MUSUHKU MENJADI SUAMIKU

Sinar mentari pagi menyeruak masuk melalui celah jendela kamar hotel di mana Albian dan Keyra telah menginap semalam.

Netra Albian mengerjap kala sinarnya mulai terasa menyilaukan mata. "Mmm, sudah pagi", ucap suara paraunya seraya meregangkan otot-ototnya. Albian merasa pagi ini berbeda dengan pagi sebelumnya. "Kenapa aku merasa lebih bersemangat ya pagi ini", gumamnya seraya menyibak selimut yang masih membungkus badannya.

"Aaaa..." pekik Keyra tiba-tiba kala melihat tubuh polosnya sendiri.

"Ke, kau, kita - " Albian tampak gagu dan sulit untuk melanjutkan ucapannya.

"Kita sudah melakukannya! Kau tidak akan lari dari tanggung jawabkan?" sergah Keyra.

Sontak Albian tertawa melihat reaksi Keyra.

"Kenapa kau tertawa? Apa jangan-jangan kau memang tidak mau bertanggung jawab?"

Albian gegas menghampiri Keyra dan memeluknya dengan erat. "Ke, aku ini suamimu! Jadi aku tidak akan pernah lari dari tanggung jawab."

Keyra membisu sesaat. Lalu dia menyentak tubuh Albian. "Apa aku bisa mempercayai ucapanmu?"

"Ya! Kau bisa mempercayaiku", ucap Albian lembut seraya mengecup kening Keyra.

Keyra tersenyum mendengar penuturan Albian. Lalu Keyra menghamburkan dirinya dalam pelukan sang suami. "Aku harap kau tidak berbohong!" katanya dengan nada serius.

Dalam benak Keyra masih terekam dengan jelas bagaimana kondisi Diandra kala keluarganya datang menjemput Diandra dari panti asuhan. Entah apa yang telah merasuki sang paman hingga dia tega mendera putri kandungnya sendiri.

"Ke! Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Albian yang membuyarkan lamunan Keyra.

"Em, bukan apa-apa! Tapi sepertinya aku akan dapat nilai E di semester ini."

"Kenapa?"

"Aku ada kelasnya pak Dadang pagi ini", jawabnya dengan raut wajah lesu.

Albian tertawa kecil mendengar ucapan Keyra. "Apa kalian begitu takut dengannya?"

"Aku cuma tidak mau mengulang mata kuliahnya, hanya karena absen sehar!" sahutnya dengan raut wajah serius. Bagaimana kalau pak Dadang tau aku tidak masuk kelasnya, karena menginap di hotel untuk satu malam? Batin Keyra. Dia pun bergidik ngeri kala membayangkan hal itu terjadi.

Tiba-tiba Albian menyentil hidung mancung Keyra seraya berkata, "Sudah! Jangan terlalu dipikirkan. Nanti aku yang akan bicara dengan pak Dadang."

Keyra mengernyit bingung kala melihat sang suami begitu percaya diri saat mengatakannya. "Apa kau yakin Bi?"

Albian membalas dengan menganggukkan kepalanya. "Iya sayang", jawabnya yang membuat Keyra mendelik, karena untuk pertama kalinya Albian memanggil dirinya dengan sebutan itu.

"Ke, kau kenapa lagi? Doyan banget bengong."

"Oh, bukan apa-apa. Bagaimana kalau kita pergi menemui pak Dadangnya pagi ini?"

"Oke! Kalau gitu bersiaplah! Kita harus pulang ke rumah dulu."

"Tapi, pakaianku!" tunjuk Keyra pada pakaiannya yang sudah tidak bisa di pakai lagi. Semuanya itu akibat ulah sang suami.

Albian menggaruk kepalanya yang tidak gatal seraya berkata, "Maaf", ucapnya dengan nyengir. "Kalau gitu aku akan minta tolong mama, untuk mengantarkan pakaian gantmu."

"Hm, baiklah!" sahut Keyra ragu. Lalu dia gegas bangkit dari atas tempat tidur. "Aww", ringisnya kala merasa begitu pe*rih di bagian bawahnya.

Lagi-lagi Albian merasa bersalah, karena ulahnya kemaren malam, Keyra yang menderita. "Sekali lagi, aku minta maaf ya Ke", ucapnya dengan lembut.

Keyra membisu untuk beberapa saat, karena dalam ingatannya masih terekam jelas, bagaimana rasa sakit yang dia rasakan kemaren malam.

"Apa masih terasa sakit Ke?" tanya Albian kala melihat sang istri tak kunjung membuka suaranya.

