"Usir dia dari rumahku! Aku tidak ingin melihatnya ada di sini!"
"Tidak, jangan usir aku, aku mohon!"
Agatha menangis saat tangannya ditarik keras oleh dua orang bodyguard yang bekerja pada Louis Fernando, seorang pengusaha kaya yang berpengaruh di kotanya.
Agatha difitnah oleh mertuanya telah berselingkuh dengan pria lain yang tak lain teman dari Louis sendiri.
Setelah keluar dari kediaman suaminya, Agatha hidup terlunta-lunta di luar dengan keadaannya yang tengah berbadan dua. Hidupnya sangat miris tanpa ada keluarga yang mempedulikannya, pada dasarnya Agatha memang dibesarkan di panti asuhan, dia tidak pernah mengetahui siapa orang tua kandungnya.
Lima tahun kemudian, Agatha kembali dengan keadaan yang berbeda, dia memiliki dua anak kembar yang sangat pintar dan sangat menyayanginya.
Mungkinkah Agatha akan menyembunyikan identitas si kembar dari suaminya?
Atau mungkin dia akan kembali setelah si kembar mengetahui bahwa Louis adalah Ayah kandungnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Kebersamaan Louis Dengan Si Kembar
"Emangnya kita mau ke mana Om? Apa nggak balik dulu, ganti baju gitu?"
Si kembar dibawa masuk mobil dan melewati jalan yang berlawanan dengan arah menuju rumah mereka.
Mereka nampak tak nyaman diajak bepergian dengan mengenakan seragam sekolah, dan lebih lagi mereka tak punya kesempatan untuk pamitan pada ibunya.
"Udah, gitu aja udah ganteng kok. Entar kita beli baju ganti," jawab Louis dengan fokus menyetir mobilnya.
Si kembar saling bertatapan dengan alis tertaut.
Awalnya mereka tidak curiga dengan kehadiran Louis di sekolahnya, tapi setelah diajak pergi tanpa pamit pada ibunya, rasanya cukup mencurigakan.
"Om yakin nggak bakalan culik kami? Awas aja kalau berani berbuat jahat sama kami."
Mereka berdua mengancam, bayangan mereka dibawa ke suatu tempat dan disandra dengan abal-abal meminta uang tebusan.
Louis tertawa melihat kekonyolan mereka. Awalnya dia marah mendapati Agatha memiliki bocah kembar yang diyakini sebagai anak selingkuhannya, tapi bersama si kembar, kemarahannya langsung hilang, bahkan seharusnya ia membenci kedua bocah itu, tapi sebaliknya, ia nyaman mengajak bercanda mereka.
"Kalau misalnya Om berniat menculik kalian bagaimana? Apa kalian akan lari dari sini, atau melawan Om?"
"Dua-duanya, kami akan lawan Om dan langsung loncat dari jendela mobil. Apa om pikir kami bodoh!"
Lagi-lagi Louis kalah berdebat dengan si kembar. Mereka memang sangat cerdas dan bisa diandalkan.
Tujuannya untuk menakut-nakuti Agatha telah berhasil. Dengan ia membawa si kembar pergi dari sekolahnya, tentunya Agatha akan panik.
"Iya, om akui kalian memang pintar. Memangnya kalian punya pemikiran seperti itu dapat ide dari mana?"
Untuk mengurangi ketegangan diantara mereka, Louis mengajaknya bercanda, dengan begitu mereka tidak mengira bahwa dirinya adalah orang yang jahat dan punya maksud untuk mencelakainya.
"Tentu saja dari Daddy. Mommy bilang Daddy sangat pintar, karena pintarnya mommy sering dibohongi. Buktinya saja sampai sekarang Daddy nggak pulang-pulang, lupa sama kami. Apa memang benar kalau Daddy itu sudah mati?"
Refleks Louis menginjak rem dan membuat mobilnya berhenti mendadak. Untung saja jalanan agak sepi, tak banyak mobil berlalu-lalang.
"Aduh Om! Gimana sih, kok mobilnya macet. Kepalaku terbentur nih, dasar Om!!"
Akibat rem mendadak, kedua bocah kembar itu sampai terjungkal dengan kepalanya terbentuk kursi belakang kemudi.
Louis menoleh ke belakang dengan wajah terbengong. Seketika dia meminta maaf karena kecerobohannya.
"Ya ampun, kalian kejedot kursi? Om minta maaf ya? Om nggak sengaja bikin kalian kejedot. Kalian maafin om ya?"
Louis menyengir kuda dengan menggaruk belakang telinganya. Ia benar-benar tidak sengaja sudah membuat si kembar kepalanya pening.
Walaupun agak ngilu, si kembar kembali duduk anteng dengan memegangi jidat mereka masing-masing.
"Emm, sebagai permintaan maaf Om, bagaimana kalau kita makan. Kalian tentunya sudah lapar kan?"
Si kembar tersenyum dengan menunjukkan deretan giginya yang putih.
Sudah pasti mereka lapar karena sejak pagi mereka tidak makan dan hanya berbekalkan roti coklat.
"Om serius akan mengajak kami makan?"
