NovelToon NovelToon
MAAFKAN AKU, ISTRIKU

MAAFKAN AKU, ISTRIKU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Perjodohan / Patahhati / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:14.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: nazwa talita

Perjuangan Abimanyu untuk mendapatkan kembali cinta Renata, sang istri yang telah berulang kali disakitinya.

Tidak mencintai gadis yang menjadi wasiat terakhir ibunya membuat Abimanyu seringkali menyiksa dan menyakiti hati Renata hingga berkali-kali.

Akankah Bima bisa kembali mendapatkan cinta istrinya? Sementara hati Renata telah mati rasa akibat perbuatan Abimanyu yang telah menyebabkan buah hati dan ibunya meninggal dunia.

"Mas Bima-"

"Panggil aku Tuan seperti biasanya, karena kau hanyalah seorang pembantu di sini!"

"Ta-tapi Mas, kata Nyonya-"

"Ibuku sudah meninggal. Aku menikahimu karena keinginan ibuku, jadi kau jangan berharap dan bermimpi kalau aku akan menuruti keinginan ibuku untuk menjagamu!"

"I-iya, Tu-Tuan ...."

Yuk! Ikutin ceritanya, jangan lupa siapin tisu karena novel ini banyak mengandung bawang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazwa talita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 HARI BAHAGIA SEKALIGUS MENYAKITKAN

"Sah!"

"Sah ...."

Semua orang di dalam ruangan tersenyum sambil bernapas lega karena akhirnya, kalimat ijab kabul yang diucapkan oleh Bima untuk ketiga kalinya benar dan sah.

Sebelumnya, Bima berkali-kali menyebut nama Shinta dalam kalimat ijabnya, hingga terpaksa dia harus kembali mengulangnya.

Renata mencium punggung tangan Bima. Pria yang kini telah sah menjadi suaminya.

Renata tidak menyangka kalau dia akhirnya menikah dengan Abimanyu, pria yang selama ini menjadi tuan mudanya di tempat ia bekerja.

Bima menatap wajah cantik Renata sebelum akhirnya mencium kening gadis itu sekilas.

Ini sungguh seperti mimpi baginya. Bima tidak pernah menyangka kalau dia akan menikah secepat ini dan parahnya, dia harus menikah dengan perempuan yang tidak pernah dicintainya.

Bima menatap ke arah Erika yang terbaring di ranjang pesakitan sambil tersenyum lemah.

Tangan Erika meraih tangan Bima dan Renata kemudian menyatukan kedua tangan sepasang pengantin baru itu.

"Rena, tolong jaga Bima. Jadilah istri yang baik buat dia. Ibu titipkan Bima padamu, Ren ...."

"Nyonya ...."

"Tolong jaga dia ...."

Renata mengangguk pelan. "Saya janji, saya akan menjadi istri yang baik buat Tuan Bima." Renata menatap Bima yang juga menatap ke arahnya.

"Jangan panggil dia Tuan. Sekarang dia adalah suamimu. Kamu bisa memanggil Bima dengan sebutan Mas," ucap Erika lirih.

"Iya, Nyonya." Gadis cantik berumur dua puluh tahun itu tersenyum canggung.

Sementara Bima melirik ke arah Renata dengan ekor matanya.

"Bim, jaga istrimu baik-baik. Ibu tahu, saat ini kalian memang belum saling mencintai, tetapi, ibu yakin, seiring berjalannya waktu, kamu pasti bisa mencintai Rena."

"Di-a-"

"Ibu!" Bima berteriak panik saat tiba-tiba tubuh Erika terlihat lemas.

"Ja-ga istri-mu ba-ik-baik, Bima ...."

"Ibu!"

"Nyonya!"

"Ibu!"

"Cepat panggil dokter!" Bima berteriak. Semua orang di ruangan itu yang baru saja menjadi saksi pernikahan Bima dan Renata terlihat panik.

Mereka keluar satu persatu dari ruangan itu saat dokter datang untuk memeriksa kondisi Erika.

Bima meremas rambutnya kasar. Pria itu sangat khawatir.

Renata dan ibunya saling berpelukan sambil menangis.

