Aresha adalah gadis jenius, dia menyembunyikan identitas asli dan hidup sebagai Disha sejak kecil untuk menghindari ancaman musuh keluarga. Mengenakan kacamata tebal, Disha menutupi pesonanya dengan penampilan yang sederhana sambil diam-diam menyelidiki identitas musuh-musuhnya.
Suatu penyelamatan darurat, Disha berpartisipasi dalam penyelamatan nyawa pasien VVIP bernama Rayden, kemunculan Rayden membuat Disha menyadari adanya bau musuh yang muncul.
Di saat yang sama, karena Disha Rayden teringat pada gadis hilang yang dia cintai selama bertahun-tahun.
Tanpa sepengetahuan satu sama lain, keduanya mulai diam-diam mengawasi gerak-gerik masing-masing.
Apakah Rayden adalah musuh keluarga yang harus Disha hindari? Keterikatan macam apa yang terjadi di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGD Bab 22 - Terikat Oleh takdir
Acara mulai berlangsung.
"Tuan, apa ada ingin bergabung ke acara itu?" tanya Dara pada Rayden yang terus menyaksikan acara di taman rumah sakit itu dari kejauhan.
Padahal sebenarnya acara itu boleh didatangi oleh seluruh pasien di rumah sakit yang sudah diperbolehkan keluar dari kamar rawat. Tadi pagi bahkan sempat di umumkan melalui speaker pengumuman rumah sakit.
Tapi untuk pasien VVIP tidak akan mendapatkan informasi dengan cara seperti itu, pihak rumah sakit lah yang akan menyampaikan secara langsung ke kamar mereka, dan untuk kamar Rayden, Disha sudah memberi tahu Samuel. Namun bagi Sam, acara itu tidaklah penting bagi sang Tuan Muda. Karena itulah dia diam-diam saja, namun tak menyangka jika kini Tuannya itu terlihat sangat tertarik.
"Memangnya boleh?" tanya Rayden pula, bertanya penuh harap. Karena gadis berkacamata itu seperti magnet yang menariknya kuat untuk mendekat.
"Tentu saja, Tuan. Mari saya antar," balas Dara, setelah mengatakan itu pun dia kembali mendorong kursi roda milik Rayden dan menuju taman di ujung sana. Taman yang sudah dihiasi sedemikan rupa hingga begitu indah.
Tenda besar pun membentang seperti langit-langit yang indah, dengan bintang kecil buang bergelantungan di atas sana. Jika hujan tiba-tiba turun pun tidak akan membuat mereka semua kebasahan.
Disha telah selesai menyampaikan ucapan selamat datang, kini gantian dari pihak panti asuhan yang beribu-ribu mengucapkan terima kasih karena pihak rumah sakit sudah menyiapkan acara Bermain dan Belajar ini untuk anak-anak mereka.
Disha masih berdiri di depan, menyaksikan dengan seksama ketika kedua panti menyampaikan sambutan.
Namun perhatian Disha tiba-tiba teralihkan saat melihat Dara melambai ke arahnya. Disha pun menoleh, namun yang dia lihat bukanlah Dara, melainkan Rayden.
Membuat tatapan mereka berdua seperti garis lurus. Puas saling menatap, Disha pun mengukirkan senyum kecil. Senyum yang meski sekecil itu namun berhasil membuat hati seseorang Casanova bergetar.
Sial! ku rasa dia memang sengaja menggodaku. Batin Rayden. Niat awalnya dia lah yang akan menggoda wanita buruk rupa itu, namun kini malah dia yang tergoda. Sungguh Sial.
Setelah ketua panti memberi sambutan, acara selanjutnya adalah acara inti, dimana anak-anak akan mulai duduk di depan canva milik mereka masing-masing, tiap anak akan didampingi oleh perawat di rumah sakit ini. Saat itu Disha sedikit senggang, jadi dia menghampiri Rayden, pasien VVIP itu memang harus selalu diperlakukan istimewa.
"Selamat pagi Tuan," ucap Disha ketika sudah berada di hadapan Rayden, dia menundukkan kepalanya memberi hormat.
"Mau saja ajak berkeliling menemui anak-anak?" tawar Disha pula dan Rayden hanya mengulum senyum ketika mendapati tawaran itu.
"Baiklah jika kamu memaksa," balas Rayden, sebuah jawaban yang membuat Samuel langsung melirik ke arah tuan mudanya, padahal tidak ada sedikitpun paksaan dari ucapan yang dilontarkan oleh perawat Disha.
Saat itu juga Disha mengambil alih kursi roda Rayden dari Dara, gantian dia yang membawa Rayden untuk berkeliling menemui satu per satu anak-anak itu. Beberapa kali Disha pun berjongkok untuk mensejajarkan diri dengan anak-anak dan juga Rayden.
Membuat Rayden jadi bisa semakin dekat menatap wajah berkacamata ini.
"Perawat Dhisa?"
"Iya Tuan."
"Coba lepaskan kacamata mu lagi."
"Kenapa Tuan?"
"Mengganggu pandanganku saat berulang kali kamu membenahinya."
"Tapi jika diluar seperti ini penglihatan saya tidak bagus tanpa kacamata."
"Benarkah?"
Disha mengangguk.
"Kenapa tidak pakai softlens?"
"Repot."
"Mendekat lah."
Disha mendekat, masih berjongkok diantara Rayden dan seorang bocah tampan disana.
Rayden kemudian melepas kacamata itu. Seketika itu juga Disha mengerjabkan matanya seperti merasa silau dengan cahaya yang langsung menerpa kedua matanya.
"Tenang dulu, pejamkan mata mu."
Disha menurut.
"Sekarang buka perlahan."
Disha menurut lagi, dan saat itu yang pertama kali dia lihat adalah wajah pria ini, pria yang mungkin ada hubungannya dengan musuh keluarganya.
Disha tergugu, hanya menatap dalam kedua mata itu. Terus bertanya-tanya benarkah semua praduganya.
"Apa masih merasa silau."
"Masih," jawab Disha singkat, seperti gadis dulu.
"Om jangan nakal, berikan kacamata itu pada perawat Disha," ucap bocah kecil itu, menginterupsi pembicaraan kedua orang dewasa itu.
"Baiklah, akan om kembalikan, maaf ya?" balas Rayden, sebelum dia kembali memasangkan kacamata itu pada Disha, dia sedikit merapikan beberapa anak rambut wanita ini kebelakang telinga.
Interaksi yang sangat dekat dan sangat menganggu seseorang di ujung sana.
Rafaela yang mengepalkan kedua tangannya kuat.
Juga dokter Anna yang langsung membuang nafasnya pelan ketika melihat pemandangan itu.
Rayden dan Aresha seperti sudah terikat oleh takdir Tuhan, maka sejauh apapun mereka berpisah, pada ujungnya akan kembali bertemu.