🌹Alan Praja Diwangsa & Inanti Faradiya🌹
Ini hanya sepenggal cerita tentang gadis miskin yang diperkosa seorang pengusaha kaya, menjadi istrinya namun tidak dianggap. Bahkan, anaknya yang ada dalam kandungannya tidak diinginkan.
Inanti tersiksa dengan sikap Alan, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak diduga
🌹VOTE🌹
Alan memberi jabatan tangan pada pemimpin perusahaan di cabang industri makanan. Alan sendiri adalah investor yang akan mendanai perusahaan itu, dia juga butuh perusahaan itu untuk menyuplai segala kebutuhan di hotel dan real estate miliknya.
"Terima kasih atas kerja sama anda, Tuan Alan."
"Saya percayakan semuanya pada anda," ucap Alan kemudian meninggalkan tempat itu lebih dulu.
Diikuti oleh sekretarisnya, Alan berjalan melewati koridor. Dia merasa lelah, pulang ke aprtemen agak jauh, membuatnya memutuskan untuk menginap di hotel. Apalagi ini sudah malam.
"Lee siapkan kamar hotel untuk saya."
"Baik, Tuan."
Lee sang sekretaris membukakan pintu mobil untuk majikannya mengendarai sendiri. "Hotelnya suda saya pesan, di Prajana Hotel terdekat."
"Oke."
Alan mengendarai mobilnya menuju hotel terdekat miliknya. Dia merasa sangat lelah, tidak bisa jika terus membuka mata dan mengingat kenyataan bahwa dia masih belum bisa menemukan anak dan istrinya.
Sesampainya di hotel, Alan memberikan kunci mobilnya pada petugas. Dia mendekati meja resepsionis.
"Semalat malam." Alan lebih dulu menyapa pada resepsionis bernama Bella itu.
Tahu itu majikannya, wanita yang bekerja menjadi wajah hotel iti berdehem sebelum mengatakan, "Selamat malam, Tuan Alan. Ini kartu anda, Tuan Lee meminta saya memberikan anda kamar 1201."
Alan terdiam sesaat ketika menerima kartu itu.
"Ada yang salah, Tuan?"
"Tidak."
Alan berjalan menunu lift. Itu adalah kamar di lantai dua belas, yang menghadap langsung pada gemerlapnya kota Jakarta.
Saat membuka pintu kamar itu, jantung Alan berdetak kencang. Bukan karena bagusnya kamar itu, dengan dua lantai, kolam renang sendiri dan juga anggur eksklusif. Melainkan karena itu adalah tempat dirinya dan Inanti.
Alan merasa tidak nyaman.
Ini adalah penthouse di hotelnya. Ada tiga kamar, ruang tamu, ruang keluarga, dua kamar mandi dan satu kamar mandi di dalam kamar. Juga berbagai pelengkap lainnya.
Alan berjalan ke dalam, rasanya sesak mengingat kebodohan yang dia lakukan. Dulu dia melempar uang yang dimilikinya pada Inanti, menyuruhnya bungkam dan melanjutkan hidup tanpa mempedulikan benihnya akan tumbuh.
Alan menghubungi Lee.
"Hallo, Lee. Bisakah kau kemari sekarang?"
"Baik, Tuan."
Dalam hitungan menit, Lee sudah ada di sana menemui Alan dalam kamar hotel.
"Tuan?"
"Masuklah, ikuti aku."
Alan menaiki tangga dan membuka salah satu pintu kamar. "Ubah ruangan ini menjadi tempat bermain bayi dan anak anak, penuhi dengan boneka dan utamakan keselamatan."
"Maaf, Tuan?"
"Ini akan menjadi tempar pribadiku jika berkunjung. Jangan biarkan yang lain menginap di sini."
"Seseorang dari kedutaan Jerman dikabarkan akan memakai kamar ini dengan keluarganya tanggal 26."
"Batalkan atau alihkan ke hotel lain, penthouse di sini milikku."
"Baik, Tuan."
Karena Alan yakin, dia akan membawa kembali anak dan istrinya ke dalam pelukannnya. Dan dia akan mengawali semuanya dari dasarnya, membangun rumah tangga dengan benar.
🌹🌹🌹
Inanti bersiap siap untuk mengikuti pengajian dengan membawa serta Nadia. Namun, Nadia yang menangis terus membuat Inanti tidak bisa keluar rumah.
"Anak Mama kenapa nangis terus?'
Seolah Nadia tidak ingin keluar dari rumah.
Alhasil, Inanti berniat mendengarkan ceramah dari dalam rumah.
Apalagi Nadia kini mulai memejamkan mata saat ditidurkan bersama ibunya di atas kasur. Bayi mungil itu seolah enggan pergi dari kenyamanan itu.
Sampai sebuah telpon menyadarkan Inanti. Itu adalah telpon seluler jadul yang diberikan ayahnya supaya mereka masih terhubung. Untuk yang lama, ayahnya buang karena takut akan ditemukan Alan.
"Assalamualaikum, ada apa, Yah?"
"Waalaikumsalam. Nan, besok ayah gak bisa ke sana ya."
"Iya, Yah. Gak papa. Ayah sekarang di mana?"
"Masih ngangkut barang ke luar kota. Gimana keadaan kamu sama Nadia?"
"Alhamdulillah sehat, Yah. Ayah gimana?"
"Alhamdulillah."
"Jaga kesehatan, Yah. Jangan kecapean."
"Iya. Ayah tutup dulu, ya. Ada boss. Assalamualaikum."
"Waalaikusalam."
Inanti kembali fokus pada Nadia yang terlihat sangat kehausan meminum susu asi. Membuat Inanti tersenyum tipis, bagaimana makhluk secantik ini sangat rapih dan membutuhkan kasih sayang.
Inanti menggenggam tangan putrinya dan menciumnya berulang.
Sampai Nadia merasa kenyang, dia melepaskan put*ng susu ibunya. Membuat Inanti kembali memasukannya.
Kening Inanti berkerut saat ada mobil berhenti di depan rumahnya, apalagi dia mendengar suara pintu diketuk.
"Assalamuaalaikum?"
"Waalaikumsalam," ucap Inanti membuka pintu. "Ada apa, Pak?"
"Maaf, Bu. Saya boleh ikut parkir? Lapangan di sana dijadikan parasmanan. Majikan saya donatur untuk acara ini, boleh parkir di sini, Bu?"
"Silahkan, Pak."
"Terima kasih, Bu."
Dan saat sang majikan pria tua itu keluar dari mobil, tatapannya terpaku pada Inanti yang hendak masuk ke dalam rumah.
"Inanti? Nan? In?"
Inanti mengerutkan kening karena gelap, sampai pria itu datang pada cahaya. "Judi?"
🌹🌹🌹
Tbc
thor bikin ceritay mamay alan dunk dan papay