Hidup kamu selama ini sudah enak, jadi mama mau kamu merelakan suamimu untuk kakakmu, dan kamu ambil suami kakakmu yang tidak berguna itu!" ucap seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah mama tirinya pada Natalie, anak keduanya di keluarga Jonathan.
"Maksud mama aku disuruh bertukar suami dengan kakak?"
Bagai disambar petir disiang hari, Nathalia yang baru saja pulang kerja harus mendengar permintaan sang mama yang terdengar aneh. Namun disini Nathali tidak bisa menolak permintaan konyol ibu sambungnya, hingga mau tidak mau Nathali harus merelakan suami yang menikahinya satu tahun yang lalu untuk sang kakak dan menikah dengan suami kakaknya yang dingin dan juga cuek. Abian namanya.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan Nathali dan Abian? ikuti yukkk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Mia Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
"mama nggak mau!" ucap mama Indri yang berhasil menghentikan langkah Jonathan"terserah.. kamu cari Nathali atau angkat kaki dari rumah ini, kita akan bertemu di pengadilan. dan ingat, tidak ada harta Gono gini, karna tidak ada anak di antara kita" balas Jonathan yang semakin membuat Indri kesal.
"Keputusan ada sama kamu sendiri, mau cari Nathali atau kita berpisah!" lanjutnya lalu kembali melangkah menaiki anak-anak tangga.
Indri menatap punggung Jonathan dengan penuh emosi. "sialan! Menyusahkan saja anak gak tau diri itu" umpatnya. Mau tidak mau akhirnya Indri pun memilih untuk mencari keberadaan Nathali dari pada harus diceraikan oleh mesin ATM nya.
Siang sudah beranjak sore, Riko memutuskan pulang kerumah Jonathan setelah seharian menghabiskan waktu bersama Cindy dan juga anaknya dirumah sakit.
"Mas..dari tadi aku telfon kamu kenapa gak kamu angkat?" Kata Jesika ketika melihat kedatangan Riko
"Aku sibuk. seharian nggak pegang hp" balasnya. Pesan-pesan yang Jesika kirim memang belum dibaca oleh pria itu.
"Mas." Panggil Jesika "hmm" balas Riko yang sudah berperilaku biasa saja namun tetap dingin. Setelah pernikahannya dengan Cindy, Riko berpura-pura jadi suami yang sudah menerima Jesika. walaupun sebenarnya dia melakukan itu karna merasa belum puas membalaskan dendam untuk Nathali. apalagi setelah mendengar pembicaraan Jesika dengan Dave di cafe hari itu, membuat Riko semakin berpura-pura semua baik-baik saja, padahal dia sudah mempersiapkan rencana besar untuk memberikan pelajaran nantinya. pria itu masih menunggu Jesika melahirkan yang hanya tinggal menghitung hari dari perkiraan dokter.
"Mas... coba kamu lihat, anak kamu menendangnya aktif banget" kata Jesika mengambil tangan Riko dan dia letakkan di atas perutnya.
Sebenarnya Riko sudah muak berpura-pura, hanya saja ini masih belum waktunya mengakhiri semuanya. Dia dan Cindy sedang mengikuti permainan Jesika dan juga Dave.
Setelah mendengar pembicaraan Jesika dan Dave di cafe saat itu, Cindy mengaku pernah melihat tabrak lari di jalan yang sama seperti yang dikatakan oleh Jesika. bahkan wanita itu juga mengambil gambar plat no mobil yang menjadi pelaku tabrak lari lalu membawa korban kerumah sakit malam itu. dan ternyata yang Cindy tolong adalah Abian. Cindy mengatakan pada Riko ketika dia pergi meninggalkan ruangan IGD, Cindy melihat Nathali yang datang dengan beberapa orang bertubuh tinggi tegap. Namun sayangnya Cindy tidak tau apa yang terjadi setelahnya karna mendadak perutnya merasa mual.
"Mas..kamu nggak sayang ya sama anak kita?" tanya Jesika karna Riko hanya memberikan reaksi sekedarnya. sama sekali tidak terlihat aura bahagia yang terpancar dari wajah pria itu.
"Saya mandi dulu. tolong kamu buatkan saya kopi hitam seperti biasa" pinta Riko kemudian beranjak masuk kedalam kamar mandi. Jesika hanya menatap tubuh Riko yang sudah menghilang dibalik pintu kamar mandi. wanita itu keluar dari dalam kamarnya dan membuatkan secangkir kopi hitam untuk Riko.
"Ar, besok lusa ada pertemuan penting, Daddy harap kamu bisa memberikan yang terbaik, jangan sampai kamu mengecewakan mereka. kalau perlu kamu pelajari materinya dari sekarang. Berkasnya ada di ruangan kerja Daddy" kata Alexander ketika mereka sedang bersantai sambil menikmati secangkir kopi di teras.
