Terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan bahkan tanpa kekurangan adalah impian dari seluruh anak yang ada di dunia, sebuah keberuntungan yang didapatkan 5 anak kembar keluarga Jiang.
Keluarganya merupakan pemilik perusahaan besar yang bergerak dalam industri perumahan dan juga perdagangan secara global. Memiliki koneksi dengan beberapa perusahaan besar dan beberapa negara mambuat perusahaan tersebut sangat maju.
Tapi dibalik segala kejayaan perusahaan keluarga Jiang tersebut, banyak rahasia kelam yang terselubung dibaliknya, perlahan satu-persatu rahasia tersebut mulai terkuak saat yang tertua dari Jiang Twins belajar mengambil alih perusahaan.
Sang tertua menelusuri perlahan segala celah rahasia lalu menceritakan semua informasi yang didapatinya kepada keempat kembarannya yang lain. Banyak kejutan-kejutan yang membuat mereka berlima hampir beberapa kali berpisah atau berpencar saat bersama-sama menguak berbagai rahasia tersebut.
tertarik dengan ceritanya? Yuk mampir!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweety Pearl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Perayaan.
❁ Happy Reading ❁
Malam nanti adalah acara Paman Ren, sejak siang di rumah ketiga keluarga besar JIANQIANG sudah rusuh mengurus pakaian terbaik untuk dikenakan, Kakek dan Nenek sudah pergi duluan ke kantor Paman Ren karena mereka berdua yang akan membuka acara tersebut.
Di tengah rusuhnya mengemasi pakaian di rumah FORDAMEN para tiga bungsu masih perang dingin dari sejak malam Wenhua bertemu dengan Adrian Pulcey, Daxia yang selalu menjadi tameng Wenhua kali ini ikutan tidak menegur atau komunikasi apapun dengan Qinling.
Fangxi sudah berusaha membuat ketiganya untuk bicara lagi tapi percuma, masing-masing dikalahkan oleh egonya.
Mereka bertiga perang dingin hanya saat tidak ada keberadaan Mama dan Papa, saat kedua orang tuanya ada di rumah mereka akan berakting seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi di antara mereka, itu sedikit membuat Guotin merasa lucu melihat pertikaian ketiganya.
Dan sekarang adalah jam makan siang semua makanan sudah dipersiapkan Guotin di meja makan tapi tidak ada satupun dari tiga bungsu yang turun ke dapur, Fangxi menguyah santai menikmati makanannya.
"Bisa-bisanya lu santai makan di saat adik-adik lu pada perang dingin begini," sindir Guotin dengan tatapan malasnya.
Fangxi menghentikan tangannya yang hendak menyuap meletakkan sendoknya ke dalam piring. "Mereka bukan anak kecil, Guotin. Mereka seusia dengan kita biarkan aja dulu mereka berkelahi dengan pikiran masing-masing gua yakin nanti sewaktu acara Paman Ren udah baikan."
Guotin sangat tidak puas dengan jawaban dari Fangxi dan memilih untuk menghampiri ketiga adik-adiknya yang masing-masing berada di kamar, diketuknya satu persatu pintu hingga penghuninya akhirnya memunculkan diri.
Ketiganya seperti baru saja bangun tidur dengan rambutnya yang acak-acakan, Wenhua menoleh ke belakang tepatnya ke arah Qinling. Menoleh hanya ingin memberikan tatapan sinis lalu bersikap seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi.
"Lu bertiga mau makan cepat di bawah sana atau gak ada satupun dari kita yang pergi ke acara Paman Ren,"
Mendengar ancaman Guotin ketiganya langsung bergegas berlari turun melewati tangga dan duduk di meja makan, Fangxi kaget terheran kenapa adik-adiknya berlari ke meja makan seperti dikejar setan.
Melihat Guotin yang kembali ke meja makan dengan tatapan maut yang menyeramkan Fangxi tidak jadi mengatakan apapun dan hanya fokus menyelesaikan makannya.
Makan siang selesai tanpa ada pembicaraan apapun masing-masing membereskan piring sehabis dipakai lalu naik ke kamar hendak bersiap untuk pergi ke acara Paman Ren.