Tak ingin di beri harapan palsu dan membuat mereka kecewa, tak ada salahnya jika mereka bertanya.
"Ya tentu saja serius, mana pernah om membohongi kalian. Tapi sebelum makan, kalian harus jawab dengan jujur. Om akan kasih pertanyaan pada kalian, jika kalian bisa menjawab, tolong dijawab dengan jujur ya? Jangan coba-coba untuk membohongi Om."
Si kembar memutar bola matanya. Hendak dijanjikan beli makanan saja masih juga dikasih syarat untuk menjawab dengan jujur.
Sudah seperti main tebak-tebakan saja, jika menang dikasih hadiah, tapi jika kalah bakalan gigit jari, dan kini si kembar hanya bisa pasrah kalaupun harus gigit jari tak bisa menjawab pertanyaan dari Louis.
"Memangnya Om mau tanya soal apa? Kalau soal hitung menghitung kami belum bisa Om."
Dengan polosnya si Kenzo mengakui dirinya masih sangat minim pengetahuan.
Louis tak bisa untuk tidak tertawa mendengar celotehan si kembar yang selalu ada bahan untuk berceloteh.
"Om tidak tanya soal hitung hitungan, yang ingin om tanyakan pada kalian, pernahkah sekali saja kalian bertemu dengan Ayah kalian sebelumnya?"
Louis berharap mendapatkan keterangan yang jelas, karena ia yakin si kembar tak mungkin membohonginya seperti Agatha.
"Enggak Om, kenapa Om bawel banget jadi orang. Kan kami sudah bilang berkali-kali kalau Daddy sudah nggak ada, kami belum pernah menemui Daddy. Mommy juga nggak pernah cerita di mana Daddy berada, jadi apa yang bisa kami jelaskan. Intinya ya Om, mommy itu sayang sama Daddy, walaupun Daddy nggak pernah ada buat kami. Bahkan kami udah bujuk mommy buat cari Daddy yang baru, tapi mommy nggak mau, katanya mommy udah bahagia hidup sama kami."
Drett ... Drett ...
Obrolan mereka terganggu oleh getar handphone milik Louis.
Sekilas Louis menyalakan layar handphonenya, dan nampak ada chat dari Agatha. Ia yakin Agatha tengah mencari anak-anaknya, yang pasti, wanita itu bakalan mengomelinya.
Tak mau kehilangan mood saat bersama si kembar, Louis langsung menonaktifkan handphonenya.
"Om, katanya makan? Kok dari tadi kita di sini terus, lalu kapan makannya?" tanya Kenzo.
Mereka tak canggung lagi untuk bertanya, apalagi mereka tahu ibunya sudah mengenali pria itu.
Mereka berharap, pria itu tak memberinya harapan palsu karena sudah menjanjikan untuk diajak makan bersamanya.
"Oh, iya. Tentu saja kita akan pergi cari makanan. Memangnya kalian mau makan di mana?"
Louis mulai menyalakan mesin mobilnya dan melakukan perlahan.
"Mau ngajak makan kok nanya dulu sama kita, ya jelas aja kita nggak tau mau makan di mana. Mommy aja nggak pernah ngajak kita makan di luar."
Louis menatap kedua bocah polos itu dari spion mobil. Ia lebih yakin dan percaya pada anak kecil daripada orang dewasa seperti Agatha yang sudah banyak membohonginya.
"Jadi kalian tidak pernah diajak makan di luar sana mommy kalian? Jahat banget, kenapa kalian nggak pernah minta untuk main atau makan di luar? Bukannya mommy kalian banyak waktu untuk menemani kalian?"
Louis ingin mengorek kehidupan Agatha melalui anak-anaknya. Ia ingin tahu dengan siapa saja Agatha menjalin hubungan setelah berpisah darinya.
"Mana ada Om, mommy itu nggak pernah ada waktu buat temani kami main di luar. Mommy nggak pernah ada di rumah, dia selalu sibuk cari uang," jawab Kenzie.
Si kembar bahkan menginginkan bagaimana bisa bermanja-manja dengan ibunya, tapi sayang sekali, kesibukan ibunya membuat mereka harus banyak bersabar.
"Kalau saja kita punya Daddy, kayaknya mommy nggak bakalan sibuk terus di luar. Pasti mommy ada waktu buat main bareng kita. Tapi sayang sekali ..., mommy hanya sayang sama Daddy, nggak mau cari pengganti," balas Kenzo.
"Hmm iya. Padahal Daddy udah ninggalin mommy, ninggalin kita, kenapa juga mommy nggak bisa lupakan Daddy. Emangnya apa istimewanya Daddy, hingga bikin mommy nggak mau cari pengganti Daddy baru. Orang udah mati nggak bakalan bangun lagi kan?"
ih ih ih...... bakalan nyesel sampai ke ubun2 kalau tau si kembar anaknya dan Agatha ngak bersalah .
bertanya di jawab tapi tapi ngak percaya......
masih ngeyel bertanya terus.....
kasih dikit multi vitamin buat otaknya Louis yg egois biar bisa buat mikir..... biar tidak cuma menganggap benar analisanya sendiri yg ternyata sungguh sangat salah.....