"Iya, dad." Balas Abian sambil terus fokus dengan ponselnya. Pria itu mencari informasi dari poster-poster yang sudah dia sebarkan hari itu.
"Kalau kamu mau mempelajarinya sekarang, kamu bisa ambil berkasnya di ruangan Daddy sekarang" kata Alexander lalu.
Abian hanya mengangguk, kemudian beranjak dari tempat duduknya. Menaiki anak-anak tangga untuk mengambil berkas di ruangan kerja sang ayah.
Ketika sudah sampai di ruangan kerja sang Daddy, Abian langsung mencari berkas di deretan map yang ada di lemari. Namun tanpa sengaja Abian menjatuhkan satu berkas dengan map berwarna hijau Sage.
Abian menunduk lalu mengambil map itu, karna sedikit penasaran, akhirnya pria itu membuka map tersebut."surat perjanjian" gumamnya pelan
Awalnya Abian tidak tertarik untuk membaca map tersebut, namun kedua matanya memicing dengan kaning sedikit mengerut ketika tanpa sengaja nama Nathali dengan tandatangan di atas materai menyapu penglihatannya.
"Nathali" ujar Abian yang yang membuat pria itu penasaran dengan isi surat perjanjian.
Perlahan Abian membaca isi surat perjanjian itu dengan dada yang perlahan sesak.
Surat perjanjian..
Dengan ini, saya Nathali Khumaira Jonathan, memutuskan untuk mengikuti segala apapun yang akan di katakan oleh tuan Alexander. Termasuk pergi dari kehidupan Abian setelah biaya operasi dia bayar lunas dirumah sakit. Dan tuan Alexander berhak melarang saya mendekati putranya setelah operasi selesai.
Membaca surat perjanjian itu membuat Abian mengepalkan kuat kedua tangannya. Air mata yang sejak tadi tertahan di kedua pelupuk matanya akhirnya tumpah.
"Daddy..jadi ini ulah Daddy. Kepergian Nana karna surat perjanjian konyol ini. Nana rela meninggalkanku demi biaya operasi" kata Abian lirih. Menatap nanar pada surat perjanjian yang ada di tangannya.
Kecewa? tentu saja Abian merasa sangat kecewa dengan Alexander. Bagaimana bisa sang Daddy memberikan persyaratan seperti itu untuk membiayai pengobatan anaknya sendiri. Hati Abian terasa sakit membaca selembar surat perjanjian itu.
Dengan perasaan marah, Abian keluar dari ruangan kerja Alexander dengan membawa surat perjanjian tersebut.
"sudah ketemu kan, Ar?" tanya Alexander ketika melihat Abian sudah kembali. Namun wajahnya datar dingin tanpa ekspresi sedikitpun.
"Kamu kenapa, Ar? apa berkasnya tidak di temukan?"tanya Alexander yang melihat perubahan dari raut wajah Abian.
"Katakan, berapa total biaya operasi Abian waktu itu?" tanya Abian yang langsung to the poin
"Kamu bicara apa sih Ar, kenapa tiba-tiba saja bicara soal biaya operasi. Kamu itu anak Daddy, tidak perlu tau Daddy habis berapa waktu membayar biaya pengobatan kamu" balas Alexander yang masih tidak menyadari surat perjanjian yang telah dia sembunyikan selama hampir sembilan bulan ada di tangan Abian.
"Anak?" Abian tersenyum getir dengan kalimat anak yang dia dengar dari sang Daddy.
"Apa ini yang anda maksud anak? orang tua mana yang tega melakukan hal seperti ini pada anaknya sendiri!" Abian memperlihatkan surat perjanjian yang ada di tangannya pada Alexander. Membuat pria paruh baya itu cukup terkejut.
Kemudian Abian mengambil ponselnya, mentransfer uang sebanyak 1M pada rekening sang Daddy"Semoga itu cukup untuk membayar surat perjanjian sialan ini" gumamnya seraya merobek surat perjanjian itu "Daddy menang nggak akan pernah bisa berubah. Daddy terlalu egois buat Ar" ucapnya lalu beranjak pergi.
Tak berselang lama, Abian turun dari kamarnya dengan beberapa barangnya.
"Ar, kamu mau kemana?" tanya Wulan menatap pada Abian"mommy baik-baik ya. Mungkin Ar nggak akan tinggal disini lagi, tapi mommy tenang saja, Ar akan sering-sering menjenguk mommy" Abian mencium dan memeluk mommy Wulan.
"Ar, berhenti kamu. berani kamu kaluar dari rumah ini, jangan harap kamu bisa mendapatkan sedikitpun harta Daddy" ancam Alexander
"Arcelio nggak minat dengan harta Daddy. untuk apa Ar ada di sini jika Daddy hanya mementingkan diri sendiri" balas pria itu tanpa menoleh pada Alexander.
"Lihat, Dad. sudah berapa kali mommy ingatkan, jangan melakukan hal yang akan merugikan kita. kalau sudah seperti ini bagaimana?" kata Wulan
