NovelToon NovelToon
Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Balas Dendam / Single Mom / Janda / Crazy Rich/Konglomerat / Dendam Kesumat
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Elena Prasetyo

Aku masih ingat tangisan, tawa dan senyum pertamanya. Aku juga masih ingat langkah pertamanya. Saat dia menari untuk pertama kali. Saat dia menangis karena tidak bisa juara kelas. Aku masih ingat semuanya.

Dan sekarang, semua kebahagiaan itu telah direngkuh paksa dariku.

Aku tidak memiliki apa-apa selain dia
Dialah alasanku untuk hidup sampai sekarang.
Tidak bolehkah aku menghukum perampas kebahagiaanku?


Ini adalah novel diluar percintaan pertama penulis, mohon dukungannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2

"Tia janji akan peluk mama lebih sering"

"Tia sayang banget sama mama"

"Tia sayang banget sama mama"

Suara Tia yang tadi pagi masih berdengung di telinga Ratna. Tapi yang dilihatnya saat ini, sungguh sulit untuk dia terima.

"Tia, kamu kenapa Nak?" tanyanya lalu menyentuh wajah dingin putrinya.

"Tia, bangun Nak. Kenapa kamu disini? Tiaaa bangun sayang. Bangun Nak. BANGUNNNN!!!" perintahnya pada Tia yang tetap menutup matanya.

"TIAAAA BANGUN NAK. TIAAAAAA!!!!"

"Bu Ratna, Bu Ratna. Putri Anda sudah meninggal" kata polwan yang tadi mengarahkannya kemari.

"Tidak. Tidak mungkin. Tidak mungkin. Pagi tadi Tia sekolah. Siang tadi Tia masih makan siang. Bagaimana mungkin sekarang Tia ... . Tidak mungkin" racaunya merasa kalau semua ini tidak mungkin terjadi.

Ini adalah hari Kamis yang biasa. Tidak ada yang spesial dengan hari ini. Benar-benar hari yang seperti hari sebelumnya. Tapi kenapa? Kenapa putrinya terbaring di atas ranjang dalam keadaan sudah ... . Tidak. Dia bahkan tidak berani mengatakan kata itu untuk menggambarkan keadaan putrinya sekarang.

"Kami menemukan Chintya pukul empat sore tadi. Di pinggir jalan utama kota. Salah seorang warga menelepon ambulance dan membawanya kemari. Sayang sekali, Cinthya tidak dapat bertahan dan menghembuskan napasnya di ambulance" jelas polwan itu.

Di pinggir jalan utama kota?

"Apa putri saya terlibat kecelakaan?" tanya Ratna segera.

"Ehmmm. Sepertinya bukan"

"Bukan? Apa maksudnya??" teriak Ratna membutuhkan penjelasan yang detail.

"Beberapa orang melihat tubuh putri Anda dilempar dari sebuah mobil ke pinggir jalan"

Tubuh Ratna kini seakan kehilangan semua tulangnya. Putrinya tidak terlibat kecelakaan. Tapi ... Dibuang oleh seseorang dari mobil? Dan kejadiannya begitu cepat setelah Tia pulang dari rumah temannya untuk kerja kelompok?

Bagaimana bisa? Tidak. Ratna tidak bisa menerima semua ini. Tidak bisa. Tidak mungkin putrinya bisa dalam keadaan seperti ini. Tidak mungkin.

"Tia!!! Bangun Nak. Ini mama sayang. Ini mama. Mama sudah beli ayam goreng kesukaan kamu. Ayo bangun Nak. Kita makan sama-sama. Tiaaaaa ayo bangun sayang" ratap Ratna lalu jatuh di bawah ranjang tubuh kaku putrinya.

Beberapa menit kemudian Ratna dibawa keluar dari ruang jenazah untuk menenangkan diri. Tapi bagaimana bisa dia merasa tenang, saat putri yang tadi pagi dilihatnya masih sehat dan cantik berubah menjadi tubuh yang dingin sekarang?