Sementara Pak Dika, sang pengacara masih berdiri di sana. Sedangkan pak penghulu yang tadi menikahkan Bima dan Renata sudah terlebih dahulu pulang.

Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana keadaan ibu saya, Dok?"

"Maaf, kami sudah berusaha, tapi Tuhan ternyata berkehendak lain."

"Maksud Dokter, ibu saya-"

Dokter itu menepuk bahu Bima sambil mengangguk, kemudian bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

Tubuh Bima limbung. Laki-laki itu tidak menyangka kalau sang ibu tercintanya kini telah pergi untuk selamanya.

Pak Dika, Renata dan Bi Yati mendekati Bima, kemudian memapah laki-laki itu ke dalam ruangan.

"Ibu ... Ibu!" Bima menangis sambil memeluk jasad sang ibu.

Ia sungguh tidak menyangka kalau hari ini adalah pertemuan terakhir dengan ibunya.

Semua kalimat yang diucapkan sang ibu kembali terngiang. Termasuk ucapan terakhir Erika yang menyuruhnya untuk menjaga Renata.

Bagaimana bisa aku menjaga perempuan ini kalau aku sendiri tidak menginginkannya?

Aku mencintai Shinta, hanya dia yang aku cintai selama ini.

"Ibu ... kenapa ibu meninggalkan aku, Bu? Aku masih ingin menjaga ibu, tapi kenapa ibu pergi begitu cepat?" Bima masih terus menangis.

Bi Yati dan Pak Dika mendekati Bima, begitu pula dengan Renata. Mereka mengajak Bima keluar dari ruangan karena petugas medis akan segera mengurus proses pemulangan jenazah ke rumah duka.

***

Bima dan Renata baru saja pulang dari pemakaman ditemani oleh Bi Yati dan Pak Dika.

Bima masuk ke dalam kamarnya ditemani oleh Renata. Gadis cantik itu menuntun suaminya ke atas ranjang.

Bima membaringkan tubuhnya tanpa melirik sama sekali ada Renata. Perempuan yang saat ini sudah sah menjadi istrinya.

"Pergilah! Aku ingin sendiri."

"Baik, Ma-Mas Bima," ucap Renata gugup.

"Panggil aku Tuan seperti biasanya, kecuali di depan ibumu dan orang lain!" Suara Bima terdengar dingin.

"Ta-pi, Mas, kata Nyonya-"

"Ibuku sudah meninggal. Aku menikahimu karena keinginan ibuku, jadi kau jangan berharap dan terlalu bermimpi kalau aku akan menuruti keinginan ibuku untuk menjagamu!" ucap Bima penuh penekanan. Netranya menatap Renata dengan tajam.

"Kamu sangat tahu kalau aku sangat mencintai Shinta bukan?"

"I-iya, Tu-Tuan." Renata menundukkan kepala sambil meremas ujung bajunya.

Gadis itu merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu.

Dia pikir, Bima benar-benar akan menuruti wasiat terakhir ibunya. Akan tetapi, pria itu justru baru saja mengatakan kalau dia sangat mencintai kekasihnya dan tidak akan memenuhi keinginan ibunya.

"Lupakan keinginan ibuku. Aku sudah berjanji pada Shinta akan menikahinya." Bima menatap wajah Renata yang terlihat terkejut mendengar ucapannya.

"Dua minggu lagi, aku akan menikahi Shinta."

"Apa?"

Kedua mata Renata membola mendengar ucapan suaminya.

"Sebaiknya kau suruh ibumu pulang kampung secepatnya. Aku tidak mau kalau dia nanti ikut campur urusan kita."

"Tu-Tuan ...."

"Kau tenang saja. Aku tidak akan menceraikanmu. Aku akan menjamin kehidupanmu dan juga keluargamu!" Renata menatap Bima dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Tapi itu hanya berlaku untuk setahun saja. Setelah setahun pernikahan ini, aku akan benar-benar menceraikanmu!" Bima menatap gadis di depannya itu dengan tatapan tak terbaca.

Renata adalah gadis yang sangat cantik, itu memang diakuinya. Gadis itu bahkan tidak pantas menjadi asisten rumah tangga karena wajah cantiknya.