Mandi dan mengenakan cheongsam yang kemarin sudah dibeli bersama-sama sekarang kelimanya sudah siap di pintu depan, Fangxi pergi ke garasi untuk mengeluarkan mobil.
Jiayi sempat menghubungi Daxia untuk bilang langsung bertemu di kantor saja jangan janjian pergi bersama, Daxia setuju dan makanya sekarang mereka memilih untuk pergi dengan satu mobil saja sementara Mama dan Papa sudah pergi duluan dari sebelum jam makan siang.
Fangxi datang menghentikan mobilnya di depan pintu mengabsen satu persatu adiknya yang masuk ke mobil menyadari kalau ada satu yang hilang Fangxi langsung keluar mencarinya ke dalam rumah.
Dari dalam garasi terdengar suara motor sport dinyalakan yang Fangxi yakin berasal dari adiknya yang dicarinya dan benar saja Qinling keluar dari garasi menggunakan motornya pergi begitu saja meninggalkan yang lainnya.
Guotin menggelengkan kepala melihat perlakuan Qinling dan menyuruh Fangxi untuk segera menyusul anak itu pergi sebelum menjauh yang nantinya ia pasti akan membawa motor mengebut.
Tiba di kantor Paman Ren sesuai dugaan mereka akan banyak media televisi yang datang dan benar saja kerumunan masa sudah berkumpul di depan pintu masuk, sampai di parkiran mereka bertiga tidak akan keluar menunggu Fangxi duluan.
Qinling berhenti tepat di samping posisi sopir yaitu tempat Fangxi tanpa membuka kaca helm full facenya, Daxia melirik ke luar sekeliling belum ada kedatangan mobil sepupunya yang lain.
Tidak terlalu lama menunggu dua mobil yang bagi mereka tidak asing datang dan parkir tepat di sebelah kiri kanan mobil Jiang Twins, dengan serempak mereka semua turun dari kendaraan lalu merapihkan sedikit penampilan.
Media masa yang berkumpul di depan pintu kantor ada yang menyadari kedatangan mereka dan langsung memotret penampilan mereka bersepuluh, masing-masing berpose sesuai dengan kepribadian.
Chengsin awalnya ragu untuk berpose tapi saat melihat bagaimana saudara serta sepupunya yang lain hanya santai berpose akhirnya ia memberanikan diri dan berhasil berpose sesuai kemauannya.
Melangkah masuk ke dalam kantor melewati karpet merah yang membentang panjang hingga ke area acara yang berada di lantai dasar, Paman Ren menyadari kedatangan keponakannya langsung pamit dengan tamu yang bicara dengannya beralih menghampiri mereka.
"ZIANJIAXI .... Senang melihat kedatangan kalian sore ini, silahkan nikmati hidangan dan hiburan musik di sini sementara Paman akan pergi menyambut beberapa tamu-tamu penting."
Setelah menyapa satu persatu keponakannya Paman Ren berlalu pergi entah kemana, mereka berpencar mencari hidangan yang pas untuk dinikmati. Mengambil beberapa macam kue-kue yang terlihat manis setelahnya mereka duduk berkumpul di meja bundar yang besar.
Jiayi dan Changrui sedari memperhatikan sikap Wenhua dan Qinling yang selah-olah saling menjauhi, itu sangat aneh menurut mereka. Jiayi menyikut Daxia menanyakan alasanya tapi gadis itu hanya mengedikkan bahunya.
Fangxi yang kebetulan duduk di sebelah Jiayi langsung membisikkan sesuatu lalu setelahnya ia mengangguk mengerti dan meneruskan menikmati hidangan, Changrui mendengar bisikan dari Guozi yang bercerita di sebelahnya dan reaksinya sama seperti Jiayi.
Mereka tidak banyak bicara karena terlalu menikmati alunan musik yang diputar dan hunting berbagai jenis makanan yang ada, saat hendak mengamil sup ayam Qinling berdampingan dengan Wenhua tanpa sadar.
Saat tangan keduanya hendak menggapai sendok sup bersamaan itulah mereka menyadari sedang berdiri bersebelahan, kompak mereka langsung menjauhkan diri masing-masing dan kejadian itu membuat yang lain tertawa karena merasa itu adalah kejadian lucu.
