Aurora Clarissa adalah seorang gadis piatu yang dibesarkan di panti asuhan sejak ia masih bayi, dia tidak pernah tahu siapa orang tuanya.
Suatu hari ibu panti memaksa Aurora untuk menikah dengan salah satu putra donatur panti, bagi kebanyakan orang itu adalah sebuah keberuntungan bisa menikah dengan orang terpandang, tapi tidak dengan Aurora, pernikahan ini bagaikan neraka di hidupnya karena telah merenggut kebebasan dan masa mudanya.
Seperti apa kelanjutan dan perjalanan hidup Aurora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himeka15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Aurora sekarang sedang berada di ruang kerja ayah mertuanya, ia berdiri menatap Zafar yang duduk di kursinya.
"Ada apa papa memanggil aku?" tanya Aurora meremas bagian samping gaunnya.
"Duduklah!" Zafar bukan menjawab pertanyaan dari menantunya yang ada ia malah menyuruh Aurora duduk pada kursi di hadapannya.
Aurora patuh ia langsung mendaratkan bokongnya di atas kursi sambil menundukkan kepalanya.
"Apa ada masalah di sekolah?" tanya Zafar yang ingin mendengar langsung dari Aurora.
"Enggak ada pak," jawabnya berbohong.
Sesuai prediksinya Aurora pasti tidak akan memberitahu masalahnya sama sekali pada dirinya.
"Papa tahu masalah di sekolah," ujar Zafar dingin sambil menatap intens pada menantunya.
Aurora mendongak, "bagaimana menurut papa tentang masalah itu?" Aurora memilih bertanya seperti itu daripada ia capek menanyakan darimana ayah mertuanya tahu masalahnya karena ia yakin Zafar memiliki banyak mata-mata.
"Tidak usah pikirkan. Papa sudah tahu siapa orang yang menyebarkan gosip murahan itu."
"Siapa?" tanya Aurora penasaran.
"Besok kau akan tahu," balas Zafar datar.
Aurora menarik sudut bibirnya kikuk, "pa, bagaimana tentang nama belakang?" tanyanya.
"Jika ada yang bertanya bilang saja kalau kami telah mengadopsi-mu Aurora," jawab Zafar dingin. "Jika ada yang menganggu di sekolah kamu bisa bilang ke papa," sambungnya.
"Baiklah pa," balasnya singkat.
Aurora keluar dari ruangan itu setelah mendapatkan izin dari ayah mertuanya ketika ia berbalik Aurora berpapasan dengan Michael yang sepertinya mau bicara dengan ayahnya.
Mereka cuma saling melirik saja dan melanjutkan langkah yang tadi sempat terhenti.
***
Michael masuk ke dalam ruang kerja ayahnya setelah mendengar sahutan dari dalam.
"Ngapain papa panggil aku?" tanya Michael spontan.
"Apa kau tahu gosip tentang Aurora?" tanya Zafar balik.
"Tahu," jawabnya ringkas.
"Jika ada yang bertanya tentang Aurora bilang jika keluarga kita telah mengadopsinya," ujar Zafar tegas.
"Dia istri kakak bukan anak angkat kalian," balas Michael berdengus kesal.
"Dengarkan saja apa yang papa perintahkan," ucap Zafar sedikit membentak Michael.
Sedangkan sang empu malah menggaruk telinganya sambil menatap malas ayahnya, "ya ya kalau aku ingat kalau enggak ingat bisa apa," ucapnya santai seraya menaikkan bahunya.
Michael melangkah kakinya keluar tanpa meminta izin sama sekali dari Zafar.
Zafar mengelus dadanya dan mengusap rambutnya ke belakang, "untung kau anakku kalau tidak," gerutunya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan paginya Aurora telah bersiap dan rapi setelah mengurus semua keperluan bayi besarnya. Ia turun ke bawah bersama Dion untuk sarapan dapat ia lihat cuma ada Dila di ruang makan.
"Selamat pagi mama," sapa Aurora pada ibu mertuanya.
"Selamat pagi sayang," balas Dila.
Dila mendekat dan mengecup kening putra sulungnya dan ia juga mengecup pipi Aurora.
"Papa mana?" tanya Aurora.
Belum sempat Dila menjawab terdengar suara derap langkah kaki mendekat rupanya itu adalah Zafar.
"Pagi sayang," ucap Zafar mengelus kepala Dion.
"Pagi sayang. Mana Michael?" tanya Dila celingak-celinguk mencari keberadaan putra bungsunya.
"Sepertinya anak itu masih tidur," jawab Zafar menghela nafas.
Aurora cuma dengar saja ia fokus memberi makan bayi besarnya menu sarapan Dion adalah bubur dicampur ayam dan wortel yang telah dihaluskan. Aurora menyuapi Dion diselingi ia juga memakan sarapannya.
