Mencari-cari kesalahan karyawan dengan tujuan dipecat adalah pekerjaan Regi Einar. Ia menerima daftar Karyawan Bermasalah di Garnet Bank, dan tugasnya adalah mencari alasan masuk akal yang bisa dijadikan senjata untuk mengeluarkan 'penyakit' di perusahaan. Pekerjaan itu tidak mudah. Bahkan beberapa karyawan seakan tidak berdosa dan sudah mengabdi lama di sana.
Regi bisa menyelesaikan setengah dari daftar bermasalah, namun ia tiba-tiba tersendat akan sesuatu yang datang pertama kalinya dalam hidupnya.
Kenapa Ratu Arumi harus begitu cantik di matanya?! Dan kenapa ia harus jatuh cinta saat sedang di tengah proyek penting?! Selama 28 tahun ia single, kenapa harus sekarang?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yanto Si Buaya Buntung
Setelah seminggu bekerja dengan penuh cercaan dari rekan kerjanya, setiap hari Ratu menangis di atap, ingin rasanya resign namun ia dalam misi penting. Demi ibunya.
Sampai Double S saja tak berani berkutik kalau Ratu sudah menangis di atap, mereka mau turun ke bawah saja harus nungguin Ratu selesai menangis karena kasihan ke wanita itu. Keberadaan Samuel dan Samsul yang tinggal di atap memang dirahasiakan, mereka berusaha mengganggu karyawan yang ke atap dengan berpura-pura membunyikan suara-suara seram atau berlagak jadi genderuwo. Padahal mereka juga terdaftar di Garnet Bank sebagai sekuriti shift malam. Siapa yang sangka ada karyawan yang rumahnya di atap gedung? Kurang eksklusif apa, coba?
Kembali ke Ratu, pertama kalinya dia melihat Pak Yanto adalah justru di toilet wanita, saat ia bekerja lembur.
Karena anak baru dan usianya paling muda di kantor, semua pekerjaan menumpuk di mejanya. Membuat surat penting dan draft kontrak bukan pekerjaannya, seharusnya itu pekerjaan masing-masing divisi. Ditambah ia harus menyortir surat dan membooking beberapa tempat di luar kantor untuk meeting. Yang harusnya itu pekerjaan Kepala Sekretaris. Ada beberapa file yang harus ia fotokopi untuk rapat kinerja dan beberapa harus ia scan sebelum besok pagi, jadi ia lembur.
Saat berjalan ke toilet wanita malam itu, ia berpapasan dengan beberapa pegawai lain dari unit Kepatuhan. Internal control dan Auditor termasuk ke dalam unit ini. Mereka seharusnya pegawai terhormat karena pekerjaannya sebagai pengawas.
“Kamu sekretaris baru ya?” tanya salah satu karyawan.
Ratu mendongak akan balik menyapa, tapi wanita itu langsung terdiam.
Astaga...
Pria ini yang fotonya ada di Map Kepolisian di lemari file HRD!
Ratu sampai tidak bisa berbicara apa pun saking kagetnya.
Ternyata benar, ada buronan yang bekerja di Kantor ini?! Begitu pikirnya sambil terperangah.
“A-a-anuuu, iya Pak.” Akhirnya Ratu bisa membuka mulutnya.
“Cantik banget si Amoy nih, paling cantik dari sekretaris yang lain.” Kata salah satu karyawan di belakang Pak Yanto.
“Mana ada yang jelek di Garnet Bank? HRD kan punya standar sendiri buat tampang.” Kata Pak Yanto.
“Selera lah itu Boss.”
“Kamu chindo kok namanya Ratu sih? Nggak ada marganya?”
“Kakek Buyut saya lahir di Indonesia dan menikah dengan nenek buyut yang pribumi, keturunan juga banyak yang lokal jadi kami tidak pakai Marga sudah lama.” Kata Ratu. “Tampang saya Chindo, tapi kelakuan depokable kok Pak.”
“Depok-able... astaga hahahahaha!”
