Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.
16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.
Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~25
"Menikah? tahun ini ?" ulang Ariel menanggapi perkataan sang ayah.
"Tentu saja, lihatlah usiamu sudah 25 tahun. Usia yang pas untuk membina sebuah rumah tangga." sahut sang ayah.
"Tapi Jeslin baru 18 tahun, Pa." timpal Ariel yang nampak tak percaya dengan ide gila ayahnya itu.
"Memang ada masalah dengan umurnya? dulu ibumu juga usia 18 tahun menikah dengan ayah." ujar William dan sontak di lirik oleh sang istri.
Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan terawat itu nampak menghela napasnya mengingat masa lalunya yang tak begitu mengenakkan itu.
Ia di paksa menikah hingga meninggalkan luka mental berkepanjangan meskipun pada akhirnya ia jatuh cinta pada pria itu.
Sebenarnya ia juga tidak ingin perjodohan ini terjadi tapi siapa yang berani melawan titah sang suami, lagipula ia juga belum yakin ada wanita yang baik untuk putranya di luar sana selain Jessica.
"Sayang, bisakah kita menunggu usia Jessica 20 tahun dulu. Lihatlah dia masih terlihat seperti anak-anak, aku takut mental dia belum siap menjalani biduk rumah tangga." ucapnya memohon pada sang suami dengan wajah memelas.
"Apa kamu bisa menjamin dalam waktu dua tahun itu mereka tak berubah pikiran ?" timpal William kemudian dan membuat sang istri nampak menggeleng kecil.
"Aku janji tidak akan berpaling, paman." kali ini Jessica ikut menimpali.
"Benar begitukan, kak ?" imbuhnya lagi seraya menatap ke arah Ariel yang sedang duduk di hadapannya tersebut.
Namun saat pria itu tak kunjung memberikan respon gadis itu segera menginjak kakinya hingga membuat Ariel langsung menahan kesakitan.
"Iya tentu saja, aku juga tidak mau mempunyai istri kekanakan sepertimu. Bukannya romantis aku malah kerepotan mengasuhmu." ucapnya dan sontak mendapatkan sebuah pelototan dari sang ayah.
"Jaga bicaramu, Ar." ucap William dengan tegas.
"Ku rasa begitu lebih baik, aku juga kurang yakin Jessica siap menikah dalam waktu dekat. Dia benar-benar masih seperti anak-anak." timpal Anne menyetujui.
"Bukan begitu, sayang ?" imbuhnya lalu menatap sang suami.
James nampak menghela napasnya sejenak. "Baiklah, pernikahan akan di lakukan dalam dua tahun ke depan asal kalian bisa menepati janji untuk tidak macam-macam." ucapnya seraya melirik ke arah Ariel.
James masih ingat sekali bagaimana Ariel membela seorang gadis berandalan saat di kampus satu tahun yang lalu, gadis biasa namun mampu mengalihkan perhatian pemuda itu.
Beruntung ia segera mengusir gadis itu dari kampus, jika tidak mungkin hubungan mereka pasti akan berlanjut hingga kini.
Akhirnya Jessica maupun Ariel nampak lega karena pernikahan mereka akan di undur dua tahun lagi.
"Ingat kak, dalam dua tahun kamu sudah harus mendapatkan kekasih yang mampu membuat hatimu bergetar jika tidak kita pasti akan di suruh menikah." ucap Jessica saat Ariel mengantarnya pulang malam itu.
"Dan kamu juga." sahut Ariel menanggapi.
"Tentu saja, tapi aku sulit membayangkan apa nanti mereka mau menyetujui pasangan kita masing-masing ?" timpal Jessica kemudian.
"Jika ingin itu terjadi pilihlah pemuda yang sesuai kemauan orang tuamu." Ariel memberikan ide.
"Pemuda sepertimu ?" tukas Jessica dengan memainkan matanya.
"Tentu saja, tampan, kaya dan pintar." sahut Ariel menyombongkan dirinya.
"Dan dewasa." lirih Jessica, entah kenapa ia sangat mengagumi pria dewasa di banding dengan pria sebayanya atau beberapa tahun di atasnya seperti Ariel atau mungkin itu di sebabkan karena ia kurang mendapatkan kasih sayang dari sang ayah?
"Kamu bicara apa ?" ulang Ariel saat tak begitu jelas mendengar perkataan gadis itu.
"Tidak, bukan apa-apa dan kamu juga harus mencari sosok wanita yang sesuai kriteria paman William karena itu akan menjadi bahan pertimbangannya nanti." sahut Jessica mengalihkan pembicaraan.