Keyra pun mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Kalau begitu, tetaplah di sana. Jangan bergerak sedikit pun" seru Albian yang membuat Keyra panik. Lalu Albian menghampiri Keyra. Tanpa aba-aba, dia telah mengangkat tubuh Keyra dari atas tempat tidur.

"Apa yang kau lakukan? Aku bisa berjalan sendiri!" teriak Keyra dengan tersipu malu, karena ini adalah pertama kali seorang pria mengangkatnya ala bridal style, di tambah lagi saat ini Keyra dalam keadaan polos.

"Sudah aku katakan, jangan bergerak. Biarkan aku yang membawamu ke kamar mandi", ucap Albian santai. Sementara Keyra terus menutup wajahnya, sampai Albian meletakkannya di dalam bathup.

Keyra pun membuka matanya. "Tinggalkan aku sendiri. Kau tidak perlu membantuku mandi", kata Keyra dengan malu-malu.

"Baiklah, aku akan keluar. Tapi jika terjadi sesuatu, maka berteriaklah, aku menunggu di luar pintu."

"Oke, Bi!" jawab Keyra singkat.

Albian gegas melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

*-*

Setelah 15 menit berlalu, tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi. Dengan langkah terburu-buru Albian berjalan menuju pintu. Lalu dia mengintip melalui lubang pintu untuk melihat siapa yang datang. Seketika netranya terbelalak kala mengenali sosok yang saat ini berdiri di depan pintu. Dengan cepat Albian pun membukakan pintu untuknya.

"Pak Joko!" seru Albian dengan raut wajah bahagia. "Kenapa pak Joko ada di sini?"

Joko pun tersenyum menatap anak dari mantan majikannya itu. "Wah, kamu sudah gede sekarang. Bahkan kata nyonya kamu sudah menikah", katanya dengan raut wajah bahagia. "Oh, iya hampir saja bapak lupa. Ini titipan dari nyonya", lanjutnya seraya menyerahkan paper bag yang sedari tadi dia bawa.

"Terimakasih pak", sahut Albian kala paper bag telah berpindah tangan. "Tapi Bian minta maaf, tidak bisa mengajak bapak masuk", ucapnya dengan sungkan.

"Tidak apa-apa den. Lagipula bapak harus buru-buru mengantar nyonya ke kantor. Kalau begitu bapak pamit."

"Oke pak. Hati-hati di jalan."

Albian pun menutup kembali pintu. Kemudian dia membalikkan badannya hendak berjalan menuju pintu kamar mandi. "Aaa..." teriaknya kaget kala melihat penampilan Keyra.

"Ada apa?" tanya Keyra santai seraya menggulung rambut basahnya ke atas.

Namun Albian hanya membalasnya dengan helaan nafas. Lalu dia berjalan menghampiri Keyra. "Sini, biar aku bantu keringkan", katanya dengan lembut. Lalu dia meletakkan paper bag di atas meja dan bergegas menghampiri Keyra.

Keyra tersenyum bahagia kala merasakan Albian mengusap rambutnya dengan terampil. "Apakah kau sudah terbiasa mengeringkan rambut wanita?"

"Em, iya", sahut Albian dengan tersenyum menggoda.

Seketika raut wajah bahagia Keyra berubah murung. "Sudah cukup!" katanya seraya menjauh dari Albian.

Albian gegas menarik tangan Keyra. "Apakah istriku cemburu pada mertuanya sendiri?" tanyanya yang membuat Keyra mendelik.

"A- aku cuma merasa rambutku sudah cukup kering", jawabnya tanpa menatap Albian.

Cup.

"Kau sungguh menggemaskan", ucap Albian setelah mencium Keyra dengan tiba-tiba.

Kenapa jantungku rasanya seperti akan meledak? Batin Keyra menjerit.

"Kenapa bengong? Bukankah tadi kau ingin menemui pak Dadang?" tanya Albian dengan menyentil hidung Keyra.

Keyra terbelalak kala nama pak Dadang di sebut. "A- aku akan segera bersiap!" katanya seraya meraih paper bag yang terletak di atas meja. Lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

*-*

Setelah beberapa menit berlalu, Albian dan Keyra sudah berada di lobi hotel. Keyra bergegas untuk melakukan check out. Namun tiba-tiba saja tangan Keyra di tarik paksa oleh Albian, hingga posisi Keyra berada di belakang Albian.

"Biar aku saja!" tegasnya kala melihat tatapan genit sang resepsionis.

Keyra tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat reaksi Albian. Menurutnya Albian terlalu cemburuan.

"Keyra!" panggil seseorang dari arah belakang yang membuat Keyra menoleh. Netranya pun terbelalak kala dirinya mengenali orang tersebut.