“Lu jangan maen-maen ini cewek type yang setia, pekerja keras dan pantang menyerah tapi sekalinya disakiti sampai ujung dunia bakal diuber buat tanggung jawab lo!” sahut salah satu karyawan.
Ratu kira hanya saat itu saja mereka berpapasan, ia tidak menyangka... kalau yang namanya Pak Yanto ternyata mengikutinya sampai toilet wanita.
Saat itu memang sudah pukul 20.00, malam itu sebagian besar karyawan sudah pulang.
Dan saat Ratu mencuci tangan di wastafel, di belakangnya sudah berdiri Pak Yanto.
“Hah!?” Ratu sampai berbalik karena kaget.
“Eits! Mbak Ratu jangan berprasangka buruk dulu. Toilet pria sudah dikunci dan saya mau cuci muka.” Sahut Pak Yanto sambil mengangkat tangannya
Ratu diam saja dan otaknya langsung bekerja untuk segera keluar dari sana tapi tanpa terlalu kentara kalau ia memang ingin kabur. Ia melirik name-tag pria itu yang masih tergantung di lehernya, M. Yanto Ginanjar.
Seingat Ratu, nama di Map Kepolisian itu adalah Machmudi.
Tapi kenapa wajahnya sama?
Di luar itu, Ratu sangat yakin, kalau pria normal pasti akan menggunakan toilet di Lobby Bawah yang memang diperuntukkan untuk tamu, yang buka 24 jam, kalau toilet di lantai atas sudah dikunci semua. Jarang sekali ada pria yang mau menggunakan toilet wanita untuk sekedar cuci muka. Untuk buang air pun mereka lebih memilih melipir di pom bensin dibanding harus menggunakan toilet wanita.
Lagipula, secara logika, kenapa toilet pria dikunci padahal toilet wanitanya tidak dikunci? Janitor biasanya secara otomatis akan mengunci keduanya.
“Baik Pak, saya kembali bek-“
“Mbak Ratu nggak takut jam segini masih ada di kantor?” Pak Yanto menghalangi pintu keluar.
“M-m-memang kenapa, Pak?”
“Kan banyak setannya loh Mbak.”
“Oh.” Alasan klasik, pikir Ratu. “Saya belum ketemu sih Pak.”
“Lemburnya masih lama? Kalau begitu saya temani saja ya Mbak, saya pegawai lama jadi siapa tahu saya bisa bantu pekerjaan Mbak Ratu.”
“Tidak usah,”
“Pasti ada beberapa file yang berasal dari tim saya kan Mbak? Untuk diperiksa Pak Dimas besok. Saya bisa bantu yang masalah itu.” Kata Pak Yanto dengan langkah semakin maju.
“Memo Internal untuk Divisi Kepatuhan dan Audit sudah di Meja Pak Dimas, saya dahulukan karena penting.” Potong Ratu cepat.
“Mbak Ratu yakin nggak ada yang salah?” pancing Pak Yanto sampai ia dengan lancangnya mendesak Ratu ke arah wastafel. Ratu terdesak, ia berada sangat dekat dengan Pak Yanto. Lutut mereka saling menempel dan Ratu sebisa mungkin menekuk tubuhnya agar area dadanya tidak terhimpit perut Pak Yanto.
“Yakin, Pak... mohon maaf saya harus—“ Ratu terdiam.
Tangan Pak Yanto mengelus pipinya.
“Cantik banget ya kamu. Masih muda pula. Kalau bisa dapat kamu, saya rela dipecat deh...” gumam Pak Yanto.
Astaga.... Ratu gemetar ketakutan.
“Siapa ya? Bapak di toilet wanita, siapa ya?!”
Tiba-tiba ada suara pria dari arah luar. Beruntung, pintu toilet wanita belum tertutup sehingga orang di koridor masih dapat melihat ada orang di wastafel.
“Toilet pria kan ada di seberang, Pak.” Sahut suara itu.