"Bu Ratna, mohon maaf kalau kami seakan tidak menghormati kesedihan Anda. Tapi ... Bisakah kami meminta Anda menandatangani surat ini?" pinta polwan lalu menyodorkan surat persetujuan otopsi.

"Otopsi? Maksudnya?"

"Kami menemukan banyak kejanggalan pada kematian putri Anda. Karena itu polisi ingin putri Anda menjalani prosedur otopsi. Untuk menemukan penyebab sebenarnya kematian putri Anda"

Penyebab sebenarnya?

Karena Ratna juga ingin tahu apa penyebab sebenarnya kematian Tia, dia menandatangani surat yang dimaksud.

Selama menunggu, Ratna menghubungi rekan kerjanya. Mengabarkan kalau dia tidak dapat masuk kerja besok. Karena harus menguburkan putrinya.

Tak lupa dia juga mengabarkan hal ini pada pak RT. Meminta tolong seseorang untuk menyiapkan prosesi pemakaman putrinya. Karena Ratna tidak memiliki saudara untuk minta tolong. Dia dan ayah Tia adalah anak tunggal. Semua kakek nenek Tia juga sudah meninggal. Dan sekarang ... Ratna ditinggal sendiri di dunia ini oleh putrinya.

Enam jam kemudian

"Mama, Tia mau mandi sama bebek"

Ratna teringat suara Tia yang meminta mainan bebek untuk dapat mandi bersama ketika air mulai dikucurkan ke atas wajah pucat putrinya.

"Mama, gelang Tia bagus kan?"

Ratna menyapu air sabun yang ada di pergelangan tangan putrinya.yang berwarna merah.

"Mama, Tia ingin pakai baju warna pink"

Ratna menata satu-satunya kain yang akan menutup tubuh putrinya sekarang di atas meja. Setelah membungkus jasad putrinya dengan sempurna, Ratna keluar dari ruang jenazah untuk menunggu administrasi kepulangan jenazah putrinya.

Tak lama seseorang segera memeluknya.

"Ratna, bagaimana bisa? Kenapa ini bisa terjadi? Bagaimana bisa Tia ... "

Ratna melepas pelukan Yani dan tidak bisa menjelaskan apapun. Hasil otopsi belum keluar sehingga dia belum bisa menyatakan penyebab kematian putrinya.

"Tia ... sudah meninggal. Aku baru saja menyucikannya. Sekarang menunggu administrasi kepulangan jasad Tia" jawabnya dengan mata kering.

Sejak melihat jasad putrinya, Ratna belum pernah meneteskan air mata. Sampai saat ini. Dia hanya berusaha untuk menjalani apa yang harus dilakukan sekarang.

"Bu Ratna!!" teriak beberapa orang. Ternyata beberapa tetangga di rumah Ratna datang ke rumah sakit. Sama seperti pada Yani, Ratna juga tidak bisa menjelaskan penyebab kematian putrinya.

Dia hanya bisa meminta tolong tetangganya untuk membantu proses pemakaman putrinya.

Dengan pikiran kosong, Ratna menemani putrinya pulang. Sesampainya di rumah, sudah banyak tetangga yang membantunya menyiapkan prosesi pemakaman Tia.

Pemakaman berjalan dengan sangat cepat. Kini, tubuh Tia telah berada jauh di dalam tanah. Dan Ratna tidak akan bisa melihat lagi senyum putrinya yang mencerahkan hidupnya. Ratna tidak bisa lagi mendengarkan suara manja yang sengaja dibuat Tia saat menginginkan sesuatu. Ratna tidak lagi bisa memeluk dan mencium pipi putrinya. Semuanya, tidak bisa lagi dia lakukan.

Setelah prosesi pemakaman, masih banyak orang yang datang ke rumah untuk menyatakan duka mereka. Termasuk semua rekan kerja Ratna dan juga teman-teman sekolah Tia. Termasuk guru dan kepala sekolah SMA 67.

