Raina Grittella 2

Trauma memang sulit untuk disembuhkan dan mungkin tidak akan pernah bisa. Hanya saja dengan cara berdamai dengan apapun yang membuat trauma maka kehidupan kita akan lebih tenang. Jika dipaksa untuk melupakan tentu saja akan sangat sulit. Orang yang memiliki trauma pun pasti sudah berusaha melupakan semua hal yang membuatnya trauma tapi semakin berusaha melupakannya semakin terus berputar dengan jelas dalam ingatan.

Apa yang dialami Mentari memang tidak mudah untuk di sembuhkan. Semua itu tergantung Mentari. Jika dia mau berusaha untuk jadi lebih baik dan berdamai dengan masa lalunya, pasti dia tidak akan terus menerus tertekan. Hidupnya akan lebih indah tanpa bayangan ketakutan yang sangat tinggi.

Rain yang asli adalah Rain yang penuh luka dan trauma. Hingga dia mengakhiri hidupnya dengan cara menghabisi nyawa sendiri. Menyayat pergelangan tangan dan berakhir mengenaskan, tapi takdir berkata lain seolah alam semesta tidak mengizinkan Rain menyerah begitu saja. Meski jiwanya telah pergi tapi takdir mempertemukannya oleh sosok yang tangguh.

Lea menggantikan jiwa Rain yang telah pergi. Meski sebenarnya diluar nalar dan Lea belum sepenuhnya bisa menerima kehidupan barunya dan sekarang lihat bukan? Semua perjuangan Lea membuahkan hasil. Tidak ada lagi yang berani menginjak dirinya.

Seharusnya Mentari bisa belajar dari Rain. Berteman itu boleh kok, tapi tidak harus menceritakan semuanya. Seberat apapun masalah kehidupan atau rumah tangganya dengan Rean, tidak semua orang harus tahu karena kebanyakan mereka bukan menjadi pendengar melainkan mencari tahu untuk mengetahui titik lemah Mentari.

"Gue capek deh harus mikirin masalah kehidupan lo! Itu urusan lo sama bini lo, gue cuma bantu yang gue bisa aja kemarin sisanya lo harus bisa sendiri!" kata Rain kepada Rean melalui sambungan telepon.

Rain mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Malas harus berdebat soal Mentari. Mereka sudah dewasa dan seharusnya bisa ambil kesimpulan sendiri. Rain sudah bantu membuka rahasia dibalik sifat dan sikap Mentari yang berubah. Masa iya harus semua-semua Rain bantu.

Rean ini nggak tahu saja kalau adik kembarnya itu super sibuk. Balas chat dari Bara saja nggak sempet apalagi ngurusin rumah tangga orang. Nanti salah paham lagi dan Rain jadi dituduh yang tidak-tidak. Mending cari aman saja. Tutup telinga dan pura-pura tidak mendengar. Memantau dari jauh supaya tidak terlihat peduli.

"Kenapa lagi, Yang?" tanya Bara.

Mereka sedang menikmati makan siang yang Rain bawa tadi di kantor bengkel milik Rain. Bara masih bantuin Rain. Sampai entah kapan dan Bara malah senang kerja di tempat Rain. Bisa ketemu Rain setiap harinya. Hebatnya lagi, semua fasilitas dari Papanya sudah kembali. Bara jadi orang kaya, gaes. Bisa beliin apapun yang Rain inginkan.

Selain bantuin Rain, Bara juga bantuin kerjaan Papanya lewat online. Dimana sang Papa selalu kirim email kerjaan apa saja yang harus Bara lakukan.

Papanya sudah kembali memberi kepercayaan setelah Rain memaafkan Bara dan laki-laki itu mau bekerja. Papanya nggak keberatan kalau bantu Rain di bengkel. Bara cerita semuanya. Akhirnya semua fasilitas itu kembali. Apartemennya juga bisa dia tinggali lagi tanpa perlu bingung bayar listrik dan lain sebagainya. Nggak mau dikatain numpang hidup lagi sama netizen.

Rain menyugar rambutnya dan menghela napas lelah. Benar-benar lelah dia tuh. Bahkan nggak ada senyuman manis buat Bara. Biasanya Rain selalu tersenyum untuknya. Hanya Bara yang bisa melihat senyum manis Rain.

"Biasalah Rean. Males gue, udah ah mending makan daripada napsu makan gue ilang."

Rain dan Bara melanjutkan lagi makan siangnya dalam keheningan. Bara nggak mau tanya apapun karena suasana hati Rain sedang tidak baik-baik saja. Dari pada kena marah mending diem. Ya masih untung kena marah aja. Kalau sampai babak belur gimana?

