Motives

Malam Hari

"Kak, lo benaran mencintai teman gue?"tanya Jessica.

Saat ini Jessica dan keluarganya sedang berkumpul diruang keluarga tanpa adanya

Eliza karena gadis itu sedang berada di kantor katanya lembur jadi pulangnya malam atau tidak bisa pulang ke rumah.

"Hm..."

"Sejak kapan?"

Jessica mengeluarkan seringainya.

"Atau teman gue first love lo?"tanya Jessica lagi karena penasaran kakaknya satu ini bisa merasakan yang namanya

cinta.

Kakaknya itu selalu dingin terhadap yang namanya wanita kecuali dirinya dan

mommy nya, jadi ini pemandangan yang langka yang harus Jessica dengar sebagai

adik dari kakaknya.

Xavier tidak menjawab pertanyaan adiknya itu, ia memilih membuka satu aplikasi

chatting ada satu nomor yang tertera nama yang ia kasih emoji love di namanya.

Xavier mendapat nomor itu dari adiknya yang ia retas beberapa hari yang lalu.

Xavier menekan satu nomor itu tidak ada pesan sama sekali atau bekas panggilan.

Xavier mengetik beberapa kata yang mengandung kekhawatiran tetapi belum ia

tekan tombol gambar pesawat kertas itu karena Xavier ragu untuk melakukannya.

"Kak lo chatnya kenapa dingin sekali?"

Jessica mengintip sedikit kata kata yang diketik oleh kakaknya itu terlihat dingin tidak ada romantis sama sekali.

Tetapi Jessica belum tau kata kata yang diketik kakaknya ada kekhawatiran, Xavier tidak perduli tanggapan adiknya.

Xavier menghapus kata kata yang sudah diketik menjalankan kursi roda yang memakai remote masuk kedalam lift.

Jessica mencibir melihat kakaknya pergi ke kamar, tetapi dia memikirkan bagaimana caranya membuat temannya satu itu membalas perasaan kakaknya?

Sifat Eliza yang sekarang bukan seperti dulunya yang selalu mencari perhatian

kepada keluarga Britania tetapi sekarang dia tidak perduli dengan sekitarnya, malas,

tatapan tidak ada cinta, introvert.

Jessica sih setuju saja bahkan merestui kakaknya dan Eliza menikah.

Saat mommynya memaksa Eliza untuk menikah dengan kakaknya, Jessica langsung menolak permintaan

mommynya yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan tetapi

mommynya bilang,

"Jess, cinta akan hadir dengan sendirinya apalagi mommy tau kakak kamu sudah menyukai Eliza, jadi mommy mau membantu kakak kamu untuk mendapatkannya"Kata sang mommy.

Jessica akhirnya tidak membantah permintaan mommynya untuk memaksa

Eliza menikah dengan kakaknya setelah Jessica melihat kakaknya menatap Eliza dengan hangat.

*****

Disisi lain, aku melajukan mobilnya dengan cepat, dibelakang ada beberapa motor mengejarnya dengan kecepatan yang sama.

Pada akhirnya aku berhenti karena kalah dari para geng motor itu.

"HEI KELUARLO!!"

Aku bingung antara harus melawan atau menyerah melihat mereka membawa

tongkat bisbol sedangkan dirinya menggunakan tangan kosong.

Aku mencari cari sesuatu yang bisa aku temukan, ternyata ada satu barang yang

aku bisa gunakan.

Taser atau senjata kejut listrik. Aku bingung sejak kapan aku menaruh taser di mobil.

"KELUAR LO!"

"Ya ya aku keluar."

Aku menyembuhkan taser dibelakangku.

"Wow ternyata cewek cantik." Senyum ala pria hidung belang melihat body ku.

"Hei cantik!"

SRTTT

"Akhh....."

Pria itu pingsan setelah aku menaruh taser ke tubuhnya.

"WOI APA YANG LO LAKUKAN DENGAN TEMAN GUE?"teriak salah satu teman.

Pertarungan terjadi 6 vs 1, pria yang menggunakan tongkat bisbol dan aku

mengunakan taser sebagai senjata.

Ada tiga yang terkena taserku dan satu sudah tumbang karena aku menendang 'pusakanya'.

"Sial! Ternyata benar apa yang dia bilang kalau wanita ini pintar beladiri."

BRUKK

"Jangan mengalihkan pandangan lawan jika tidak ingin diserang!"ujarku melumpuhkan pria yang barusan bicara itu.

