Revenge Of Lady Aryana

lagi-lagi aku terbangun di hutan ini, hutan gelap tempat aku bertemu dengan bayangan tanpa wajah itu. Dan aku mendengar kan raungan monster itu lagi. Kini raungan nya semakin keras, tak seperti pertama kali aku mendengar nya dulu aku mendengar suara raungan itu begitu lemah dan menyedihkan. Monster apa itu sebenarnya, dan di mana dia berada. Aku penasaran sekarang tentang keberadaan monster tersebut. Dan aku yakin monster itu penghuni hutan gelap ini.

Sudah tiga kali aku berada di hutan ini namun aku tidak pernah sekalipun melihat seperti apa wujud dari monster tersebut. Aku berjalan kearah suara itu berasal. Saat kaki ku melangka ke sumber suara raungan itu semakin dekat dan dekat kemudian dari kejauhan dengan bantuan sinar rembulan yang sedikit meredup aku dapat melihat dengan samar-samar sebuah penjara yang begitu besar dan begitu gelap. Dan ketika aku berjalan mendekat sesuatu menghenti kan langkah ku.

"Lady Aryana..!! rasa penasaran mu suatu saat bisa membunuhmu. Jadi jangan kau lanjutkan keinginan Tahuan mu itu lady." lagi-lagi bayangan hitam tanpa wajah menghalangi keingintahuan yang saat ini sedang bercokol di kepala ku. Entah dari mana bayangan ini muncul. Sudah ketiga kali nya aku berada di hutan ini dan bayangan hitam tanpa wajah ini selalu saja muncul secara tiba-tiba. Dan sekarang dia berkata dengan nada yang dapat ku arti kan sebagai sebuah ancaman.

Namun sama sekali aku tidak merasa takut dengan hal itu. Aku malah menghadapi nya dengan tenang. " aku hanya ingin tau monster apa yang mengeluarkan suara yang begitu memekakkan telinga ini!

Setiap kali aku berada di hutan ini, suara tersebut selalu terdengar bagaimana aku tidak penasaran dengan hal itu jika monster itu selalu mengeluarkan suara, dan aku ingin melihat apa yang terkurung di dalam penjara itu". Aku langsung menunjuk di mana penjara itu berada.

"belum saat nya kau mengetahui tentang apa yang berada di dalam sana. Setelah dendam mu terbalaskan dengan sendirinya kau akan tau siapa yang berada di balik jeruji bersegel itu. Sekarang tugas mu hanyalah membalas kan dendam yang terjadi pada mu.!" ucapan bayangan ini terdengar dingin dan sedikit tajam. Apa dia marah? Apa sesuatu yang di dalam sana sangat berbahaya?

Mendengar perkataan bayangan di depan ku ini, tanpa sengaja aku meraba kalung yang melingkari leher ku ini tanpa bisa di lepaskan. Yah kalung ini tidak bisa lepas dari leherku. Dan aku belum tau alasan nya apa. kalung dengan mata berbentuk bulan sabit dengan ukiran kata-kata kuno yang begitu kecil. Sehingga aku tidak bisa melihat tulisan tersebut dari pantulan cermin.

"katakan pada ku. kalung apa yang kau berikan padaku. setiap kali tangan ku ini membunuh kalung ingin sedikit demi sedikit berubah warna dan mengapa kalung ini selalu mengambil alih tubuh ku ketika aku membunuh?"

bayangan ini semakin mendekati ku. "belum saat nya kau mengetahui hal itu Aryana. Kalung itu hanya menolong mu agar kau tidak mati dan kalung itu akan membantu mu membalas kan dendam. Kau tau Aryana orang yang membunuh keluarga mu itu terlalu kuat, jika hanya mengandalkan kekuatan mu tanpa kalung itu kau akan mudah mati di tangan nya. Sebelum kau bisa menyelamatkan keluarga mu!" yang di katakan oleh bayang ini ada benarnya juga.

