Kisah cinta dua insan dengan karakter bertolak belakang yang diawali dengan keterpaksaan demi bakti kepada kedua orang tua. Jelita Khairani, gadis cantik 21 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikannya tak dapat mengelak kala kedua orang tuanya menjodohkannya.
Namun siapa sangka yang di maksudkan sebagai calon suaminya adalah pria yang sama dengan seseorang yang ia juluki "ALIEN, MANUSIA KAYU, dan PRIA KAKU" seusai pertemuan pertama mereka.
Dialah Abima Raka Wijaya, pria dengan segala keangkuhan dengan masa lalu menyakitkan yang membuatnya tak mampu berdamai dengan diri tidak mungkin menerima begitu saja keputusan orang tuanya. Kehadiran Kinan di lubuk hatinya menjadi alasan utama ia tak dapat membuka diri pada sembarang wanita.
Akankah Raka melupakan Kinan dan menerima kehadiran Jelita? Bagaimana jika suatu saat sang mantan kekasih berniat kembali padanya?
Ig: desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sandiwara wanita.
Ketika melewati ruang tamu Jelita melihat dua wanita cantik yang berbeda generasi sedang duduk manis berbincang ria. Tatapannya tertuju pada wanita yang terlihat begitu feminim dengan pakaian seksinya begitu dekat dengan Mertuanya.
Sesekali pemilik rambut pirang itu tertawa senang mendengar cerita Bu Rena. Ada sedikit kecemburuan dibenak Jelita melihat kedekatan mereka, ia ingat betul pernah melihat wanita itu bahkan dia datang di hari pernikahannya.
Jelita mencoba menerka siapa sebenarnya wanita itu, apakah wanita itu adalah Kinan yang pernah disebut Raka. Mengingat hal itu terbesit ketakutan dihati Jelita, ia yakin benar jika belum mencintai Raka tapi entah mengapa ia merasa hatinya tidak rela jika Raka menjadi milik wanita selain dirinya.
"Mantu Mama udah pulang, kamu kenapa pucet gini?" Jelita tersadar dari lamunannya ketika Bu Rena menghampirinya.
"Engga, Ma." Jelita menjawab lemah dan membuat Bu Rena semakin khawatir.
"Duduk dulu sini. Kamu sakit ya?" Bu Rena mengajak Jelita untuk duduk disampingnya dan meletakkan punggung tangannya di kening Jelita.
"Bukan, Ma. Jelita cuma datang bulan doang," ucap Jelita dengan senyum manisnya di depan Mertua kesayangannya.
Kedekatan keduanya tak lepas dari tatapan tak suka dari wanita cantik didepannya. Terlihat jelas wanita itu tidak menyukai Jelita, dengan sengaja Jelita bersikap manja kepada Mertuanya.
"Ehm, Tante." Wanita itu merasa terabaikan keberadaanya mencoba bersuara.
"Oh iya, Mama lupa. Jelita ini Mutia keponakan Mama." Bu Rena segera mengenalkan Mutia yang merasa tidak dihiraukan keberadaannya.
"Iya, Ma. Jelita! Senang bertemu denganmu." Jelita mengulurkan tangannya. Mutia menyambut tangan Jelita dengan begitu sopan. Sandiwara kedua wanita ini begitu baik didepan Bu Rena. Bahkan kebencian diantara keduanya benar-benar tertutupi dengan senyum palsu mereka.
Mutia merasa begitu iri dengan perlakuan tantenya kepada Jelita. Selama ini tidak ada yang Bu Rena perlakukan dengan manja kecuali dirinya. Bahkan Kinan yang sempat menjalin hubungan dengan Raka tidak pernah mendapat perlakuan selembut itu dari Bu Rena.
'Berani sekali dia merebut milikku' Mutia mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Ingin sekali Mutia menjambak rambut panjang Jelita yang sangat menyebalkan itu.
"Kamu istirahat dulu ya, mumpung ini hari minggu Raka juga pasti capek," Bu Rena memerintahkan Jelita untuk segera kembali ke kamarnya. Tak tega membiarkan menantunya jika harus berlama-lama duduk, ia tahu betul bagaimana sakitnya.
"Tante, Istrinya Raka itu baru lulus SMA ya?" tanya Mutia berbasa basi yang sebenarnya ingin mencari kekurangan Jelita untuk merendahkannya.
"Jelita itu baru wisuda beberapa bulan lalu, dia juga cumlaude loh bahkan jadi lulusan terbaik di angkatannya."
Bu Rena menjelaskan dengan begitu semangat, benar-benar membanggakan menurutnya. Mendengar hal itu Mutia yang tadinya ingin merendahkan Jelita menjadi mati kutu mendengar pujian Sang tante kepada wanita yang tidak ia sukai itu.
"Oh iya, bagus dong! Tapi Tante aku cuma mau ingetin aja dia kan masih muda banget ya, menurutku dia belum bisa menjadi seorang Istri yang baik untuk Raka." Mutia terus saja mencari celah untuk menjelekkan Jelita.
"Tante yakin Jelita akan menjadi Istri yang baik buat Raka, bahkan seorang Ibu nantinya." Bu Rena berucap dengan nada tak suka, ia begitu menyayangi Jelita. Tampak Jelas dia tidak menyukai sikap Mutia yang sekarang.
"Kamu kenapa? Nggak suka sama mantu Tante?" tanya Bu Rena menatap Mutia tajam. Mutia mengalihkan pandangannya dan kembali memasang topengnya.
