Sheila yang dibesarkan dari orang tua yang tak pernah menyayanginya dan selalu dianggap sebagai pembantu di rumah sendiri, dia tak pernah menyangka bahwa dia akan menikah dengan seorang pengusaha terkenal dan ternama juga seorang mafia yang sangat kejam.
Menikah dengan orang asing apa lagi dengan seseorang yang belum ia kenal sama sekali karena dia harus menggantikan kakaknya yang kabur di pernikahannya karena harus membayar hutang.
Brian seorang pengusaha terkenal di New York dan memiliki banyak bisnis di berbagai negara namun tidak banyak orang yang tahu bahwa dia juga seorang mafia kejam yang tak segan-segan untuk melenyapkan orang yang mengganggunya. Sedangkan Sheila wanita periang dan juga lemah lembut harus dipasangkan dengan mafia kejam yang bisa saja menyakitinya.
Bagaimana kelanjutannya???
Kalau kepo langsung baca ceritanya ya......
🥕🥕🥕
FOLLOW INSTAGRAM @LALA_SYALALA13
FOLLOW TIKTOK @LALA_SYALALAA13
FOLLOW FACEBOOK @LALA SYALALA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26_Marah
Sheila sedang memasak makan malam membantu sang mami sedangkan Brian sedang berada di ruang kerjanya dan Sheila juga tidak ingin menggangu Brian, lebih baik ia berbincang-bincang dengan mami Salma sambil masak di dapur.
"Wah masak apa nih?" sahut papi Boni sambil duduk di meja makan untuk makan malam.
"Ini lagi bisik sayur asem, ayam goreng sama rendang." balas mami Salma. Yap meski tinggal di kota tetapi mami Salma suka makanan daerah yang jarang di temui di kota besar sehingga memiliki cita rasa yang sangat khas di lidahnya.
Selama Sheila berada di sini dia juga sedikit syok dengan menu makanan di sini karena jarang sekali di temui di kota yang biasanya makanan junk food dan juga makanan modern, tetapi keluarga Ardolph sangat menyukai makanan daerah mami Salma sama seperti mami Salma sehingga Sheila sedikit demi sedikit mencoba untuk menyesuaikan lidahnya namun tak terlalu buruk untuknya apa lagi untuk pertama kali.
"Wah enak tuh!" seru papi Boni.
tak lama Brian pun datang dari atas dan segera menuju ke meja makan, sedangkan mami Salma dan Sheila sudah siap dengan masakannya, mereka berdua pun membawa masakan tersebut ke meja makan.
Sebenarnya ada asisten rumah tangga yang bisa saja membawakan makanan tersebut tetapi mami Salma dan Sheila tidak ingin merepotkan sehingga di bawakan sendiri.
Setelah semuanya selesai mereka berempat pun bersiap untuk makan malam, Sheila mengambil piring Brian untuk sekedar di ambilkan nasi dan lauk pauknya sedangkan Brian hanya diam saja tidak merespon dan memilih menunggu sang istri selesai dengan kegiatannya mengambilkan makanan untuknya.
"So sweet nya pengantin baru ini!" ujar mami Salma yang melihat Sheila mengambilkan makanan untuk Brian di bilang so sweet dan membuat kedua pipi Sheila memanas.
"Mami apa-apa an sih, stttt udah jangan diganggu anak sama menantu mu!" jawab papi.
Mami pun hanya terkekeh pelan kemudian melanjutkan acara makan malamnya.
Setelah acara makan malam selesai Brian pun meminta Sheila agar kembali ke kamar, dengan terpaksa Sheila pun masuk ke kamar di mana ada Brian sedang duduk di sofa sambil melihat ke arah iPad nya.
Sheila duduk di samping Brian tanpa berbicara dan hanya menunggu hingga Brian memulai berbicara membuatnya bosan saja dan ingin keluar menghampiri mami Salma untuk mengobrol banyak hal.
Tapi namanya juga manusia dari batu, kalau gak di ajak ngomong duluan yang enggak bakalan ngomong, saking frustasinya Sheila hampir saja mengutuk Brian karena membuatnya menunggu.
(Bukannya dia duluan yang ngajak ke kamar, eh sekarang malah di cuekin! nasib nasib.) gumam Sheila dalam hati.
"Bri... Brian!" panggil Sheila dua kali karena Brian seperti tak mendengarkan.
"Apa?" ucapnya singkat dan tak menoleh ke Sheila.
"Ih, seharusnya aku yang tanya kenapa, kamu nyuruh aku ke kamar ada apa? Aku kan masih pingin ngomong-ngomong sama mami!" ucap Sheila dengan rada kesal.
