Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
"Maaf, Aurel. Mereka sungguh tidak sabaran. Tadi pagi menayangkan lagi ke saya. Jadi apa kamu bisa memberikan keputusan kamu saat ini juga??? Seandainya kamu tidak berminat, saya akan memberikan tawaran ini ke teman kamu yang lain. Seperti yang saya bilang, kamu prioritas saya. Kriteria yang di inginkan kedua perusahaan ini, kamu memenuhi nya."
"Alhamdulillah, terima kasih atas kepercayaan dan kesempatan yang sudah Prof berikan pada saya. Saya akan mengambil kesempatan di perusahaan di Surabaya saja. Prof. Meskipun letak nya cukup jauh dari rumah orang tua saya, tapi masih satu kota. Kemungkinan lebih mudah untuk mendapatkan izin."
"Kamu yakin?? perusahaan di Jakarta menawarkan posisi yang lebih tinggi, apa tidak sayang, Rel???"
Aku menggeleng. "Saya merasa kurang layak kalau langsung menjabat sebagai manager, Prof. Teori mungkin saya menguasai, tapi pengalaman kerja saya belum ada. Lagi pula itu pasti akan sulit mendapatkan izin dari orang tua saya. karena sudah 4 tahun saya merantau. Saya yakin mama saya pasti akan keberatan."
Prof Fabian mengangguk. "Baiklah siapkan CV kamu segera. Kirim lewat email saya. Saya yang akan meneruskan langsung ke perusahaan itu.
Aku tersenyum lebar. "Sekali lagi terima kasih, Prof."
Prof Fabian mengangguk.
Aku segera merogoh tas selempang ku begitu aku sudah keluar dari ruangan Prof Fabian, untuk mancari ponsel ku. Aku ingin memberi kan kabar gembira ini dengan sahabat ku Tina.
Baru saja aku geser tombol kunci layar ponsel ku. Ternyata sudah ada pesan dari si jutek.
Om Arif, Astaga!!!!
[ Jutek : Aurel, mana laporan kamu????]
Huffff, aku menyentak nafas kasar, Astaga, si Om Om cerewet ini. Benar benar seperti debt kolektor saja. sungguh tak sabaran banget jadi orang.
[ Jutek : Aurel, balas cepat!!! ]
Selain cerewet nya minta ampun, Om Arif juga tipe orang yang gak sabaran. Lihatlah sekarang malah telepon nya yang meneror ku.
📱 "Assalamualaikum, Aurel. Kamu lagi apa? Kenapa tidak segera membalas pesan ku?"
📱 "Wa'alaikumussalam, Om apa tidak takut terkena stroke? marah marah mulu kerjaan nya. Aku masih di kampus, Om. lagi revisi.
📱 "Oh, Oke. Assalamualaikum."
Dan klik sebelum aku menjawab salam nya. Dasar tua Bangka sialan!!!
Dia cuma mau dengar apa yang dia ingin tahu Sajam begitu sudah tahu tanpa basa basi langsung kabur. Tanpa mau kepoin aku dulu lagi di kampus bagaimana kek, lalu hasilnya gimana kek.
Kampret memang!!!
Aku hendak melanjutkan niat ku untuk menelpon Tina tapi sebuah pesan masuk lagi.
\[ Jutek : Kabari aku jika kamu sudah sampai di kos kosan kamu, Aurel. Balas cepat gak pakai lama!!\]
Aku menarik nafas dalam dalam.
[ Aurel : Sendiko dawuh yang mulia. Apa ada yang lainnya lagi yang mulai???]
Langsung centang biru. Tapi tak ada notifikasi jika dia sedang mengetik.
Aku mencebik. Dasar egois. Dia cuma ready pesan ku. Ish!!!!
Aku memilih tak menghiraukan Om Arif lagi. Terserah dia mau balas atau tidak. Suka suka dialah.
Aku memilih melanjutkan niatku menelpon Tina sahabat ku. Aku memberi tahukan kalau revisi ku lolos dan aku mendapatkan penawaran di perusahaan dari prof Fabian.
Tina sangat antusias mendengar kabar gembira ku.
📱 "Iya, mama sudah bilang ingin aku kerja dekat dekat saja, Na. Dari semester 5 sudah mewanti-wanti."