"Engga kok. Aku hanya tidak percaya dia bisa semuda itu, ternyata dia awet muda ya Tan." Mutia berdalih seakan memuji Jelita, benar-benar wanita bermuka dua.
"Iya lah. Om kamu itu nggak mungkin pilih mantu sembarangan," tukas Bu Rena.
Mutia membeku, Bu Rena benar-benar berada di pihak Jelita pikirnya. Lagi-lagi Mutia membenci Pak Wijaya, sejak dulu Pak Wijaya begitu menolak kehadirannya bahkan hanya untuk menemui Raka. Ingin sekali dia melenyapkan Om nya itu sejak lama benar-benar menganggu pikirnya.
******
Waktu yang diberikan Bu Rena untuk beristirahat benar-benar digunakan Jelita dengan baik. Dengan nyeri perut yang mendingan dan juga tempat tidurnya yang nyaman membuat Jelita tidak ingin menyia-nyiakan waktu tidur siang yang sudah langka menurutnya.
Raka yang sedari tadi berada di ruang kerja fokus dengan sisa pekerjaan kemarin yang sempat tertunda. Menghabiskan cukup banyak waktu di rumah mertuanya membuat Raka harus bekerja diwaktu istirahatnya.
Raka melirik sebuah foto gadis cantik menatap dirinya di sudut meja. Tidak ada senyuman ketika matanya pandangan mereka bertemu, Raka dengan wajah datarnya menatap gadis itu dengan penuh makna.
Ceklek ...
Pintu ruangannya terbuka. Raka menatap seseorang dibaliknya. Benar saja wanita yang tidak dia inginkan berjalan menghampirinya. Raka kembali fokus dengan pekerjaannya.
"Ruanganmu tidak berubah ya, dan Kinan masih bertahta disana." Mutia melirik foto Kinan yang tak jauh darinya.
"Bisakah kau keluar sekarang, kau sangat mengangguku!" Perintah Raka yang benar-benar tidak menyukai kehadiran Mutia.
"Come on, Raka. Ada apa dengan kalian, bahkan tante memperlakukan aku berbeda setelah wanita itu hadir di keluarga ini." Mutia terlihat ingin menangis, ia benar-benar tidak suka dengan kehadiran Jelita.
"Lalu kau mau apa? Bukankah kau tau aku tidak menyukai sikapmu yang seperti ini. Berhentilah mengangguku Mutia, kita tidak memiliki hubungan sebaik itu." Raka tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya kepada sepupunya itu.
"What? Aku adik kamu, Ka, kamu lupa!" suara Mutia meninggi.
"Aku tidak lupa dengan hubungan keluarga kita. Tapi kau harus tau ada beberapa hal tentangku yang kau tidak perlu masuk didalamnya," ucap Raka dingin.
"Apa aku tidak berarti sama sekali bagi kalian?" Mutia melemah, ia tidak dapat menahan kesedihannya.
"Aku sangat menghargaimu Mutia, bahkan Mama juga sangat menyayangimu. Jangan membuatku membencimu hanya karena sikapmu ini." Raka memberi peringatan kepada Mutia.
Mutia menghentakkan kakinya dan berlalu meninggalkan ruangan kerja Raka. "Lihat apa yang akan aku lakukan padamu Jelita" gumam Mutia geram, wanita itu menyeringai menuruni tangga.
Mutia buru-buru pamit ketika melihat Pak Wijaya orang yang paling ia hindari keluar dari kamarnya. Ia tidak ingin Raka dalam bentuk berbeda itu akan kembali membuatnya terluka.
"Masih berani keponakanmu itu kemari?" Pak Wijaya tak habis pikir dengan Mutia yang tetap saja berusaha mengambil hati penghuni rumah itu.
"Papa, biar bagaimanapun dia itu keponakanku. Mama mohon jangan permasalahkan hal ini lagi yah." Bu Rena memohon pengertian Suaminya.
"Aku bisa saja menerimanya sebagai keponakanmu. Apa kau tidak ingin apa yang telah wanita itu lakukan kepada Raka dulu?"
Pak Wijaya tidak bisa memaafkan perbuatan Mutia yang pernah memasukkan obat perangsang ke minuman Raka ketika sedang bersamanya. Beruntung Raka tidak meminum semuanya dan pergi meninggalkan Mutia ketika itu.
"Papa, lupakan. Itu masa lalu dan juga tidak ada yang terjadi karena hal itu. Fokus kita sekarang hanya kebahagiaan Raka dan Jelita jangan pernah memikirkan hal lain." Bu Rena tidak ingin suaminya semakin tersulut emosi.
"Maka dari itu, Ma. Keponakanmu itu adalah ancaman bagi rumah tangga Putra kita!"
Pak Wijaya berlalu meninggalkan Istrinya yang tetap saja akan membela Mutia dalam segala situasi. Kekhawatiran Pak Wijaya bukan tanpa alasan, ia tidak ingin hal yang ia takutkan terulang kembali. Biar baimanapun Mutia adalah orang yang akan melakukan segala cara untuk mendapatkan keinginannya.
TBC 🌻
.
.
.
Happy Reading, semoga kalian suka. Mohon tinggalkan jejak.
Rawr 🐯🐯
Seru bnget
btw tgl yg author sematkan itu tgl kelahiran anak aku 🥰