Sebelum sang ibu tiba-tiba menyuruhnya menikahi Renata, Bima cukup akrab dengan gadis itu, meski hanya sebatas pembantu dan majikan.

Namun, saat dia kini tiba-tiba berstatus sebagai suami Renata dengan keadaan terpaksa, Bima merasa sangat marah dan kesal pada perempuan itu.

Mana mungkin dia menikah dengan pembantunya sendiri? Benar-benar tidak masuk akal!

Entah apa yang ada dipikiran ibunya, hingga dia sampai menjodohkannya dengan Renata, padahal perempuan yang sudah melahirkannya itu sangat tahu kalau dia sangat mencintai Shinta.

Erika, sang ibu bahkan sudah tahu dan sangat mengenal Shinta karena ia sudah beberapa kali membawa perempuan pujaannya itu ke rumah.

"Aku tidak butuh persetujuanmu untuk menikahi Shinta, karena bagiku, pernikahan kita hanyalah pernikahan di atas kertas."

"Seandainya ibu tidak memaksaku, aku juga tidak akan sudi menikah denganmu!"

Semua ucapan Bima bagaikan jarum yang menusuk-nusuk jantung Renata. Dia sungguh tidak menyangka kalau di hari pertama pernikahannya, dia akan mendapatkan kejutan yang sangat luar biasa.

Hari ini, adalah hari bahagia sekaligus menyakitkan bagi Renata.

Bahagia karena dia menikah dengan sang majikan yang diam-diam dikaguminya dan menyakitkan karena hari ini dia kehilangan nyonya besar yang sangat disayanginya.

Namun, yang lebih menyakitkan adalah saat laki-laki yang baru beberapa jam menikahinya itu mengatakan, kalau dia akan menikah lagi dengan perempuan yang dicintainya.

Jika ini mimpi, tolong bangunkan aku segera, ya Tuhan ....

Bersambung ....

1
Norma Koelima
milikmu... hahahaha..
Borahe 🍉🧡
EGOISSSSSSS GILA LO
Borahe 🍉🧡
kta seumuran Dok.
Borahe 🍉🧡
aku padamu Aldrian.
Borahe 🍉🧡
Bohong Shin. dia mau ketemu istri pertama nya hohoho
Borahe 🍉🧡
ihh kok gw geli dgn si Bima ini, pen kutabok
Borahe 🍉🧡
ini termasuk talak gak Sih
Borahe 🍉🧡
Gila si Bima
Julia Juliawati
ngelunjak itu namanya udh dimaafkan minta kembali bersama setelah membuat luka yg sangat kejam.
Julia Juliawati
bonyok2 tuh muka si bima
Julia Juliawati
aduh aq gedek banget sm si kepala batu. dia g tau bahasa manusia x ya ngeyel banget
Julia Juliawati
pingin aku tampil kepala, si bima pake palu biar g keras kepalanya. udh tau salah msh ngeselin. dasar kepala batu
Julia Juliawati
Luar biasa
Julia Juliawati
klo udh cerai sm bima jgn smpe rujuk lg ya thor. biarkan renata bahagia bersama pria yg mencintainya
desember
hahahaha lucu sekali kamu bima
Rahman Padaka
ok lanjud
Mom Nazriel
hadehhh,,sama aja ternyata cewe nya sok berani tp mudah d jebak juga,,emang udh bodoh dr awal si renata ttp aja bodoh🤣🤣🤣
Elmi Yunas
penasaran gimana kelanjutan hubungan bian dan renata,pengennya sih bian berhasil meluluhkan hati renata yang telah dibuat bian teramat sakit.
Vitha Vivi
Luar biasa
annethewie
banyak emang sampah yg ga bisa didaur ulang dikasih nyawa ya si sintul ini satunya..mbak di rumah dr umur 13 sampai tua dan akhirnya dipanggil Mak jenab ga pernah kita asal panggil..malah kita takutan ma dia kalau misal taruh baju sembarangan🤪🤪 dan dia yg nentuin menu makan tiap hari dirumah..suka suka dia..kebiasaan dia yg kita paling paham nonton sinetron sembari seterika baju
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!