Arga Bimantara yang menyukai Aisya Yuna teman semasa putih abu-abu. Cinta yang terpaksa ia pendam hingga akhirnya mereka dipisahkan oleh jarak dan waktu.
Arga kembali bertemu dengan Yuna setelah 10 tahun berlalu. Namun ia harus menelan patah hati karena ternyata Yuna sudah bertunangan dengan pria lain yang merupakan anak dari sahabat ayah Arga.
Tapi Arga tidak menyerah begitu saja. Sebelum janur kuning melengkung, ia masih bisa mendapatkan Yuna.
Berhasilkah Arga atau ia harus gigit jari dan hadir sebagai tamu undangan...???
Yuk simak kisah mereka....😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekhawatiran sahabat
Malam ini, pasangan Yuna dan Arga belum diizinkan pulang oleh mama Renita.
Beliau berkata ingin menjamu menantunya dengan masakan khas daerahnya. Atau lebih tepatnya, ia hanya ingin menunjukkan skil memasaknya pada anggota baru keluarga Bimantara.
"Ganti dengan ini saja.. Tadi aku minta pada Indri buat belikan kamu pakaian agar kamunya nyaman..." ujar Arga sambil menyerahkan sebuah paper bag ketangan Yuna.
"Terimakasih..." sahut Yuna yang merasa lega karena tidak keluar dari kamar dengan memakai kaos Arga yang kebesaran ditubuhnya yang mungil.
"Yuna... Apa kamu baik-baik saja?" akhirnya pertanyaan itu muncul juga kepermukaan.
Yuna menatap Arga dengan tatapan yang tal bisa Arga artikan.
"Ya... aku baik-baik saja" sahut Yuna berusaha terlihat baik-baik saja.
Arga berjongkok di hadapan Yuna yang duduk di sofa tunggal di pojok kamar Arga.
Pria itu menggenggam tangan Yuna yang dingin dan berkeringat.
"Kamu bisa membohongi orang lain tapi tidak demganku. Aku bisa meminjamkan bahuku untukmu jika kamu tidak kuat dengan situasi ini... Menangislah, jika itu bisa membuat hatimu sedikit lega... Jangan ditahan..." ujar Arga menatap Yuna dalam.
Yuna berusaha menahan laju air matanya. Ia kalah.
Wanita itu akhirnya meletakkan dahinya pada pundak Arga. Akhirnya, air mata yang dengan susah payah ia tahan sejak kemarin tumah juga.
Bahunya bergetar hebat sehebat air mata yang membasahi pundak Arga.
Arga hanya diam tak bergerak meski kakinya terasa sangat kram karena telah berjongkok lama.
Hampir lima belas menit menangis. Ia menegakkan kepalanya dan menghapus sisa-sisa air matanya yang jatuh ke pipi.
"Maaf... baju kamu jadi basah..." ujar Yuna dengan suara parau akibat menangis.
Arga melirik pundaknya. "Ini nggak ada ingusnya kan?" ujarnya yang langsung dihadiahi tepukan dari Yuna membuat Arga terduduk dilantai.
"Awww......" pria itu sedikit mengaduh.
"Ga.... kamu nggak apa-apa? Apa adayang sakit..?" tanya Yuna khawatir.
Arga menggeleng lemah.
Yuna menatap tak mengerti akan reaksi pria itu.
"Kakiku kesemutan..." sahut Arga yang membuat Yuna tertawa terbahak dan kemudian menjahili pria itu dengan menyentuh kaki Arga.
"Yuna no... Itu sakit... No Yuna..." ujar Arga yang terdengar seperti rengekan.
Canda tawa terdengar dari dalam kamar Arga.
"Loh ma...? Arga mana? Kok nggak turun bareng mama? Bukannya tadi mama mau panggil? " tanya Regina yang heran karena mertuanya turun sendiri, padahal tadi beliau bilang ingin memanggil Yuna dan Arga.
"Nanti jug mereka turun..." ujarnya santai dan kembali sibuk menyusun piring diatas meja.
Dewa dan Regina saling pandang.
Tak lama, sepasang suami istri itu turun bersama. Meski tidak bergandengan tangan, tapi siapapun bisa melihat jika mereka bukan pasangan yang nikah karena keadaan.
"Selamat malam semuanya..." sapa Arga yang diangguki oleh Yuna yang berjalan di belakangnya.
Arga menarik kursi kosong disampingnya untuk Yuna.
"Terima kasih" ucap Yuna tanpa suara, hanya gerakan bibir saja tapi tetap diangguki oleh Arga.
"Ayo makan.... Mama masak spesial untuk menantu baru mama... " ujar mama Renita.
"Terima kasih ma.." sahut Yuna.
Arga hanya tersenyum simpul.
Pria itu sedang membayangkan reaksi sang papa jika tahu ia sudah menikah bukan dari kalangan mereka tapi hanya owner sebuah toko bunga.
