NovelToon NovelToon
KORELASI DUA HATI

KORELASI DUA HATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia / Keluarga / Angst / Romansa
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Heninganmalam

⚠️ WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA⚠️

Pernikahan yang sudah berjalan tujuh tahun lamanya tanpa ada pertikaian tiba-tiba berada di ujung tanduk ketika salah satunya memberikan surat perpisahan. Dirga sama sekali tak menyangka jika istrinya diam-diam telah menyiapkan itu semua.

“Cepat tanda tangani mas, aku mau kita pisah.”

Satu kalimat yang juga sebenarnya sukar untuk keluar dari mulu Qyara. Namun semua ini ia lakukan karena fakta yang baru ia ketahui membuatnya sadar akan arti dirinya di mata Dirga. Korelasi yang terjalani anatara hatinya dan Dirga nyatanya tak sesuai dengan ekspektasi yang ada di pikirannya.

Karena itu Qyara akan membebaskan pria itu. Melepaskan adalah jalan terbaik yang dapat ia lakukan.



Start : 26 Mei 2024
End

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heninganmalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28 - Pertanyaan Sulit

"BUNDA PERGI!”

Wanita itu tetap berusaha untuk mengetok pintu itu dan meminta anak itu mendengarkannya tetapi tak ada jawaban sama sekali. Rasanya seperti hati nya hancur lebur sekarang.

Seorang ibu sanggup kehilangan apapun di dunia ini, tetapi tidak untuk anak. Bagi Qyara, Verro adalah harta paling berharga yang tak ingin ia hilangkan. Ia benar-benar tak bisa jika harus kehilangan anak yang ia lahirkan dengan mempertaruhkan hidup dan mati.

Anak yang ia sayangi dan besarkan dengan penuh perhatian. Tak dapat dibayangkan jika sampai ia kehilangan mutiara berharga itu. Namun karena kebodohannya sendiri anak yang sebelumnya mendukungnya malah balik menyerangnya seperti ini.

Menyuruhnya pergi sama dengan Verro tak ingin melihatnya lagi. Anak itu pasti telah mendengarkan dan melihat semuanya. Verro pasti juga menuduhnya seperti Dirga dan tak ingin lagi hidup bersamanya. Anak itu pasti telah mengubah keputusan nya.

“Verro... maafin bunda nak,” lirih Qyara dengan suara yang bahkan telah menghilang.

“Verro...” ucap Qyara yang terakhir sebelum kegelapan menghampiri kedua netranya.

...-+++-...

Di suatu malam yang dihiasi oleh banyak bintang dan bulan purnama, Qyara remaja sedang belajar seperti biasanya. Saat itu usianya masih menginjak enam belas tahun.

Keadaan ekonomi yang buruk membuatnya harus belajar seorang diri. Menghafalkan kata demi kata hingga menjadi kalimat panjang untuk menghadapi ujian akhir semester yang akan diadakan keesokkan harinya.

Namun saat sedang fokus pada buku-buku tebal di hadapannya, indra pendengarannya mendadak terganggu oleh suara pecahan yang membuatnya terjingkat dan berlari menuju pecahan itu.

Di ruang tengah yang tidak terlalu luas, ayah dan ibunya sedang bertengkar seperti biasa, dengan masalah yang sama seperti biasa. Saat itu masalah yang kedua orang tuanya hadapi sepertinya telah benar-benar runyam dan berada di ujung.

Terlihat beling-beling kaca yang sudah berceceran di lantai. Gadis yang tertegun mengamati pecahan beling itu pun dikejutkan oleh suara adiknya yang meneriaki ayahnya.

Qyara menatap Dennis yang pada saat itu langsung berlari memeluk ibunya. Bocah itu terlihat menatap tajam ayahnya yang juga sudah melotot dengan netra yang memerah. Kedua tangannya bahkan sudah terkepal dan siap melayangkan tinjunya pada Jeffry yang memiliki kekuatan lebih besar.

“Dennis pergi!” titah Jeffry dengan tegas. “Ara! Bawa Dennis pergi dulu.”

Gadis yang sudah biasa dengan pertengkaran itu menghembuskan napasnya dan berjalan dengan hati-hati melewati beling itu untuk membawa adiknya keluar ke ruang tamu.

Saat itu Qyara mendudukkan adiknya di salah satu kursi dan berjongkok di hadapan bocah itu. Ia menatap kedua netra yang sudah berair itu dengan tetap berusaha menampilkan senyum teduhnya.

“Lepasin aku mbak!” bentak Dennis.

Dengan senyum yang tetap menghiasi wajah Qyara, tangannya bergerak untuk mengelus pucuk kepala bocah itu dengan lembut. Cukup lama ia mengelus bocah itu tanpa mengeluarkan suaranya.

Cara Qyara berhasil. Perlahan bocah itu tak lagi berontak meskipun napasnya masih tersengal-sengal. Qyara remaja pun tersenyum, “Dennis.... Dennis mau dengerin mbak kan.”

Bocah itu hanya diam.

“Dennis... Lain kali kalau ibu sama ayah berantem Dennis nggak boleh gitu lagi ya. Nggak boleh langsung lari dan nantangin ayah kayak gitu.”

“Tapi ayah keterlaluan mbak!” sergap Dennis kembali menitihkan air matanya.