"Udah malam, besok aja ngobrol-ngobrol nya," ucap Brian tak terbantahkan dengan suara dinginnya Sheila pun tak melanjutkan protesnya, dia pun beranjak dari tempat duduknya dna menuju ke walk in closet untuk berganti pakaian menjadi pakaian tidur dan segera merebahkan badannya di kasur.
Brian yang melihat segala gerak gerik Sheila mulai dari awal dia berdiri dan menuju ke walk in closet hingga sekarang berbaring di tempat tidur pun memandang nanar ke arah Sheila, Brian berfikir apakah dia mengatakan hal yang salah hingga membuat Sheila kelihatan sangat sedih.
Seharian ini Sheila sudah sedih tetapi malah dapat sikap cuek dari Brian membuat Sheila semakin sedih, naas memang padahal dalam pernikahan mereka tidak ada cinta namun mengapa Sheila harus sakit dan sedih mendapat perlakuan cuek dan dingin dari Brian.
"Sheila," panggil Brian yang dia juga sudah berbaring di sampingnya, Sheila terus memunggungi Brian dan tak ingin melihatnya untuk sekarang ini.
Akhirnya Brian pun memilih untuk beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ke ruang kerjanya, Brian sangat frustasi hanya karena Sheila yang tidak mau berbicara dengannya.
Rencananya Brian ingin izin kepada Sheila untuk pergi mungkin malam ini tidak pulang tetapi karena sikap Sheila yang seperti itu Brian pun keluar dari ruang kerja dan menyambar jaketnya dan kunci mobil.
"Aku pergi!" sahutnya kemudian menghindari dari pintu kamar mereka.
Sheila yang hanya pura-pura tertidur pun hanya bisa mendengar suara langkah kaki menjauh, saat sudah tidak ada suara Sheila membuka matanya dan seketika air matanya pun jatuh membasahi pipinya.
"Sebenarnya kamu suka atau tidak sama aku Brian?" gumam Sheila sendirian sambil isak tangis yang terus muncul.
Sedangkan Brian yang sudah siap dengan jaketnya turun ke bawah, di sana sudah apa mami dan papi nya yang sedang melihat televisi dan juga saling mengobrol.
"Loh sayang, mau ke mana?" tanya mami Salma saat melihat anaknya turun dari tangga dengan pakaian lengkap.
"Brian ada urusan mi," sahutnya singkat.
"Terus Sheila mana?" lanjut mami Salma bertanya.
"Dia di kamar mi, mi aku mohon nanti kalau ada apa-apa sama Sheila telepon Brian ya soalnya tadi kayaknya Sheila sedang marah sama Brian." ujar Brian.
"Marah kenapa?"
"Itu Brian tidak tahu mi,"
"Kau ke mana son?" tanya papi Boni.
"Brian mau ke markas Pi, karena tahanan yang kabur sudah di temukan dan sekarang sudah di bawah ke markas!" ujar Brian dengan rahang mengeras.
Boni tahu kalau anaknya ini sedang marah, bisa di pastikan kalau orang itu akan mati dengan emosi Brian apa lagi anaknya ini sedang bertengkar dengan Sheila maka akan semakin kejam nantinya Brian di sana.
Boni hanya menganggukkan kepalanya paham dengan Brian yang akan ke markas Elang.
"Kalau begitu segera pergi, urusan Sheila biar kami yang urus!" sahut papi Boni.
Brian segera pergi degan melajukan mobil sportnya menuju ke markas Elang, sampai di sana dia segera masuk ke dalam dan di sambut oleh Aldo.
"Di mana dia?" tanya Brian dengan menahan emosinya, bahkan Aldo saja merasa ciut nyalinya saat berdekatan dengan Brian saat emosi seperti ini.
"Dia di dalam bos," jawab Aldo.
Tanpa menunggu lama Brian pun masuk ke dalam, di sana sudah ada tahanan yang kabur dengan merintih kesakitan akibat tembakan peluru di kakinya tadi.
"Mohon lepaskan saya, saya janji bakalan turuti semua keinginan anda tuan!" pintanya namun Brian sama sekali tak terkecoh dan segera mengeluarkan pis*ol dari balik jaketnya dan mengarahkan ke arah pria tersebut.
"Hahahaha, dasar tidak berguna!" sahut Brian kemudian menembak tangan pria malang tersebut memberikan rasa sakit yang amat parah.
Brian memang sengaja untuk tidak langsung menembaknya mati karena dia ingin agar pria tersebut merasakan sakit yang amat menyiksa tersebut.
Sungguh kejam sekali mafia satu ini, berharap lah agar tidak bertemu dengan mafia berwajah tampan ini yang bisa saja akan membunuhmu jika bermasalah dengannya.
.
.
TBC