Terjerat Cinta Selingkuhanku

Rasanya Eliza ingin menangis kala Alex memberinya sejumlah cek dan meminta melupakan kegiatan yang semalam mereka lakukan.

"Sialan, kenapa sampai harus berhubungan badan sih? Ini tidak seperti yang ku inginkan. Bagaimana kalau aku hamil? Bagaimana kalau dia tidak mau bertanggungjawab jika nanti aku hamil?"

Dia cukup bimbang antara melanjutkan atau mengakhiri rencananya. Jika dia melanjutkan, Eliza tidak ingin terjadi hal ini lagi dan takut pria itu malah kembali melakukannya, dan jika berhenti Mauren kesenangan mendapatkan pria yang jauh lebih segalanya dan tentunya tidak akan ada efek jera.

Eliza menghubungi Sarah serta Celline guna meminta pendapat mengenai hal yang tengah terjadi padanya.

Eliza meminta kedua orang itu untuk datang ke tempat yang dirinya tentukan. Eliza juga memberitahukan alamatnya sambil berjalan ke ruang ganti pakaian.

*****

"Ada apa kamu meminta kami datang kesini dan berkumpul seperti ini?" tanya Sarah basa basi tapi juga senang jika sahabat nya ada waktu untuk nongkrong bersama.

Eliza nampak menghela nafas berat seraya bersandar ke penyangga kursi yang ia duduki. Tangan kanannya mengambil kentang goreng lalu ia oleskan ke saus dan ia makan.

"Heh, kamu mau curhat atau mau makan sih? Dari tadi tuh mulut banyak makan," ujar Celline.

Eliza melirik Celline dan tersenyum masih dalam mode mengunyah, "aku lapar jadi makan dulu," tuturnya tersenyum cengengesan sampai mengabiskan satu piring kentang goreng saus tomat.

"Kamu seperti kerasukan setan kelaparan sampai mulut mungil mu itu terus saja memakan makanan apa saja, heran deh." Sarah juga memperhatikan cara Eliza makan yang tidak biasanya.

Setelah menghabiskan makanannya, barulah Eliza buka suara mengenai yang terjadi.

"Aku mau mundur saja jadi pelakor, rasanya gak akan sanggup menghadapi pria yang sok bersih perfeksionis itu," kata Eliza membuat Sarah dan Celline tersedak makanan dan minuman. Sarah tersedak minuman, dan Celline tersedak makanan.

"Semudah itu menyerah?" ujar Sarah dan Celline bersamaan begitu kompak seakan penuh keterkejutan.

"Aku tidak mau Alex malah menjadikanku budak nafsu nya. Aku tidak mau di jadikan wanita bayaran, itu bukan diriku." Eliza mulai mengeluh tentang apa yang ia alami dan ia rasa.

Sarah serta Celline saling lirik menatap heran dan kembali menatap Eliza meminta penjelasan atas apa yang dikatakannya.

"Maksudnya gimana ?" tanya Sarah belum mengerti kemana arah pembicaraan Eliza saat ini.

Namun, Celline nampak berpikir dan mencerna setiap kata yang sang Bos ucapkan.

"Jangan bilang kalau Alex memaksa mu melayani nafsu birahinya?" ujar Celline menebak apa kemana arah pembicaraan Eliza secara tepat sasaran.

"Hei, kamu jangan asal nebak. Tidak mungkinlah Eliza menjadi budak nafsu pria perfeksionis itu. Dia kan pria yang anti wanita dan pastinya tidak sembarang mau menyentuh wanita," kata Sarah di buat heran dan terkejut tapi juga mulai berpikir ke arah sana.

"Itu hanya berlaku bagi wanita yang tidak di takdirkan untuknya. Alex itu memang memiliki penyakit alergi wanita dari dia lahir, dan hanya orang yang akan menjadi jodohnya yang bisa membuat Alex bisa menyentuh wanita dan pastinya khusus keturunan Abraham yang bisa berdekatan dengannya. Ini memang aneh tapi ini kenyataan yang ada. Itu rahasia dari seorang Alexander Abraham," ujar Celline seakan paham betul siapa Alex dan tahu juga apa yang tidak di sukai pria itu.

"Kamu tahu betul masalah pria itu, Celline. Nampak sekali jika kamu sudah banyak mengetahui tentang Alexander Abraham." Sarah memicingkan mata menatap curiga pada wanita yang menjadi asisten Eliza ini.

"Ish, tatapannya tidak perlu curiga gitu. Aku tahu karena memang dia saudara ... eh," Celline terbelalak melotot kan matanya lalu menutup mulut keceplosan membuka sesuatu yang ia rahasiakan.

"Celline, kamu!" Eliza dan Sarah terhenyak mendengar kata yang keluar dari mulut Celline. Benarkah dia saudaranya Alexander Abraham atau hanya kenal biasa atau hanya tahu lewat pengetahuan dari orang-orang saja?

"Enggak lah, masa aku kenal dengan seorang Alexander anak dari pemilik berlian di kota kita, mustahil itu. Aku hanya mengaku saja saudaranya karena setahuku dia tidak punya saudara di negara ini," ucap Celline sambil mengambil gelas berisi minuman dan meminumnya.

