NovelToon NovelToon
Dewa Setan Perbatasan Utara

Dewa Setan Perbatasan Utara

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:19k
Nilai: 5
Nama Author: Jibril Ibrahim

Muda, tampan, kaya, tidak berguna! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Huan Wenzhao. Namun…

Siapa sebenarnya Huan Wenzhao tak ada yang tahu.

Mau tahu identitas lain Huan Wenzhao?

Ikuti kisahnya di sini!
Hanya di: Noveltoon/Mangatoon.

~Selamat membaca~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode²⁸

“Kukira kalau seorang jenderal, minimal Petapa Tingkat Lima…” ejek suara seorang wanita terdengar seperti datang dari berbagai arah.

Hu Li Na menggantung lemas pada sebatang pohon sejenis dedalu tangis dengan kepala tertunduk. Kedua tangannya terentang ke samping terikat sulur dari pohon tersebut. Tubuhnya juga dililit sulur yang sama hingga ke pergelangan kaki.

Dedalu tangis itu adalah dewa iblis pilar kesepuluh. Lebih dikenal dengan Pohon Keramat.

Dialah yang berbicara dengan suara yang terdengar seperti datang dari berbagai arah.

Hal itu disebabkan karena dedalu tangis dewa iblis tidak memiliki bentuk manusia. Ia berbicara melalui sulur-sulurnya yang berkeriap di sekeliling kepala Hu Li Na seperti anakan ular.

Hu Li Na terlihat seperti Medusa---wanita berambut ular.

Itulah sebabnya suara iblis itu terdengar seperti datang dari berbagai arah. Suaranya juga hanya berupa bisikan tipis seperti desir angin.

Tubuhnya tertancap di satu tempat dan tidak bisa berpindah-pindah. Ia mengandalkan akar dan sulurnya untuk merambah berbagai tempat.

Mencapai level kekuatan spiritual sepuluh ribu ke atas, jangkauan akarnya bisa mencapai ratusan mil. Sulurnya dapat menggapai awan.

Level sepuluh ribu ke atas artinya sudah mencapai kedewaan.

Pohon keramat itu baru saja mencapai kedewaannya. Dan ia sudah berulah.

Dengan akar dan sulurnya yang menjalar melalui udara dan lapisan tanah, ia mencoba menerobos benteng pertahanan manusia dan merenggut Hu Li Na.

“Tak disangka… kau bahkan belum mencapai ranah pemahaman kesadaran,” desis suara merayang itu lagi. “Kau sedikit mengecewakanku, Jenderal!” Cemoohnya.

Hu Li Na tetap bungkam. Darah mengucur di pelipis hingga dagunya. Keringat membanjir di sekujur tubuhnya. Napasnya tersengal seperti tercekat di tenggorokan. Tubuhnya gemetar akibat kehabisan banyak energi.

Dia mungkin sekarat!

Namun…

Di hadapan hidup dan mati, Hu Li Na berani bertaruh bahwa Huan Wenzhao akan menyelamatkannya.

Hu Li Na berusia tiga puluh tahun, sepuluh tahun lebih tua dari Huan Wenzhao. Tapi sebagaimana dugaan An Zuya, wanita itu memiliki perasaan lain pada Huan Wenzhao.

Perasaan lembut yang melemahkannya.

Perasaan lembut itulah yang membuatnya menyerah dan berhenti melawan.

Hanya menunggu dan berharap. Seperti khayalan gadis kecil yang mendambakan pangeran berkuda putih menjemputnya sebagai pahlawan.

Di hadapan cinta, setiap orang adalah pemula!

Hu Li Na memang tak keliru berharap pada si tuan muda. Tapi sebagai pahlawan, bukan sebagai pangeran.

Pemuda itu tak memiliki cukup hati untuk dibagi.

Mungkin juga tak ada hati.

Tapi cukup berotak untuk ukuran bocah tengik!

