Lara telah menghabiskan tiga belas tahun hidupnya sebagai wanita simpanan, terperangkap dalam cinta yang terlarang dengan kekasihnya, seorang pria yang telah menikah dengan wanita lain. Meski hatinya terluka, Lara tetap bertahan dalam hubungan penuh rahasia dan ketidakpastian itu. Namun, segalanya berubah ketika ia bertemu Firman, seorang pria yang berbeda. Di tengah kehampaan dan kerapuhan emosinya, Lara menemukan kenyamanan dalam kebersamaan mereka.
Kisahnya berubah menjadi lebih rumit saat Lara mengandung anak Firman, tanpa ada ikatan pernikahan yang mengesahkan hubungan mereka. Dalam pergolakan batin, Lara harus menghadapi keputusan-keputusan berat, tentang masa depannya, anaknya, dan cinta yang selama ini ia perjuangkan. Apakah ia akan terus terperangkap dalam bayang-bayang masa lalunya, atau memilih lembaran baru bersama Firman dan anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah🖤, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
David merasa jantungnya berdegup kencang saat melihat Arini mendekat. Wajah Arini tampak lelah, tetapi kehadirannya selalu mampu menarik perhatian David. Rasa rindu dan penyesalan bercampur dalam hatinya, tetapi ia tahu bahwa pertemuan ini bisa menjadi momen yang menentukan.
“David…” suara Arini lembut, tetapi mengandung keraguan. Ia berhenti beberapa langkah di depannya, seolah masih memikirkan kata-kata yang tepat untuk diucapkan.
“Arini,” jawab David, mencoba mengumpulkan keberanian. “Aku tidak menyangka akan bertemu di sini.”
“Ya, aku hanya… ingin berjalan-jalan sebentar,” ujar Arini, menunduk sejenak sebelum kembali menatap David. “Bagaimana kabarmu?”
David merasakan kepedihan di dalam hatinya. “Aku baik, hanya… banyak yang perlu dipikirkan.”
Kesunyian menyelimuti mereka. David merasakan tensi di udara, seperti ada banyak hal yang tidak terucapkan di antara mereka. “Aku tahu aku telah membuat kesalahan besar,” kata David akhirnya, memecahkan kebisuan. “Kau berhak mendapatkan penjelasan.”
Arini mengangguk, matanya bersinar dengan rasa sakit. “Aku sudah mendengar banyak hal. Tentang kamu dan Lara,” ujarnya, suaranya bergetar. “Itu sangat menyakitkan, David.”
David merasakan hatinya tercekat. “Arini, aku tidak pernah ingin menyakiti kamu. Itu semua terjadi dengan sangat cepat. Setelah kamu pergi, aku merasa kehilangan, dan aku terjebak dalam nostalgia.”
“Terjebak dalam nostalgia…” ulang Arini, menahan air mata. “Kamu dan dia sudah bersama sebelum kita menikah David apakah itu bisa di sebut nostalgia?"
"Apa kamu merasa bahwa aku tidak cukup baik untukmu? Apa yang kurang dariku?”
“Bukan seperti itu,” David berkata cepat. “Aku akui pernikahan kita buka karena cinta di awal menikah aku sama sekali tidak mencintai kamu, saat itu aku masih mencintai Lara dan sekarang kamu segalanya bagiku. Tapi aku juga merasa terjebak dalam hubungan kita—seolah ada sesuatu yang hilang. , aku tidak tahu bagaimana harus bersikap.”
“Jadi kamu memilih dia?” tanya Arini, suara penuh dengan harapan yang hancur. “Kamu memilih untuk kembali ke masa lalu?”ucapnya dengan wajah tak kuasa menahan air mata
David merasa tertegun. “Aku tidak ingin memilih siapa pun di antara kalian. Aku bingung, Arini. Aku membutuhkan waktu untuk memahami apa yang benar-benar aku inginkan.”
Arini terdiam, menahan air mata yang hampir jatuh. “David, aku mencintaimu. Dan aku ingin kita bersama, tetapi jika kamu masih mencintai Lara, aku tidak bisa memaksamu.”
David merasa sangat terjepit. Ia merindukan Arini, tetapi di sisi lain, ada bagian dari dirinya yang tidak bisa melupakan Lara. “Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskan perasaanku. Aku merasa terjebak di antara cinta dan tanggung jawab.”