Saat malam merebut kembali sarung tangan yang akan ku berikan kepada Regrash. Pria iblis Nicholas gerakan nya begitu cepat dan dalam beberapa detik dia dengan mudah mengalahkan ku. Dan saat terakhir kali aku melawan nya dia begitu kewalahan menghadapi ku.Tapi mengapa kekuatan tersebut tidak bisa terkendali bahkan aku hampir melukai Maya.

Namun ketika aku ingin bertanya tentang hal itu bayangan hitam ini ingin menyentuh kepala ku. Namun sesuatu yang memang berasal dari tubuh ku mengeluarkan cahaya yang begitu terang. Hingga membuat bayangan hitam itu mundur beberapa langkah ke belakang. Apa lagi ini? Apa kah ini kekuatan yang saling bertolak itu? Kekuatan yang saling tak bisa menyatu di dalam tubuh ku ini. Cahaya yang keluar dari tubuh ku terasa hangat dan nyaman.

Ku lihat bayangan hitam itu yang sudah beberapa langkah menjauh dari ku kembali mendekat kan diri. Dan berusaha untuk menggapai tangan ku dengan susah payah.

"Aryana...!!! Tolak energy tersebut dari tubuh mu. !! Pegang tangan ku Aryana" dari perkataan nya bayangan hitam itu seperti ketakutan dan juga marah. Namun saat aku tak kunjung mengulurkan tangan ku bayangan itu berteriak memanggil sesuatu.

"Ecthunter!!!!"

dan benar saja bayangan tersebut memanggil nama dari putri kegelapan dari jaman kuno. Yang pernah ku dengan dan sekilas ku baca tentang nama tersebut. Setelah bayangan itu menyebut nama tersebut tangan ku bergerak dengan sendirinya namun gerakan itu sungguh pelan dan juga tak bertenaga. Tangan kiri ku kini sudah tidak di aliri cahaya lagi. Dan tangan tak terkendali itu menyentuh tangan dari bayangan hitam tanpa wajah itu. Dia seperti memberi sebuah energi untuk masuk ke dalam tubuh ku. Dan setelah dia menyentuh tangan ku bayangan itu menghilang entah kemana.

Lagi-lagi kekuatan yang saling bertolak itu seperti sedang memperebutkan sesuatu. Hingga tubuh ku mengerang kesakitan jantung ku begitu sakit sangat sakit seakan-akan jantung ini akan meledak. "ARRGGHH!!!! SAKIT!!!" aku berteriak kesakitan hingga aku tersungkur ke tanah meringkuk menahan kesakitan yang luar biasa ini. Hingga sesuatu seperti mencekik leher ku seperti sebelumnya. tubuh ku yang tadi bercahaya kini meredup dan semakin meredup hingga kini menghilang.

Leher ku semakin tercekik dan aku susah untuk bernafas. Hingga ku dengar samar-samar sebuah suara ' kau harus melawan nya Ary! ' suara seorang pria yang begitu familiar di telinga ku.

Dan sekarang jantung ku yang terasa panas seperti terbakar. "HENTIKAN SEMUA INI!! KUMOHON!!" aku berteriak namun tak ada perubahan malah rasa panas terbakar ini terus menjalar hampir ke seluruh tubuh ku. Sedangkan suara monster di dalam penjara yang bersegel itu pun ikut menggema beriringan dengan suara jeritan dan teriakan kesakitan ku.

Aku menutup mataku Dan masih memegang leher ku yang semakin tercekik dan aku hampir tak bisa bernafas. Rasanya seperti tenggelam di laut api. Dan seperti nyawaku akan di cabut secara paksa, sungguh menyakitkan. saat aku sedang sekarat seperti ini aku mendengar lagi suara pria yang familiar itu.

'bangun lah Ary,, aku mencintaimu!'

Perkataan itu membuat ku terkejut, seketika cengkraman di leher ku ini terlepas dan aku membuka mata serta meraup udara sebanyak-banyaknya.