Pemuda itu baru mendarat di puncak menara pertahanan tanpa sepengetahuan semua orang, kecuali dewa mata-mata tentunya.

An Zuya tidak berada di sana. Si Pembawa Pesan juga tidak mendampinginya. Huan Wenzhao tidak terlalu peduli!

Hanya ada satu alasan untuk menjelaskan kemunculan Si Pembawa Pesan: An Zuya sedang mengurus sesuatu di Paviliun Jiandie.

Sama halnya seperti para dewa, orang-orang Paviliun Jiandie, terutama Si Pembawa Pesan, tidak diizinkan menggunakan kekuatan secara berlebihan untuk sesuatu yang bukan urusan mereka.

Orang-orang Paviliun Jiandie tidak ada urusan dengan Kota Pangkalan kecuali karena ketua mereka juga Penerus Huan.

Tugas mereka di gerbang pengusir iblis hanya sebatas memantau situasi.

Lagi pula, Huan Wenzhao sudah terbiasa melakukan semuanya sendiri. Identitasnya sebagai Penerus Huan memaksa dirinya untuk terus sembunyi.

Dari ketinggian, Kota Pangkalan terlihat seperti hanya sebagian kecil dari sisi kehidupannya.

Wilayah suku iblis terhampar di bawah kakinya seperti anakan ular hijau dan cokelat yang menyelubungi sejumlah bukit.

Semuanya serba hijau kecokelatan, permukaan tanah, pepohonan… lapangan yang biasa gersang berselimut debu kehitaman itu mendadak berubah seperti semak belukar.

Seluruh tempat diselimuti sulur dan akar dedalu.

Langit pun berwarna hijau.

Sulur dedalu itu berkeriap dan merambat naik dengan keras kepala ke puncak-puncak bukit hingga ke pagar dinding benteng pertahanan, tanpa menyisakan ruang, berusaha menutupi semuanya dan menyebar ke seluruh tempat.

Para tentara menggeliat-geliut di sana-sini, di sepanjang tepian balkon, berjibaku dengan keras memangkas sulur-sulur tanaman yang terus menjalar.

Setiap kali mereka berhasil memangkas satu tangkai, dua tangkai akan tumbuh di tempat mereka memangkasnya.

“Pohon keramat!” Desis Huan Wenzhao.

Segerumbul tanaman bangkit bersama-sama di hadapan Li Asoka. Daun-daunnya membentuk kepala dan dua tangan yang langsung melecut menyapu penyihir itu. Kepalanya mengangguk-angguk di bahunya yang sempit. Tangan-tangannya bergetar di kedua sisi tubuhnya yang tinggi menjulang.

Penyihir itu menguap seperti asap berwarna gelap ketika tangan itu mencoba memukulnya. Lalu kembali ke wujud utuh seperti ilusi yang dibentuk dari kabut.

Ia mengetukkan tombaknya di lantai. Tanaman itu tersentak seperti kena tampar. Lalu beringsut mundur.

Huan Wenzhao tidak menunggu untuk melihat kelanjutannya, ia meninggalkan menara itu dan menghilang di balik awan.

Lalu mendarat di lapangan wilayah suku iblis.

Hamparan semak dedalu di bawah kakinya basah oleh embun. Sepatu armornya tergelincir dan ia terpeleset-peleset saat mencoba melangkah.

Sulur-sulur di kiri-kanannya meraih ke arah Huan Wenzhao, meliuk dalam kegelapan.

Huan Wenzhao menjejakkan kakinya untuk kemudian memantulkan dirinya. Lalu mendarat di dahan pohon dan memantul lagi ke pohon lainnya.

Tak lama ia sudah bergerak semakin jauh ke dalam hutan.

Sulur-sulur tanaman itu terus mengikutinya.

Huan Wenzhao tak ingin membuang waktu atau senjata untuk menghalau mereka. Ia tahu tanaman itu seperti hydra—ular purba berkepala banyak.

Memangkas mereka hanya akan menumbuhkan tunas-tunas baru dan menggandakan diri.