SRUKK

"AKHH.. SIAL!"

Sial aku lupa kalau ada satu orang lagi dan dia menusukku menggunakan pisau dari

belakang.

"Brengsek!!"

Aku memukul pria yang menyerangku dari belakang dengan brutal.

BRAK...BRUKK...BRUKK

Pandanganku mulai mengelap dan jatuh pingsan.

*****

"Dokter, bagaimana keadaannya?"tanya seorang pria tampan kepada dokter.

"Keadaannya sempat kritis apalagi ada nanah dan darah karena terlalu lama anda membawanya kesini"jawab dokter.

"Kapan dia sadar, dokter?"tanyanya lagi.

"Saya belum tau pasti kapan pasien akan sadar, karena lukanya terlalu lama dibiarkan dan mengeluarkan nanah"jawab dokter itu.

"Kalau begitu saya permisi dulu ada pasien lain yang menunggu"ucap dokter itu

meninggalkan pria itu disana.

Pria itu masuk melihat seorang gadis berpakaian rumah sakit dengan bagian perut terbuka karena luka itu tidak boleh ditutup atau lukanya akan terbuka kembali.

Pintu terbuka terlihat ada tiga perempuan dan satu laki laki masuk kedalam

menghampirinya.

"Apa dia anak itu?"tanya laki laki itu.

"Yah dad"jawab pria tampan itu merangkul istrinya yang sedang hamil.

"Kapan dia sadar?"tanyanya lagi.

"Dokter bilang tidak tau pasti kapan dia sadar"jawabnya.

"Mom, apa kamu masih ingin disini?"tanya laki laki itu.

"Ya, mommy masih ingin melihatnya. Mommy sedih harus melihatnya terbaring di rumah sakit sendirian"jawab wanita paruh baya itu menatap sedih gadis yang terbaring diranjang.

"Tapi mom dia pasti punya keluarga baru, jadi tolong tahan rasa rindu mommy"tegas pria paruh baya yang masih tampak gagah dan tampan.

"Ya mommy tau kalau dia punya keluarga baru, tetapi kita tidak tau dia menderita atau tidak di keluarga barunya?"sedih wanita paruh baya yang masih cantik di umurnya sudah kepala lima.

"Huft-"

"Kamu sudah telepon seseorang di ponselnya?"

"Sudah dad."

"Baiklah kita tetap disini sampai keluarga barunya datang, kita puas puasin rindu

yang kita pendam selama ini"ucapnya yang juga sama merindukannya.

Beberapa jam kemudian, beberapa orang datang dengan wajah penuh kekhawatiran di tercetak diwajahnya.

"Anda?"

"Oh tuan Brittania."

"Terimakasih telah membawa putri saya ke rumah sakit, tuan Oliver."

"Yang membawanya putra saya, jadi kami cuma datang karena takut kenapa kenapa

saja"Alibinya.

"Terimakasih, tuan muda."

"Gak apa apa, kita harus saling membantu."

Pria tampan itu melirik gadis yang terbaring diranjang.

"Kalau begitu kami pamit pulang dulu!"

"Ya ya silahkan."

Diluar, mereka masuk kedalam mobil menumpahkan air mata yang tertahan karena tidak sanggup meninggalkan gadis yang disana dengan keluarga barunya.

"Dad...."

Lirih wanita paruh baya itu kepada suaminya, suaminya hanya bisa memeluk istrinya membiarkan air mata istrinya mengenai pakaiannya.

"Kita harus merelakannya dengan keluarga barunya, mom"

"Tapi dad-"

"Fokus mengemudi aja kamu setelah kamu kembali tegar"tegasnya.

Sedangkan didalam ruang rawat, keluarga Britania menatap iba gadis yang tengah

berbaring di ranjang.

"Dad aku keluar dulu yah, disini aku gak tahan baunya!"ucap Mikayla mencium pipi ayahnya menarik tangan ibunya keluar.

"Dad, keluarga tadi daddy kenal?"tanya Marvin.

"Dia orang terkaya setelah keluarga Leonhard dan keluarga Nellie"jawab ayahnya.

"Dan Daddy sepertinya kenal dengannya?"tanya Marvin lagi.

"Tuan Oliver yang menyelamatkan nyawa

mommy kalian saat mau melahirkan kalian yang lahir secara prematur"jawabnya lagi.

***