Daxia sebenarnya tidak bisa lama-lama mendiamkan Qinling karena bagaimanapun mereka bertiga bungsu adalah yang paling dekat satu sama lain, setelah berpikir sejenak menurunkan ego akhirnya Daxia menarik Qinling dan Wenhua duduk bersebelahan.
Awalnya keduanya meronta ingin menjauh tapi Daxia menahannya dengan mencubit pelan pipi keduanya, Qinling Wenhua tidak ada pilihan lagi selain tetap duduk di sana sambi menikmati sup-nya.
Fangxi menganga tidak percaya bagaimana Qinling dan Wenhua diam menuruti Daxia dengan begitu mudahnya, begitulah mereka berdua hingga acara menjelang malam hari.
Acara puncak Paman Ren tepat jam sembilan malam hari saat semua tamu undangannya telah datang, Paman naik ke panggung yang sedikit tinggi bersiap untuk mengucapkan pembukaan acara.
"Selamat malam semua tamu yang telah datang dalam acara perayaan yang sederhana ini, perayaaan malam ini sekedar merayakan kesuksesan besar dari perusahaan ini yang berkembang pesat ...."
Sementara Paman Ren mengucapkan beberapa sambutan Jiayi mengajak Daxia untuk pergi ke toilet sebentar, sebelum benar-benar pergi ke toilet Changrui memberikan sebuah pistol pada Jiayi untuk jaga-jaga.
Daxia juga diberikan sebuah pistol oleh Fangxi karena disaat seperti ini keluarga mereka sangat rentan diserang oleh musuh apalagi mereka tidak berdekatan dengan para orang tua.
Dengan tergesa Jiayi menarik Daxia menuju ke toilet dan sesampainya di sana ia langsung membenahi beberapa hiasannya yang menurutnya sedikit berantakan, Daxia meletakkan tas tangannya yang berisi pistol di dekat keran dan merapihkan geraian rambutnya.
Di saat mereka sibuk sendiri keduanya tidak menyadari kedatangan orang lain ke toilet, dari pantulan kaca Daxia melihat kalau itu adalah seorang wanita yang memakai kacamata tapi ia menunduk tidak ada kecurigaan apapun saat wanita itu bergabung di tengah-tengah mereka untuk bercermin.
"Gak lucu banget nih kita lagi sibuk benerin penampilan tetiba ada ancaman yang datang," celetuk Jiayi melirik Daxia dari pantulan cermin.
Daxia hanya mengangguk sambil membenahi anting kanannya, mereka lengah tidak memperhatikan gerak gerik wanita itu dan dengan sekali tarikan kedua tangannya mengeluarkan dua buah pistol dan langsung ditodongkan ke kepala mereka berdua.
"Sayangnya ancaman tersebut memang mengintai kalian saat ini," wanita itu mengangkat kepalanya dan tersenyum miring melihat wajah tegang Daxia Jiayi.
Daxia segera meraih tas tangannya dan mengeluarkan pistol berbalik menodongkan pistol tepat di depan dahi wanita tersebut, Jiayi mengambil pistol yang diselipkannya dibalik bajunya dan menodongkan juga wanita tersebut.
Dari pintu depan toilet terdengar dibuka dan ada seseorang yang datang saat melihat pemandangan mereka bertiga yang saling menodongkan gadis itu keluar dengan berteriak histeris.
Wanita yang menodongkan mereka pistol memukul tangan Jiayi dan Daxia yang di depan wajahnya hingga pistol keduanya terlempar, Daxia langsung melayangkan pukulan tapi sayangnya meleset karena wanita itu langsung berlari keluar.
Jiayi berlari mengejarnya tapi langkah wanita tersebut terlalu kencang dan di depan pintu ia bertemu dengan semua sepupu dan saudaranya, Daxia keluar setelah memungut pistol.
"Lu berdua kenapa?" tanya Changrui mengelap wajah Jiayi dengan panik.
"Tuh wanita tadi nodongin pistol ke gua sama Daxia gua yakin dia bukan orang biasa," Jiayi melihat ke sekeliling wanita tersebut telah menghilang entah kemana.
Daxia langsung dihampiri Guotin yang dengan cepat mengelus kepalanya. "Kita bakalan kena masalah lagi,"
❁ See You In The Next Part ❁