Istri Kecilku Yang Nakal

Tiga puluh menit kemudian, terdengar suara pintu diketuk dari luar.

“Masuk!”

Tentu saja Adam bisa tahu kalau yang datang adalah Boy. Lima belas menit sebelum Boy datang, ia sudah menghubungi Adam terlebih dulu dan mengatakan kalau dirinya berhasil mendapatkan informasi tersebut.

“Katakan semuanya tanpa ada yang terlewat sedikitpun, Boy,” ucap Adam dengan tatapan tajam, setajam elang yang siap memangsa hewan buruannya.

Boy sedikit kesulitan menelan saliva nya. Baru kali ini Adam terlihat marah, lihat saja semua barang-barang yang ada di atas meja sudah hancur berantakan dan berserakan ke lantai.

“Katakan, cepat! Kamu tau ‘kan kalau aku tidak suka menunggu!” sentak Adam.

“Baiklah, Tuan.” Boy memberikan sebuah berkas, dimana semua bukti ada di sana.

“Nona Sherly pergi ke bandara dengan seorang pria. Mereka berdua melakukan penerbangan ke Paris tepat di saat malam pernikahan kalian.”

“Apa kamu bilang?! Katakan sekali lagi!” Adam menggebrak meja dan bangkit dari duduknya, membuat Boy tersentak kaget lalu mengusap dadanya berulang kali.

“Itu kenyataannya, Tuan. Dan tentang istri anda. Dia bernama Alana Elisabeth saudara kembar Nona Sherly. Nona Alana baru saja mendaftar di sebuah kampus ternama di kota ini.” Boy menerangkan panjang lebar, sedangkan Adam nampak begitu terkejut mendengarnya.

Karena selama ini, Sherly tidak pernah bercerita kalau dirinya mempunyai saudara kembar. Bahkan wanita itu bilang dia adalah seorang yatim piatu.

“Jadi dia masih kuliah?” gumam Adam manggut-manggut.

“Kalau sudah tidak ada yang ingin Anda bicarakan lagi, saya permisi, Tuan.” Boy pamit dari sana.

Setelah Boy pergi, sejenak Adam merasa menyesal karena sebelumnya ia berpikir kalau Alana adalah wanita murahan yang sengaja menggantikan posisi Sherly demi hartanya.

Namun, siapa sangka semalam, saat Adam memaksanya untuk memuaskan hasratnya. Terlebih lagi Alana masih perawan.

Malam semakin larut, Adam memutuskan untuk kembali ke kamar. Ia membuka pintu kamarnya dan menutupnya dengan perlahan.

Melihat Alana yang sudah tidur, Adam ikut berbaring di sampingnya. Dengan posisi saling membelakangi.

Padahal sejak tadi, Alana belum bisa memejamkan matanya. Wanita itu terlihat gelisah. Tidur di kamar pria asing dan dengan status sebagai seorang istri.

“Kenapa dia malah tidur di sini sih! Seharunya dia tidur di ruang tamu atau di sofa seperti drama perjodohan yang ada di televisi!” kesal Alana, mengumpat dalam hati.

Alana membalik tubuhnya, berpura-pura kalau dirinya sudah tertidur nyenyak. Lalu membuka matanya perlahan.

Siapa sangka kalau Adam juga sedang menatapnya. Kedua manik hitam mereka saling bertemu untuk sesaat.

“Kamu belum tidur, Kak?” tanya Alana sedikit gugup karena wajahnya begitu dekat dengan wajah Abian.

“Kenapa makanannya masih utuh di atas meja? Kamu tidak memakannya, hum?” bukannya menjawab pertanyaan Alana, Adam malah memberi wanita itu pertanyaan yang lain.

“Aku tidak lapar,” jawab Alana, membelakangi Adam.

“Benarkah? Kenapa kamu tidak lapar? Padahal tadinya, aku berniat untuk mengijinkan mu pergi ke kampus besok. Tapi karena kamu menolak makan, aku akan mempertimbangkan lagi keputusanku,” kata Adam.