"Jangan sampai mereka tahu kalau saya sepupu Alex," batin Celline.

"Hmmm kamu ada benarnya juga. Eh, tadi kamu mau bilang apa, Eliza?" kata Sarah kembali ke pembahasan tentang Eliza.

"Aku tidak mau jadi pelakor," jawab Eliza.

"Kenapa begitu?" ujar Sarah dan Celline bersamaan.

"Tidak, kamu harus melanjutkan rencanamu untuk menjerat Alex agar berpaling kepadamu. Jangan pantang menyerah hanya karena kesalahan yang tidak kamu inginkan. Kamu tidak ingat bagaimana Mauren merebut suamimu? Seharusnya kamu juga bisa melakukan itu, Eliza. Jika kamu berhenti di tengah jalan tidak akan ada orang yang berani memberikan pelajaran yang setimpal atas setiap perlakuannya selama ini. Aku harap kamu jangan menyerah, Eliza." Celline begitu menggebu k tidak ingin berhenti di tengah jalan. Bukan tanpa alasan, karena Celine juga ingin membalaskan dendam atas apa yang Mauren lakukan kepada kakaknya dulu.

"Tapi aku tidak mau menjadi jalang dia, Celline. Aku bukan wanita seperti itu." Eliza menatap sendu silih berganti mata Sarah dan Celine sampai tak terasa air matanya menetes begitu saja.

"Jadi apa yang aku pikirkan benar jika Alex sudah melakukannya padamu?" tanya Celline lagi ingin memastikan bahwa pikirannya tidaklah salah. Sarah terus menatap Eliza dengan tatapan serius seakan menunggu jawaban yang wanita itu ungkapkan.

Dan Eliza mengangguk mengiakan jika mereka memang sudah melakukannya. "Semalam dia membawaku ke apartemennya dan menyuruhku menyiapkan segala pakaian yang akan ia bawa ke luar kota nanti, tapi apa yang dia lakukan? Dia ... dia malah memaksaku melayaninya dan tadi pagi ..." Eliza menjeda ucapannya di saat isak kecil menyelimuti dirinya.

"Tadi pagi dia malah menyuruhku melupakannya setelah apa yang terjadi kepada kita. Dia meninggalkan ku seorang diri di dalam apartemen itu dengan sebuah cek yang nominalnya cukup besar. Itu artinya dia menganggap ku jalang yang hanya digunakan sekali pakai langsung bayar. Aku tidak ingin hal itu terjadi lagi, Sarah, Celline. aku tidak mau."

Sarah dan Celline termangu di tempat tak berkutik sedikitpun. Dia tidak menyangka jika tuan perfeksionis yang tidak suka di sentuh wanita itu malah menyentuh Eliza melebihi dari sebuah sentuhan.

"Jadi kamu dan dia sudah bersatu meski hanya karena terpaksa?" tanya Sarah dan diangguki oleh Eliza yang masih terisak kecil.

"Oh my God! Bagaimana kalau kamu hamil?" ujar kedua wanita itu secara bersamaan mengkhawatirkan keadaan Eliza kedepannya.

Deg ...

Eliza mendongak, "Itu yang aku khawatirkan."

"Kamu harus kejar terus Alex sampai dia berpaling padamu dan melepaskan Mauren menggunakan tubuhmu," saran Celline di luar logika keduanya.

"Minta dia bertanggungjawab untuk menikahimu secara siri dan kejar dia keluar kota agar pria itu tidak bisa kabur seenaknya setelah apa yang dia lakukan kepadamu. Dengan kalian menikah, kamu lebih leluasa menjerat Alex menggunakan tubuhmu yang mungkin tidak akan ia dapatkan dari wanita manapun selain darimu. Buat dia kecanduan tubuhmu hingga buat dia mencintai mu sampai Alex menceraikan Mauren! Kalau kamu mencintainya bisa kamu lanjutkan pernikahan siri itu, tapi jika kamu tidak mencintainya kamu bisa mengakhiri sandiwara itu."

"Celine, kamu yakin menyarankan Eliza menjadi istri siri Alex? Apa ini tidak akan membuat orangtuanya Alex marah? Kita 'kan sudah tahu jika Alex itu anak orang kaya dan tidak mungkin semudah itu bisa bersanding dengan orang kaya macam dia," sahut Sarah sedikit kurang menyukai saran Celline tapi juga bisa di coba.

"Mami Rosa tidak melihat seseorang dari harta, tapi dia melihat kebaikan nya dan bersiaplah, kamu harus mengejar Alex ke kota."

"Tunggu, ini maksudnya seperti apa?" Eliza masih kurang memahami ide Celline.

"Kamu lanjutkan rencana mu dan nikahi Alex agar kamu lebih leluasa dan tidak melakukan dosa saat kamu berhubungan dengannya," ucap Celline mengulang kembali perkataannya dengan jelas, tegas, dan begitu terdengar seperti memerintah seakan tidak ingin bantah.

"Apa?!"