. Dalam tiupan yang ketiga, gafi tersentak kaget ketika perempuan itu menyemburkan air dan terbatuk-batuk. Gafi bernafas lega, di iringi ucapan rasa syukur segelintir orang di sekitarnya. Lalu, bu jihan membantu perempuan itu untuk duduk. Akan tetapi, langsung ditepis dengan kasar oleh perempuan itu.

Perempuan itu merambah dada dan memeriksa pergerakan tangan kirinya. Sesaat kemudian, perempuan itu mengamuk, berteriak, dan menangis sejadi-jadinya. Kaki kiri perempuan itu terus menendang pasir dengan sangat kasar hingga darah segar keluar dari kaki kiri dan kanannya di beberapa titik. Bunda jihan berusaha menenangkannya dan terus mendapat penolakan. Tiba-tiba saja sorot mata itu memperhatikan satu persatu orang yang disana dan berhenti kepadanya.

"Kenapa kamu menolongku?"tanya perempuan itu dengan lirih. Sorot mata menunjukkan sebuah kebencian.

"Hanya menyelamatkanmu dari penyesalan"jawabnya dengan nada acuh tak acuh. Perempuan itu hendak marah, tetapi terhenti ketika melihat gelang di tangannya.

"Kenapa kamu menolongku sekarang!"sentak perempuan itu sangat marah.

"Harusnya kamu menolongku saat itu! Bukan sekarang! Kamu sudah membawaku pada orang yang membuatku semakin jatuh dalam lubang kenistaan! Semua ini salahmu! Salahmu!"Teriak perempuan sejadi-jadinya.

Teriakan histeris itu diredam oleh pelukan bunda jihan. Perempuan itu sempat meronta sebelum akhirnya lemas dan tak sadarkan diri. Bunda jihan meminta untuk membawa perempuan itu ke mobil. Meskipun berat, tetap ia menuruti kemauan wanita yang sudah melahirkannya itu.

Dia gafi. Dia malas berhubungan dengan orang baru di luar pekerjaan. Apalagi orang tersebut terlihat merepotkan. Seperti perempuan yang tidak ia kenal dan bunda jihan justru malah akan membawa ke rumah. Ia benar-benar tidak menyukainya. Menjadi anak seorang Nusa Bina, penulis terkenal dan juga ayahnya seorang terpidana mati kasus narkoba yang hijrah sebelum mati sangat menginspirasi dan menarik perhatian banyak orang. Hal tersebut membuat gafi didekati hanya ingin mengorek informasi tentang keluarganya.

Bunda jihan selalu menceritakan seperti apa sosok Gantaka Rahagi, ayahnya. Saat masih kecil, gafi hanya mengenal kebaikan sang ayah. Setelah ia menginjak usia tujuh tahun, bunda jihan mulai menceritakan sisi buruk sang ayah. Bagi bunda jihan, gafi harus tahu apa yang sebenarnya terjadi karena gafi akan berada di lingkungan yang lebih besar. Bunda jihan membekalinya dengan pendidikan agama dan moral yang baik. Jadi, ketika gafi berada diantara orang yang tidak menyukai sosok ayahnya. Gafi sudah paham harus bersikap seperti apa.

"Kalau memang ada yang dikatakan tentang kebaikan atau keburukannya, benar lebih baik kamu diam saja. Dan sebaliknya, kalau yang dikatakan salah, kamu punya kewajiban meluruskannya"

Gafi tidak pernah malu mengakui siapa ayahnya. Ia juga selalu meluruskan penyampaian yang mudah diterima. Dihindari menjadi anak napi? Tidak pernah ia dapatkan. Teman-temannya justru sangat kagum, dengan cara menyampaikan kisah sang ayah.

1
Fiyantin Pangestupp
semangat kak/Drool/
Rarapangestu
/Drool/
Rarapangestu
semangat kak
Rarapangestu
/Smile/
Rarapangestu
/Drool/
Fiyantin Pangestupp
kasihan si jeony, semangat ya dek/Drool//Drool/
Rarapangestu
/Drool//Drool/
Rarapangestu
tetep semangat kak/Drool//Drool/
Fiyantin Pangestupp
keren
Rarapangestu
tetep semangat kak /Drool//Drool/
disya
SAVE DULU AHH, NANTI BALI LAGI KALAU SUDAH END
semangatt thorrr/Drool//Drool/
Rarapangestu
harus masuk rekomendasi🥰🥰👌👌
Rarapangestu
semangat kak
Dyajenkpankestu_
odgj orang gangguan mental sakit jiwa kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!