*

Maila kembali lagi menyeret Nando untuk menemaninya makan siang di luar. Nggak ada penolakan kali ini. Nando pasrah mau diapain aja. Mau diperkaos juga nggak apa-apa Nando pasrah aja. Soalnya Maila tipe cewek agresif. Mau dicium juga Nando pasrah dan malah bersyukur ciuman pertamanya bisa diambil oleh perempuan secantik Maila.

Jadi hari ini Maila resmi jadi karyawan Rain sebagai kasir. Ya meski tujuan utamanya itu melihat Nando tapi Maila konsisten kok. Malah Rain senang kalau Maila yang jadi kasir. Selain sahabat, Rain juga percaya pada gadis itu. Dia mana mungkin korupsi wong ya duitnya banyak. Mungkin kalau nggak di gaji pun Maila tetep mau. Apalah arti sebuah gaji bagi Maila. Gaji di bengkel bisa Maila dapatkan dalam waktu sehari. Tinggal telepon sang Papa semua akan beres.

Cuma Maila tetap nggak mau sombong dia juga pengen ngerasain susahnya cari uang. Lebih parahnya lagi dia sekarang tinggal di kost-kostan yang dekat sama bengkel milik Rain. Biar kalau ada apa-apa tinggal telepon Nando.

Dasar modus Maila ini, tapi syukurlah dia bisa lupa sama Javas dan Rain ikut senang. Akhirnya Maila nggak stres karena patah hati. Rain capek kalau harus dengerin dia nangis terus menggalau. Berterima kasihlah kepada Nando yang pesonanya hampir sama seperti Bara.

"Lo udah punya pacar?" tanya Maila.

Nando menggeleng, lalu mengaduk mie ayamnya yang baru saja diracik pakai saos, sambal dan kecap. Mereka sedang makan di warung bakso dan mie ayam dekat bengkel. Nando juga menuang pangsit yang dipisah dimangkuk kecil dan sudah ada kuahnya. Dia campur ke dalam mangkuk mie ayam biar ada kuahnya. Diseruput pun seger rasanya. Apalagi kalau gratis.

"Masa jomblo sih ganteng gini?" Maila nggak percaya gitu aja. Secara banyak yang naksir Nando. Ada kok karyawan Rain yang perempuan.

"Mbak sendiri cantik-cantik juga jomblo!"

Ucapan Nando membuat Maila nyengir. Kena mental dia barusan ngatain Nando sekarang ucapannya dibalikin sama Nando.

"Ya udah kita pacaran aja gimana?" tanya Maila.

"Uhuuuk ...." Nando keselek kuah mie ayam.

Dia mimpi apa semalam? Diajak pacaran sama cewek canti dan tajir. Apa Maila ini merem ya? Atau Nando lagi mimpi. Rasanya mau bangun saja. Ya meski cara ngajaknya nggak romantis.

Kayak ditawarin jajan aja gitu. Nando hanya diam sambil minum es teh miliknya. Satu tangan sembunyi dibawah sambil nyubit paha. Rupanya sakit dan ini nyata. Terus Nando harus jawab apa sekarang?

"Mbak jangan bercanda! Sudah makan keburu nggak enak nanti mie ayamnya," ucap Nando sok cool. Padahal dalam hati dia agak seneng sih.

Jantungnya tuh berdebar kayak suara bedug pas malam takbiran. Berisik gitu. Rasanya nggak karuan deh. Seharusnya kan dia yang nembak tapi Nando sadar diri dia ini siapa.

"Serius gue! Kalau gue tuh naksir sama lo! Masa sih lo nggak peka?"

Nando menggeleng lemah. Pura-pura asyik makan saja padahal mau nelan susah karena saking gemetar tubuhnya. Gugup gitu lah sekarang. Padahal tadi biasa aja.

"Kasih jawaban nanti malam aja. Kebetulan kan malam minggu, kita ke pasar malam yuk. Gue denger ada pasar malam di alun-alun."

"Mbak, saya ini____"

"Udah makan aja nanti gue chat!"

Maila nggak mau dengar penolakan. Sudah jelas pokonya kalau Nando pasti nolak ajakan dia pergi ke pasar malam juga ajakan jadi pacar. Nando ini pasti malu, atau karena posisinya sebagai karyawan biasa di bengkel. Kalau gitu Maila bakal minta Rain supaya naikin jabatan Nando. Biar nggak ada alasan lagi buat terima dia jadi pacarnya. Maila dah terlanjur suka dan sayang banget sama Nando. Tahu kenapa dia bisa begini padahal baru kenal dan belum tahu sifat Nando seperti apa.

Kalau Rain tahu, entah bagaimana responnya. Secara Maila lho bisa-bisanya dia nembak cowok duluan. Padahal banyak yang ngantri tapi Maila abaikan karena mau setia sama Javas yang rupanya malah mendua.

Benar-benar Maila ini!

Bersambung.....