Arini menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. “Kalau begitu, apa yang kamu inginkan? Apa yang bisa kita lakukan agar kamu bisa menemukan jawaban itu?”
David menatap wajah Arini, merasakan setiap emosi yang terpancar darinya. Ia menyadari betapa pentingnya kejujuran dalam situasi ini. “Aku ingin kita memberi satu sama lain waktu, tetapi aku juga tidak ingin kehilanganmu.”
“Jadi, kita hanya akan berpisah tanpa ada kepastian?” tanya Arini, suaranya penuh dengan ketidakpastian.
“Tidak… maksudku, kita bisa berkomunikasi. Tapi kita juga perlu menjaga jarak untuk sementara. Aku harus jujur pada diriku sendiri tentang apa yang aku inginkan,” jawab David, suaranya tegas meskipun hatinya bergetar.
Arini mengangguk, air mata mengalir di pipinya. “Aku mengerti. Tapi itu sangat menyakitkan, David. Aku tidak tahu berapa lama aku bisa menunggu.”
David merasa hatinya hancur saat melihat Arini berjuang dengan emosinya. “Aku berjanji akan memberi tahu jika aku telah menemukan jawaban. Aku tidak ingin kamu menunggu selamanya.”
Setelah beberapa detik, Arini berusaha tersenyum meski matanya penuh air mata. “Baiklah, aku akan memberimu waktu. Tapi ingat, aku di sini, menunggumu.”
“Terima kasih, Arini,” David berkata, tetapi rasa bersalah kembali menyergapnya. Ia merasa seolah telah menghancurkan harapan yang selama ini Arini pegang.
Setelah berbincang, mereka berdua menghabiskan waktu sebentar dalam keheningan, masing-masing merenungkan kata-kata yang baru saja terucap. Akhirnya, Arini memberi David pelukan hangat sebelum beranjak pergi, meninggalkan David dengan sejuta pertanyaan yang belum terjawab.
David menatap kepergian Arini, hatinya dipenuhi oleh rasa sakit dan penyesalan. Ia tahu bahwa pertemuan itu hanya menambah beban yang sudah ada. Ketika ia kembali ke rumah, pikirannya berputar-putar, mempertimbangkan pilihan yang harus ia ambil.
***
Di sisi lain, Lara juga merasakan dampak dari keputusan David. Ia menunggu di apartemennya, memikirkan pertemuan mereka semalam. Meskipun mereka terhubung dengan mendalam, Lara merasakan ketidakpastian yang sama. Pesan dari David yang baru saja ia terima membuatnya meragukan masa depan mereka.
🗨️"Aku butuh waktu untuk memikirkan semua ini."
Apakah David benar-benar ingin bersamanya? Lara merasa ragu, tetapi ada suara kecil di dalam dirinya yang masih berharap.
“Lara, kamu tidak bisa terus menunggu,” bisik suara hati kecilnya. “Kamu harus mulai berpikir tentang dirimu sendiri.”
Dengan hati yang berat, Lara mulai menyusun rencana. Ia perlu memberi David ruang, tetapi juga harus melindungi hatinya sendiri. Tanpa sadar, ia menyentuh kalung yang diberikan David, mengingat momen indah saat mereka bersama.
Dalam keheningan malam, Lara berdoa agar segala sesuatunya berjalan dengan baik, terlepas dari keputusan yang diambil David.
***
Kembali ke David, ia duduk sendirian di tempat tidurnya, merasakan beratnya keputusan yang harus ia ambil. Setiap detik terasa seperti berabad-abad, dan semua perasaan yang menyelimuti hatinya semakin mengaburkan pikirannya. Dalam keadaan bingung, ia tahu bahwa jalan di depannya penuh dengan ketidakpastian, tetapi ia juga menyadari bahwa ia tidak bisa melanjutkan hidupnya tanpa memilih satu arah yang jelas.
Satu hal yang pasti, pertemuan ini telah mengubah segalanya. Apakah ia akan memilih Arini atau Lara, ataukah ia akan memilih untuk sendirian? Semua jawaban itu masih menunggu untuk ditemukan, dan David tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai.
Katanya perlu bicara ujung2nya perlu waktu lagi dan lagi baik sama lara juga sama arini beberapa bab muter itu2 aja, Maaf ya Thor kayak ceritanya hanya jalan di tempat aja 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