“Mbak tau dek... tapi kalau cara Dennis kayak gitu cuma buat ayah tambah marah. Sekarang liat kaki Dennis,”

Bocah itu mengalihkan pandangannya pada telapak kaki yang sudah berdarah karena terkena pecahan beling. Dennis pun kembali menangis tersedu-sedu dan memeluk tubuh kakaknya.

“Maafin Dennis.”

“Ssstt... nggak perlu minta maaf. Ya udah sekarang mbak ambilin perban dulu buat kaki Dennis ya.”

Bocah itu pun mengangguk. Namun baru beberapa langkah Qyara berjalan, tiba-tiba ia dipanggil oleh ayahnya dari dalam kamar. Seketika jantungnya pun kembali berdetak dengan cepat.

Ketika gadis itu masuk ke dalam kamar, ia sudah melihat ibunya yang terduduk di tepi kasur dengan menunduk. Sedangkan ayahnya duduk menghadap ibunya dengan mata yang sangat merah.

“Ada apa yah? Bu?”

Saat Jeffry menyuruhnya untuk duduk, Qyara pun menurut. Ia duduk dengan diam hingga ayahnya bersuara.

“Ara dengerin ayah baik-baik. Kalau sekarang ayah sama ibu pisah, boleh?”

Pertanyaan itu sungguh membuat hati Qyara panas. Pada saat itu, ia yang belum menginjak usia legal harus dihadapkan dengan pertanyaan yang berat. Sungguh sangat sulit mencari jawaban yang tepat.

Pada akhirnya Qyara pun menjawab, “Terserah,” lirihnya.

“Kalau kami pisah, Ara mau ikut ayah atau ibu?”

Kembali Qyara dihadapkan dengan pertanyaan yang lebih berat. Saat itu rasa sakit yang telah ia rasakan bertahun-tahun membuatnya menjawab, “Ara nggak mau ikut siapapun. Kirim Ara ke panti asuhan aja.”

Jawaban menyakitkan itulah yang Qyara berikan pada saat itu. Namun jauh di lubuk hatinya jawabannya berbanding terbalik dengan yang ia ucapkan. Jika ia bisa memilih maka ia akan ikut kedua orang tuanya dan menciptakan keluarga yang harmonis saja.

Saat itu Qyara yang berperan sebagai anak benar-benar merasakan rasa sakitnya dihadapkan dalam pertanyaan berat. Namun bertahun-tahun berlalu, takdir membuatnya berganti peran menjadi seorang ibu yang harus merasakan sakit sama.

Saat ini, Dirga memang telah kembali ke rumah. Ia menunggu istrinya yang pingsan hingga siuman. Namun saat wanta itu baru terbangun dari tidur panjangnya, ia tiba-tiba di tarik menuju ruang tamu dan memberikan pertanyaan yang sama pada Verro.

“Verro mau ikut ayah atau bunda?”

Qyara sungguh tak menyangka jika pertanyaan itu akan kembali ia dengar dari mulut pria yang berbeda. Namun kali ini ia juga berperan sebagai pihak antagonis yang telah menyakiti hati anaknya.

Sangat pedih rasanya melihat anak tunggalnya tertunduk seperti ini. Melihat anaknya berada dalam pilihan sulit membuat hatinya tercabik-cabik.

Qyara sungguh tau rasanya menjadi Verro. Namun kali ini ia tak ingin menjadi seperti ibunya yang hanya diam saja ketika ia berada dalam pilihan sulit.

Wanita itu pun menarik napas panjang dan berjongkok di hadapan anaknya. Ia menggenggam kedua tangan mungil itu hingga Verro menatap kedua netranya.

“Verro sayang... Verro nggak harus jawab pertanyaan ayah kalau Verro nggak siap. Kita udah pernah ngomongin ini kan? Kalau bunda sama ayah nggak tinggal dalam satu rumah lagi, Verro boleh tinggal dimanapun Verro mau. Setiap hari Verro boleh main sama ayah dan bunda kapanpun Verro mau ya sayang.”

Seketika bocah itu menangis tersedu-sedu setelah mendengar penjelasan ibunya. Bocah itu pun segera memeluk ibunya dan menangis sejadi-jadinya. Bersamaan dengan Qyara yang ikut mengalirkan air matanya tanpa suara.

“Maafin bunda sayang... maafin bunda karena buat Verro sedih. Maaf.”

Di tengah ibu dan anak itu, terdapat Dirga yang masih diam di tempatnya. Pria itu masih duduk dengan tenang meskipun netranya sudah memerah dan siap mengeluarkan kristal beningnya juga.

“Elta lepasin Verro biar dia jawab.”

Perlahan pelukan itu pun merenggang. Qyara kembali duduk di tempatnya tanpa mengalihkan pandangannya dari anaknya.

“Jadi apa mau Verro sekarang?”

“Verro mau tinggal di asrama.”

Deg!

1
Hikmal Cici
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
putry 01
kapan up lagi kak
Heningan Malam: ditunggu ya, secepatnya akan up
total 1 replies
Heningan Malam
sabar-sabar😇 nanti teka-teki nya pasti kejawab kok
aca
teka teki banyak jd bingung bacanya woy
aca
tukang selingkuh dirga
aca
waduh mulut Dirga jahat amat
ada apa sayang ~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!