Satu-satunya cara untuk mengalahkan iblis semacam itu adalah menghancurkan sumber energi di inti tubuhnya.

Sayangnya sihir teleportasi cukup menguras banyak energi spiritual. Terutama jarak dari ibu kota ke Perbatasan Utara terpaut ribuan mil.

Itu adalah lintas negara.

Ibu kota kekaisaran dan Perbatasan Utara adalah dua negara berbeda namun satu imperium.

Teleportasi lintas negara seperti ini, bisa menguras ribuan daya spiritual. Meski jika seseorang memiliki puluhan ribu manna, melakukan sihir teleportasi lintas negara secara brutal juga bisa membuat seorang dewa kehabisan energi.

Huan Wenzhao punya perhitungan sendiri untuk hal ini. Kalau tidak, dia sudah melakukan teleportasi untuk menghemat waktu.

Lebih baik menghemat daya daripada menghemat waktu, pikirnya.

Jadi, dia memilih untuk menempuh perjalanan itu dengan berlari mengingat lawan yang akan dihadapinya merupakan dewa iblis pilar kesepuluh.

Pilar kesepuluh, setidaknya memiliki seratus ribu manna.

Salah satu lawan terkuat yang belum pernah ia hadapi seumur hidupnya.

Cabang…

Akar…

Huan Wenzhao berpikir keras. Sambil terus berlari, ia mengawasi sulur tanaman yang melayang di atas dan yang menjalar di bawah. Mencoba mencari tahu perbedaan antara keduanya.

Tes saja dulu! Pikirnya. Kemudian melontarkan dua sicae ke atas dan ke bawah.

SLASH!

SLASH!

Sulur tanaman di atas meledak dan memburai seperti ular kobra yang merasa terusik.

Sulur di bawahnya meregang dan menggeliat-geliut seperti ular yang diijak di bagian kepalanya.

Sulur di atas menumbuhkan cabang, sementara sulur di bawah menciut dan melesak ke dalam tanah.

Ketemu! Seru Huan Wenzhao dalam hatinya.

Kelemahannya terletak pada akarnya!

Sulur di atas kepalanya melecut ke arah Huan Wenzhao seperti cambuk.

Huan Wenzhao mengelak dan melejit ke samping.

Sulur-sulur di bawah menegak dan meraihnya.

Huan Wenzhao terbang meliuk menghindarinya.

Sulur lainnya merangsek dari berbagai arah dan mengungkungnya.

Huan Wenzhao memantulkan dirinya ke atas dan meraih cabang pohon terdekat. Menggelantung dan memantulkan dirinya lagi ke pohon lainnya.

Cabang pohon dedalu yang di bawah menyergap pergelangan kakinya dan menariknya ke bawah.

BRUK!

Huan Wenzhao terjerembab di lantai hutan dengan lutut tertekuk.

Bersamaan dengan itu, ia menghunus pisau berburunya dan menancapkannya pada sulur yang paling tebal berwarna kecoklatan.

JLEB!

Sulur itu tersentak dan menggeliat seperti ular, lalu melesak ke dalam tanah.

Itu dia! Batin Huan Wenzhao sembari tersenyum miring. Kelemahannya ada di akar tunggang!

Segerumbul tanaman bangkit di atas kepala Huan Wenzhao membentuk tangan raksasa dan menyergap pemuda itu ke dalam genggamannya. Kemudian menariknya mendekat.

“Akhirnya bertemu seorang dewa!”

Suara itu melayang di sekeliling Huan Wenzhao, mengambang dan berputar-putar.

Sulur-sulur dedalu tangis melecut-lecut di sekelilingnya seperti selendang sekelompok penari yang coba menggodanya. Menggelitik wajah, rahang, leher, bahu, dada, dan punggungnya.

1
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Clink
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hancurken
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yuhuuuuu
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Shi
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Clink
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Klik
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Iyeeeees
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
Sembilαn βenuα
😂😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!