Alana langsung bangkit mendengar ucapan Adam. Ia terkejut karena Adam mengijinkannya untuk melanjutkan kuliahnya. Alana pikir, Adam akan mengurung dan menyiksanya.

“Ke kampus? Aku boleh kuliah?” tanya Alana.

“Ya ke kampus.” Adam ikut bangkit dan menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur.

“Bukankah kamu masih kuliah? Sekarang, cepat habiskan makananmu sebelum aku berubah pikiran dan tidak mengijinkan mu keluar dari mansion ku!” gertak Adam dengan nada penuh penekanan.

Mendengar itu, Alana langsung bergegas turun dari tempat tidur dan makan.

“Wanita aneh,” lirih Adam menggeleng melihat tingkah Alana yang masih seperti bocah berbeda dengan Sherly.

Mantan kekasih sekaligus calon istrinya itu lebih dewasa dari Alana. Padahal jelas sekali kalau mereka adalah saudara kembar.

Tapi sikapnya keduanya sangat bertolak belakang. Jika Sherly terlihat dewasa, Alana malah lebih mirip bocah.

Selesai menghabiskan makanannya, Alana berniat membawa piring kosongnya ke dapur. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara Adam.

“Mau kemana?” Adam turun dari tempat tidur dan menarik pergelangan tangan Alana.

Wanita itu sedikit mundur, takut jika Adam akan kembali menghukumnya seperti apa yang ia lakukan beberapa saat lalu setelah pernikahan mereka.

“Kumohon, jangan lakukan itu lagi, Kak. Milikku masih terasa sakit dan perih untuk berjalan. Biarkan aku istirahat sejenak,” ucap Alana dengan mata terpejam erat.

Adam menautkan alisnya. “Apa yang kamu katakan, Alana? Memangnya aku mau melakukan apa padamu?” tanya Adam, meraih piring Alana dan meletakkannya di atas meja. “Katakan, apa yang ada di dalam pikiranmu.”

Alana menggeleng. “Ti–tidak, Kak. Aku pikir kamu akan ...” kalimat Alana terhenti saat Adam merengkuh pinggangnya dan mendekapnya erat di atas ranjang.

Perlakuannya yang tiba-tiba lembut seperti ini membuat jantung Alana berdetak sangat kencang. Kemana sikap kasar Adam tadi? Kenapa sekarang jadi perhatian seperti ini?

“Tidurlah. Karena besok kamu harus bangun pagi-pagi sekali. Menyiapkan keperluan mu dan juga sarapan untukku!” bisik Adam lirih tepat di telinga Alana.

Hingga Alana bisa merasakan hembusan nafas Adam yang menerpa tengkuk lehernya.

“Tapi kita terlalu dekat, Kak. Bisakah kamu menjauh dariku?”

“Tidak bisa!” ketus Adam, memilih memejamkan kedua matanya daripada mendengar ocehan Alana yang tidak penting itu.

Alana memberanikan diri untuk bertanya. Ingin memastikan apakah dirinya benar-benar diijinkan untuk pergi ke kampus atau tidak. “Apa Kakak sudah tidur?”

“Hmm.”

“Kakak tidak bercanda ‘kan dengan ucapan Kakak tadi?” Alana berbalik lalu mendongak ke atas agar bisa melihat wajah Adam.

Mengerti maksud Alana, Adam tersenyum tipis. Bahkan sangat tipis sampai Alana tidak bisa melihatnya.

“Apa aku terlihat sedang bercanda? Cepatlah tidur dan jangan banyak bicara. Kamu ini berisik sekali!”

Alana mendengus kesal. Menuruti ucapan Adam yang memintanya untuk segera tidur. Daripada harus berdebat dengan pria menyebalkan itu lagi.

Visual Adam,, Hanya pemanis, sisanya bayangkan sendiri ya...

Visual Alana, masih suka sama dia jadi gak ganti🤭 bayangkan sesuai imaginasi kalian aja