Namun Ariel nampak tak menanggapi, pemuda yang sedang fokus mengemudi itu tiba-tiba terlintas bayangan wajah Sofia yang senantiasa memakinya setiap bertemu.
Lalu bayangan ciuman mereka satu tahun silam pun seketika menari-nari di benaknya, bagaimana manis dan lembutnya bibir wanita itu hingga membuatnya tanpa sadar ingin merasakanya lagi.
Menyadari ada yang tak beres dengan pikirannya, Ariel nampak mendesah kasar dan itu membuat Jessica yang sedang duduk di sebelahnya langsung mengernyit.
"Kakak sedang ada masalah ?" tanyanya penasaran, saat melihat wajah gusar pria itu.
"Tidak begitu penting, hanya masalah pekerjaan." dusta Ariel yang enggan cerita.
"Baiklah, semoga cepat selesai." timpal Jessica kemudian.
Keesokan harinya.....
Siang itu Sofia yang baru membersihkan ruangan sang CEO nampak tak sengaja melihat kalender di atas meja tersebut. Kemudian gadis itu segera melipatnya menjadi tanggal hari itu.
Lalu di bawah angka kalender tersebut terdapat sebuah memo kosong dan seketika terlintas di pikirannya untuk menulis sesuatu di sana. Mungkin kata-kata penyemangat, pikirnya.
"Ketika dirimu merasa lelah, maka lihatlah ke luar sana. Di sana ada jutaan orang yang lebih lelah darimu namun masih tetap mampu tersenyum. Maka tersenyumlah dan itu akan mengurangi sedikit beban pikiranmu !!"
Sofia nampak mengulas senyumnya saat melihat hasil tulisan tangannya itu yang terlihat sangat rapi, lantas segera mengembalikan kalender tersebut ke atas meja.
Setelah itu ia segera meninggalkan ruangan tersebut setelah memastikan pekerjaannya sudah beres semuanya.
Saat melewati sebuah ruangan departemen keuangan tanpa sengaja Sofia melihat nona Brigitta berada di sana, entah apa yang sedang wanita itu lakukan dan sungguh ia tidak peduli.
Sore harinya seperti biasanya Sofia akan pulang duluan sebelum teman-temannya yang lain pulang karena ia harus mengejar jam kuliahnya.
Karena pekerjaannya selesai lebih awal jadi gadis itu pun pulang lebih cepat dan tak harus berlarian mengejar kereta seperti biasanya bahkan ia juga sempat mengganti seragamnya dengan pakaian biasa.
"Aku pulang lebih cepat hari ini, tunggulah sebentar kita akan kerjakan tugas bersama-sama." ucapnya saat teman kuliahnya itu menghubunginya.
Sementara Ariel yang sedang dalam perjalanan pulang dari meeting nampak bersandar di sandaran kursi mobilnya.
"Kembali ke kantor pusat, tuan? sepertinya anda sangat lelah." ucap sang sopir.
"Bisakah kita ke kantor cabang saja." timpal Ariel.
"Ke sana lagi, tuan ?" sang sopir memastikan karena kemarin pria itu sudah datang kesana, padahal biasanya hanya sebulan sekali tuannya itu mengunjungi kantornya tersebut.
Selain terletak di pinggiran kota kantor cabangnya tersebut juga jauh dari keramaiannya dan sepertinya itu yang membuat sang tuan enggan sering-sering datang kesana dan lebih memilih mempercayakan pada orang kepercayaannya.
"Hm." Ariel memgangguk kecil.
"Baiklah tuan, tapi perjalanan akan sedikit memakan waktu." sahut sang sopir lantas segera berbalik arah.
Sesampainya di jalanan menuju ke arah kantor cabangnya Ariel nampak tak sengaja melihat seorang gadis berambut keemasan keluar dari sana dan kali ini wajahnya terlihat dengan jelas.
"Bukankah itu, Sofia ?" ucapnya lantas memerintahkan sang sopir untuk memperlambat laju kendaraannya.
james scott menghukum dg tdk tersenyum krn anaknya yg hilang..aneh gak.. tapi lihat anaknya malah mengumpat dan gak ada simpati2 nya blas sama sofiya. benar kata sofia..dasar org kaya sombong
bikin emosi😏
bikin ketawa😜
bikin nangis😭
makasih k atas rezeki karya sebagus ini, semoga di RL kehidupan KK selalu sehat, bahagia, lancar rezeki usahanya
Aamiin 🤲