Kiss Me

“Bagaimana? Mau lanjut di kamar?” Tanya Arsen dengan wajah datarnya, Anya mengedipkan matanya bingung.

Pria datar ini sedang menggoda dirinya? Atau Arsen tak memiliki niat terselubung? Jika di lihat dari wajahnya yang datar itu sepertinya tak ada niatan seperti apa yang Anya pikirkan saat ini.

“Yaudah lanjut di sini.” Ucap Arsen, dia kembali mencium bibir Anya dengan satu tangan yang sudah menyusup masuk ke dalam baju Anya.

Arsen perlahan menyentuh pengait braa milik Anya, seketika wanita itu membelalak dan mendorong tubuh Arsen.

“Gak mau lanjut.” Ucap Anya sambil berlari meninggalkan Arsen dengan wajah meronanya, pria gila macam apa yang berprilaku mesum dengan wajah datarnya pikir Anya.

Arsen menatap kepergian Anya dengan wajah datar. “Dia sedang tarik ulur? Atau pengen di kejar? Sudah ku bilang kalau pergi ke kamar lain ceritanya, tapi Anya malah lari ke arah kamar.” Gumam Arsen dengan bingung.

Pria itu pun bangkit dari dudukny. “Ya sudah seharusnya aku melayaninya setelah dengan penuh cinta membuatkan makanan kesukaanku.” Ucap Arsen sambil menatap masakan Anya yang ludes masuk ke dalam perutnya. “Ralat! harusnya dia yang melayaniku setelah masak, masakan yang gak enak seperti ini.” Gumamnya karena dia harus bersusah payah menghabiskan masakan tidak enak itu, jika bukan karena Anya istrinya mungkin dia sudah memaki orang yang sudah berani menyajikan masakan itu di depan matanya.

Arsen pun berjalan meninggalkan ruang makan, berniat menemui istrinya yang sedang tarik ulur padanya, wanita itu seperti kucing. Mau tapi malu, pikir Arsen.

“Kak, kamu gak sakit perut?” Tanya Reyno tiba-tiba ada di sampingnya, adiknya itu menatap Arsen dengan tatapan heran. “Ko masih bisa hidup setelah makan masakan gak enak itu.” Ucap Reyno jujur.

Langkah Arsen terhenti, ia menatap adiknya dengan tatapan tidak suka. “Masakan istriku enak, jangan pernah bicara seperti itu lagi.” Titah Arsen, dia tidak suka dengan sikap Reyno yang seenaknya pada kakak ipar adiknya itu. Arsen pun melanjutkan langkahnya saat Reyno menutup mulutnya.

“Kak, tapi kamu baik-baik aja kan?” Tanya Reyno lagi untuk memastikan, karena dulu setelah di paksa memakan habis masalan Anya, Reyno dan Irina terpaksa harus di rawat ke rumah sakit kerna keracunan makanan.

Reyno tidak mau kalau kakaknya itu merasakan hal yang sama, tapi tidak mungkin kan Reyno bilang seperti itu karena Arsen sepertinya akan balik memarahinya.

Arsen menatap sinis ke arahnya tanpa menghentikan langkahnya. “Memangnya aku kenapa?” Tanya Arsen.

“Ya kali aja Kakak keracunan makanan seperti aku dan Irina setelah memakan habis masakan istrimu.” Seketika mulut Reyno di tutup dengan tanganya sendiri karena takut jika sang kakak marah, sudah jelas kalau tadi dia tidak berniat mengucapkannya.

Arsne menghela nafasnya panjang. “Itu salah perutmu, bukan salah istriku. Lagian punya perit ko lemah.” Ucap Arsen lalu membuka pintu kamarnya, Reyno hendak melangkah namun langkahnya terhenti saat pintu itu tertutup mengenai kening lebarnya.

“Sialan, aku juga mau masuk.” Gumam Reyno dengan kesal.

Sementara di dalam kamar, Anya menatap Arsen dengan kaku. Dia baru selesia berganti pakaian dan hendak naik ke atas ranjang namun langkahnya terhenti saat tadi Arsen masuk.

Sekarang dia bingung mau naik ke atas tanjang, atau kembali ke wall in closet untuk mengurangi rasa canggung.

“Kenapa kamu buka braanya sendiri?

.

To be continued…