“Ini gue, Bas.” Pak Yanto menoleh sedikit.
“Laaah Pak Yanto? Kenapa bapak ada di toilet cewek? Lupa jalannya Pak? Makanya kalau lembur jangan kemaleman jadi bingung kan Pak.”
Ratu mengingat suara ini, itu suara Abbas, OB baru yang unik. Rambut di-cat merah dan kelakuannya ceria.
“Kalau bapak mendekat, saya akan teriak.” Bisik Ratu mengancam Pak Yanto.
Terdengar hembusan nafas Pak Yanto, tanda kekecewaan pria itu. “Bentar doang Bas, gue cuci tangan dulu.”
“Oke Pak, saya rencananya mau ngunci-ngunci,” dan ternyata Abbas menunggu di luar toilet.
Pak Yanto menatap Ratu, dan dengan kekurang-ajarannya, menyeringai licik. Sepertinya rencananya untuk mengerjai Ratu masih banyak. Telunjuknya ditempelkan ke bibirnya.
Setelah Pak Yanto keluar, Ratu langsung ke salah satu bilik toilet, agar Abbas tidak tahu kalau dari tadi Ratu ada di balik tubuh Pak Yanto. Kalau ketahuan bisa-bisa jadi skandal dan Ratu dituduh macam-macam. Cukup sudah berbagai cemoohan menerpanya, ia tidak mau terlibat gosip fitnah.
“Halooo masih ada orang nggak, mau saya kunci.” Terdengar suara Abbas dari arah wastafel.
Ratu pun berusaha menetralisir suaranya agar isakannya tak terdengar. Tapi belum sampai ia berujar, Abbas pun membuka suara.
“Mbak Ratu? Perlu waktu? Saya tunggu di luar ya Mbak.”
Ratu menarik nafas panjang.
Abbas tahu.
Alasan apa yang harus ia utarakan ke Abbas?
Ia tidak ingin jadi bahan omongan, bisa-bisa ia dituduh genit.
“Pak Yanto tingkahnya memang begitu Mbak, mentang-mentang ganteng dia pikir semua cewek kesengsem sama dia. Padahal banyak banget yang muak sama tingkahnya. Nggak tahu deh kok HRD nggak ambil tindakan sampai sekarang, ya minimal SP lah...tapi kalau korbannya melapor, HRD malah nuduh si wanitanya berpakaian terlalu vulgar atau dituduh centil. Kemarin ada yang melapor cewek berjilbab malah dituduh penggoda dan jilbabnya cuma aksesoris. Serba salah Mbak.” Omel Abbas dari luar.
Ratu ternganga.
Lalu langsung keluar dari toilet.
Ia melihat Abbas berada di luar, bersandar di jendela, menunggunya.
Lalu tak pikir panjang langsung ia peluk cowok itu.
“Bas!!” dan pecahlah tangis Ratu.
“Baaas, Abbaaasss aku takut banget Baaaas, Ya Tuhan aku pikir aku nggak bakalan selamaaaaatttt!!” raungnya mencurahkan semua perasaannya.
“Lain kali kalau lembur, kabari saya ya Mbak, atau sekuriti tuh si Samsul dan Samuel lagi jaga di bawah. Biar kita jagain." Abbas mengelus-elus punggung Ratu.
“Iyaaaaa hwaaaaaaaaa!!”
"Ke warmindo yuk, pesen indomie rebus. biar tenang dikit."
***
Dan mari kita kembali lagi ke masa kini.
Setelah Ratu menceritakan pengalamannya.
Regi pun menelepon Abbas.
“Ya Mas Regi? Nanti malam mau makan snek apa?” tanya Abbas sumringah.
“Sekali lagi kamu sentuh Ratu, KPI kamu saya bikin nol. Biar kamu dipecat bapakmu jadi pewaris.” Ancam Regi.
“Hah? Salahku apa lagiiiii?!” jerit Abbas kalut.
aku juga mauuuu ada yg ngrginiin akuuuu/Sob//Sob/