Karena semua orang itu, Ratna tidak dapat merasakan kehampaan hatinya.

Tapi setelah semua orang pergi dan dia tertinggal sendiri di rumah. Kesepian dan kehampaan itu menghantam hatinya dengan keras. Lama sekali dia terdiam, lalu ...

"Mamaaaa, aku pulang!!"

Ratna terperanjat mendengar suara yang sangat dia kenal. Pintu depan terbuka dan Tia masuk ke dalam rumah. Dengan seragam sekolahnya yang lengkap dan tas yang berisik karena gantungan kunci beragam.

"Tia!" panggilnya lemah.

"Mama, kenapa rumah jadi seperti ini? Ada acara apa?"

"Tia ... !"

"Aku capek banget ma, ke kamar dulu ya!!"

Pandangan Ratna terpaku pada sosok Tia yang masuk ke dalam kamar. Tentu saja dia mengikuti langkah putrinya. Tapi yang dia jumpai hanyalah kamar yang gelap dan kosong. Tidak ada jejak Tia yang baru saja datang dari sekolah.

Ternyata semua itu hanya khayalannya saja. Bagaimana mungkin Tia pulang ke rumah saat dia sendiri yang memandikan jasad dingin putrinya? Bagaimana mungkin Tia datang saat dia sendiri yang melihat jasad putrinya dimasukkan ke dalam liang lahat?

Kepedihan merasuk ke dalam dadanya. Sakit!! Sakit sekali!! Kenapa dadanya terasa sakit sekali??!!

"Hua ... Hua ... HUAAAAAAAAA!!!"

Teriak Ratna yang datang bersama tangis, sebagai usaha untuk mengeluarkan rasa sakit yang terus mengiris hatinya.

"TIAAAAA"

"TIAAAAAAA"

"Jangan tinggalin mama Nak"

"TIAAAAAAAA aaaaaaa"

Air mata tak berhenti mengalir setelah selama kurang lebih dua puluh empat jam dia tidak menangis sama sekali. Ratna tidak tahu berapa lama dia meraung-raung dan menangis di dalam kamar putrinya. Saat keluar dari kamar Tia, Yani disana menyambutnya dengan pelukan.

"Lebih baik kamu makan. Ini sudah sore" kata Yani khawatir pada kondisi tubuh Ratna.

"Kamu punya anak kecil. Kamu pulang saja" katanya pada Yani.

"Aku sudah ijin pada ibu dan suamiku. Aku akan menemanimu malam ini"

"Tidak perlu"

"Perlu!! Sangat perlu!! Ingatlah kalau masih ada aku yang akan menemani kamu."

Ratna melihat wajah temannya yang khawatir itu. Lalu memegang tangan Yani dengan erat.

"Aku tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya. Setidaknya sampai penyebab kematian Tia terungkap" jawabnya membuat Yani berhenti ragu.

"Tia bukan meninggal karena kecelakaan?" tanya Yani.

"Awalnya kupikir begitu. Tapi seorang polisi memberitahuku kalau ada kejanggalan di penyebab kematian Tia. Aku sudah memberi ijin otopsi. Hasilnya akan keluar dua hari lagi" jelasnya.

Tapi Yani bersikeras untuk tetap tinggal di rumah. Dan Ratna tidak bisa lagi melarang. Kini, Ratna hanya ingin mengetahui penyebab sebenarnya kematian putrinya. Dia harus mengetahui penyebab kematian putrinya. Harus!!

1
Agus Tina
Lanjuut ...
Agus Tina
Bu Galih .. jangan laporkan bu Ratna biarkan dia menuntaskan apa yg belum tuntas ...
Agus Tina
Good
Agus Tina
Aju nangis thor ....
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
sedih bangeettttt 🥲
Santi450
lanjut kak kayaknya seru
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
awal part udah sedih aja 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!