Rasanya, Arga tak sabar melihat langsung reaksi dari Gunawan Bimantara.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Nugo's cafe...
"Dri.... gua kok khawatir sama Yuna ya.. Doi malahan nggak kirim pesan apapun sama kita. Eh, jangan-jangan...Yuna kabur lagi dari Arga... " duga Riana asal.
"Sembarangan lo Ri...Yuna bukan seperti itu. Doi terlalu baik dan berbakti jiak jadi istri. Nggak mungkinlah dia kabur. Secara suaminya kaya, ganteng lagi. Dibanding Cakra si penjahat kel**in itu Arga jauh lebih ganteng dan berkharisma. Gua malahan nggak nyangka jika Arga mengambil inisiatif dengan menikahi Yuna seteleh kekacauan kemarin..." ujar Indri mengenai pendapatnya tentang Arga.
Riana membenarkan ucapan Indri.
"Hai para gadis... Kami boleh gabung ya..." ujar seorang pria yang membuat Indri langsung berubah mood.
"Mas Kian...? Lo ngapain disini? Lo bolos ya...? Gua aduin sama mas Rian baru tahu rasa lo..."ujar Indri pada pria yang mirip dengannya yang tak lain adalah kakak kandungnya sendiri.
"Ru.. sini...!" panggil Kian pada pria yang sangat Indri benci. Ia bahkan mengabaikan pertanyaan adik bungsunya itu.
"Ngapain ajak dia... ? Rese lo mas..." kesal Indri.
"Hai..." sapa Heru sambil meletakkan nampan cake miliknya dan Kiandra.
Indri seperti biasa, memasang wajah masam dan tatapan mematikan pada pria yang duduk dihadapannya yang ia akui masih saja tampan.
Pukul saja kepala Indri karena mengatakan Heru tampan. Ya memang tampan sih...
Riana sendiri hanya tersenyum melihat sahabatnya yang sedang uring-uringan tak jelas setelah melihat sang mantan.
"Santai aja Dri... Doi nggak gigit... Kami emang sering kesini eh ketemu kalian. Malas cari tempat lain, ya udah disini aja" sahut Kian cuek.
"Udah Dri, nggak apa. Bagaimana Arga dan Yuna...? Lo udah ketemu Arga?" tanya Riana mencoba mencairkan suasana yang seperti di depan tungku api. Panas...
"Belum.. Tapi gua dengar dari Bismo asisten Arga, mereka sekarang dirumah mas Dewa, kakaknya Arga dan disana ada kakak iparnya juga serta mama Arga yang memang tinggal bersama mas Dewa" sahut Heru mengenai kabar Arga dan Yuna.
"Apa mamanya Arga akan terima Yuna dan pernikahan dadakan ini? Gua khawatir..." ujar Riana lagi.
"Tenang.... Mama Renita baik kok. Beliau orang yang fair dan punya pikiran terbuka. Jadi gau yakin, jika Yuna akan diterima baik oleh mama Renita. Apalagi doi emang dari dulu udah disuruh nikah mulu.." sahut Heru membuat dua sahabat Yuna sedikit bernafas lega.
"Ri... Kamu udah punya someone spesial?" tiba-tiba Kiandra mengajukan satu pertanyaan membuat Indri menyemburkan air minumnya.
"Jorok Dri..." kesal Kian karena lengannya terkena cipratan air dari Indri.
"Mas... lo jangan bilang lagi ngincar sohib gua... Wah... coba aja kalau lo berani, gua aduin mama ntar... Awas lo...!!" ancam Indri.
"Ah elah Dri... Lo kan tahu mas udah jomblo lima tahun lebih. Jadi itu tandanya pria setia... " sahut menyanjung dirinya sendiri.
"Jomblo emang lima tahun tapi HTS an lo banyak mas... Gua capek bawain kado dari penggemar lo.. Please jangan Riana. Awas kalau lo nekad, gua hancurin semua koleksi komik detektif Conan lo" ancam Indri yang sepertinya tidak main-main.
Kiandra seketika terdiam begitu juga dengan Heru dan Riana.
Diam-diam Heru kagum akan tingkat kepedulian seorang Indri.
"Ngancam lo nggak asik Dri..." kesal Kian.
"Dan lo... ngapain ikut kakak gua...? Wawancara kita udah selesai dan artikel juga udah keluar. Mau apa lagi?" kali ini Indri beralih pada Heru yang sejak tadi masih asik makan meski ia Indri sedang berdebat dengan kakaknya, rekan dari Heru.
"Iya gua tahu. Gua cuma temani Kian sebelum kami main futsal bareng..." ujar Heru tenang.
Indri menatap tak percaya. Tapi biarlah, terserah pria itu asalkan ini bukan ajang untuk mendekatinya kembali. Bukan Indri kegeeran, tapi itu terlihat jelas dimata Heru jika pria itu ingin mendekatinya kembali.
bersambung....