Baru Aurora selesai memberi makan suaminya akhirnya Michael datang dengan tas di bahunya.
"Apa kau begadang lagi Michael?" tanya Dila dengan tatapan tajam.
"Enggak, tapi mataku tidak bisa tidur," jawab Michael mengambil apel.
Dila menghela nafas seraya menggeleng pelan kepalanya mendengar jawaban unik putra bungsunya.
"Aurora, mulai sekarang pak Anton yang akan mengantar dan menjemputmu sekolah," ujar Zafar sela meletakkan cangkir di atas meja.
"Kenapa enggak pergi sama Michael?" tanya Dila.
"Aku banyak kegiatan enggak sempat antar jemput princess kalian ini," sambung Michael sinis.
"Aku juga malas pergi pulang samamu," balas Aurora berdengus kesal.
"Kau pikir aku sudi jadi supirmu," sambung Michael dengan mata melotot.
Michael dan Aurora bertengkar kecil dan saling melemparkan tatapan permusuhan satu sama lain, Dion melihat perdebatan kecil mereka merasa tidak suka melihatnya.
Zafar dan Dila tertawa mereka merasa senang atas perdebatan kecil diciptakan mereka berdua karena sudah lama suasana sarapan pagi tidak seperti ini.
Dion mengerang melenguh hingga atensi Aurora teralihkan pada Dion.
"Kenapa?" tanya Aurora khawatir.
"Sepertinya Dion haus," sambung Dila.
Aurora mengambil segelas air putih dan sendok kecil lalu ia mencecoki itu pada Dion pelan-pelan. Padahal Dion tidak haus sama sekali tapi ia senang karena perhatian Aurora tertuju padanya.
Aurora berpamitan pada ayah dan ibu mertuanya ia menyalami punggung tangan mereka begitu juga dengan Dion.
"Aku pamit, jangan nakal," ujar Aurora mengecup kening Dion.
"Heugh..." Dion melenguh sebagai respon.
"Michael, pergi berangkat bersama Aurora," ujar Zafar.
"Kan dia pergi sama pak Anton," balas Michael.
"Apa salahnya pergi sama kan kalian satu sekolah nanti pulang baru Aurora dijemput," sambung Dila.
Michael yang malas mendengar ocehan baik dari ibu dan ayahnya akhirnya pasrah saja.
"Udah ayo kalau lelet aku tinggal," ucap Michael mengambil tasnya.
Wajah Aurora merengut ia mengikuti Michael dengan langkah malas. Dila dan Zafar menyunggingkan senyum merasa lucu dengan tingkah mereka.
"Aku merasa Michael dan Aurora seperti saudara," ujar Dila tersenyum kecil.
"Dilihat dari interaksi mereka tadi layaknya kakak adik yang saling mengejek satu sama lain," sambung Zafar seraya menyesap kopinya.
"Mereka berdua sangat lucu," balas Dila.
Dion menggerutu dalam batinnya menyimak pembicaraan orang tuanya tentang interaksi Michael dan Aurora barusan.
Mereka enggak lucu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Michael menyodorkan helm pada Aurora, sang empu memegang helm itu dengan kening yang berkerut.
Michael memasang air wajah kesal pada gadis yang berstatus kakak iparnya ini. "Cepat pakai!"
Aurora memasang wajah masam seraya memakai helm lalu ia naik ke sepeda motor Michael agak susah karena tinggi.
Michael melihat Aurora telah duduk dari spion segera menyalakan mesin motornya kemudian kuda besi berjalan meninggalkan pekarangan rumah.
Aurora memberi sedikit jarak antara ia dan Michael agar tidak bersentuhan, Michael yang melihat itu menyunggingkan senyum seringai dan tidak terduga ia menambah kecepatan laju motornya.
Aurora yang kaget reflek memeluk pinggang Michael sambil memejamkan kedua matanya, Michael tersenyum tipis dan tidak ada niat sama sekali menurunkan kecepatannya yang ada ia semakin menambah gas.
Tidak terasa akhirnya mereka berdua telah tiba di parkiran sekolah, semua mata orang-orang tertuju pada mereka karena Michael tidak pernah membonceng siapa pun di motornya itu.
"Turun," ucap Michael datar.
Aurora memasang wajah sinis turun dari motor dan membuka helm kemudian ia meletakkan helm itu di atas motor.
"Makasih," ujar Aurora langsung melangkahkan kakinya meninggalkan parkiran.
Segi penokohan ya unik biasanya pemeran utama selalu digambarkan secara sempurna tanpa cela. Tapi di cerita ini setiap tokoh memiliki kekurangan masing-masing.