📱 "Itu juga gak apa-apa. Kamu ambil tawaran di Surabaya. Nanti kita bisa saling mengunjungi." Ujar Tina.
Aku menarik nafas lega.
📱 "Kalau Senin, berarti 5 hari lagi, Rel. Lalu bagaimana dengan cafe??? Resign??? Wisuda kamu nanti gimana???'"
📱 "Prof Fabian bilang perusahaan akan memberikan kelonggaran penuh untuk urusan kuliah ku yang tersisa, Na. Aku masih bisa ikutan wisuda. Kalau cafe aku akan resign. Mungkin kamis atau Jumat, Na Sabtu rencana nya aku akan pulang."
📱 "Lalu kos kosan kamu??? Baru juga kamu tempati. Kamu juga sudah bayar dua bulan kan, sampai kamu wisuda nanti??'
📱 "Aku pikir biarkan dulu, Nya bisa aku jadikan tempat tujuan jika masih ada urusan kampus."
📱 "benar benar. sekali lagi selamat ya, Rel. Aku ikut bahagia dengan pencapaian kamu. Gajian pertama, jangan lupa traktir aku loh." Kekeh Tina.
📱 "Aman aman, insya Allah.'
*
Tring
[ Jutek :Apa sudah sampai??? Jangan bilang kalau kamu lupa ngabari aku!!!]
Glek
Aku menelan ludah ku dengan susah payah. Astaga, kang kredit satu ini, sungguh tak sabaran banget.
[ Aurel : aku baru sampai, Om.]
Om Arif terlihat sedang mengetik.
[ Jutek :Aku harus meninggalkan Bandung malam ini. Bisa kita bertemu sebentar??? Aku akan sampai lima menit lagi.]
[ Aurel : Sampai?? Kemana??]
[ Jutek : Temui aku di depan kos kamu, Aurel. Aku gak mau masuk]
Dih, pede siapa pula yang ngajak kamu masuk???
\[ Jutek : Aurel, jawab\]
\[ Aurel : Iya, iya , Om. Bentaran, aku taruh tas ku dulu\]
Tak ada balasan. Aku segera meletakan yaa selempang ku ke atas kasur. Lalu segera mengunci kembali kamar kos ku. Dan bergegas keluar sebelum debt kolektor ngereog.
"E, Neng Aurel, kok keluar lagi?? Bukannya baru pulang ya???" Tegur Bu Rani dari arah dapur.
Aku tersenyum tipis. "Saya mau beli makan siang, Bu. lupa tadi tak langsung beli." Sahut ku asal.
"E, kebetulan saya baru selesai masak ini. Ayo makan bareng saya. Anak saya pulang nya masih nanti sore."
Waduh, salah beralasan aku....
Aku meringis. "Saya makan di luar saja Bu, kebetulan saya ada janji sama teman juga. Maaf ya Bu, saya permisi dulu, khawatir teman saya kelamaan nunggu. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam." Sahut Bu Rani.
Aku langsung lari cepat, bisa gawat kalau Om Arif datang duluan, bisa bisa keluar tanduk nya ngomel ngomel sepanjang jalan kenangan.
DEGH!!!
Mati aku, beneran dia sudah sampai. Mobil hitam Om Arif terparkir agak jauh dari pagar kos ku.
"Masuk!!!"
Hah,??? Kok masuk????
"Astaga Aurel!!! Masuk cepat, buruan!!!" Sentak nya.
Aku pun buru-buru membuka pintu penumpang . Om Arif melirik ke arah kos kosan ku. Bisa aku dengar nafas lega nya sebelum dia melanjutkan mobil nya lurus.
Aku mengulum senyum. Oalah, dia tergopoh-gopoh menyuruh ku masuk karena khawatir ketemu Bu Rani. Pantas saja dia bilang di chat dia gak mau masuk. ada bahan buat ledekin dia nih.
"Kok gak masuk kos kosan ku saja si, Om, kalau Om yang masuk kan di kasih privilege tuh sama Bu Rani janda bahe. ....'"
"Tutup mulut kamu!!! Mau mati kamu, Aurel???'"
Aku tergelak. "Kalau aku mati, duda dua kali dong si Om" ledek ku.
Om Arif bergeming, dia melirik ku malas. Dih, urat humor nya pasti sudah putus. Makanya dia bisanya hanya marah marah mulu.
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.