Clara yang tak tau apa-apa.. malah terjebak pada malam panas dengan seorang pria yang tak dikenalnya akibat dari jebakan seseorang. Dan dihadapkan pada kenyataan jika dirinya tengah hamil akibat malam panas pada malam itu.
Akankah clara mempertahankan kehamilannya itu, atau malah sebaliknya? Dan siapakah pria yang telah menghamilinya? Dan siapa yang telah menciptakan konspirasi tersebut?
Yuk simak kisah clara disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Buru-buru Airlen menghampiri sosok seorang anak yang tengah berbaring di atas tempat tidur rumah sakit itu, yang di hidungnya terpasang selang oksigen dan di punggung tangannya tertusuk jarum infus.
"Arsen..." panggil Airlen sembari terus menatap wajah anak yang begitu mirip dengannya, yang bedanya wajah anak itu sedikit agak pucat. "Apa benar ini, kau..??" ucapnya dengan rasa tak percaya, jika wajah yang dimilikinya juga dimiliki anak lain, yaitu Arsen. Bahkan Airlen sampai berfikir, mungkin saja yang dikatakan Arsen adalah benar adanya, jika sebenarnya dirinya dan Arsen adalah saudara kembar yang terpisah.
"Heh. Menurutmu!" Arsen berucap dengan nada lemah, tak seperti biasanya.
Airlen terus saja menatap wajah Arsen, hampir tak berkedip sama sekali.
"Kau ingin bertukar tempat atau hanya ingin menatap wajah tampan ku saja?" ledek Arsen.
Mendengar ledekan Arsen, seketika membuyarkan fikirannya tentang jika dirinya dan Arsen adalah saudara kembar. Mana mungkin dirinya memiliki saudara kembar yang absurd nya macam Arsen, fikir Airlen.
"Ck, ternyata benar kau memang Arsen," ucapnya dengan menyindir .
"Hehehe. Sudahlah, cepat bantu aku bangun. Sebelum ada yang datang."
"Tapi Arsen... Apa kau yakin kita akan bertukar sekarang? Sementara kondisimu seperti ini," ucap Airlen yang tak tega melihat Arsen dengan nafas tersengal-sengal.
"Tidak apa. Aku sudah meminum obat dari dokter, jadi aku sekarang lebih kuat," Arsen berkilah karena tak ingin kembali menunda pertukaran itu lagi.
"Sebenarnya kau berbuat apa sampai kau menjadi seperti ini?" tanya Airlen setelah berhasil membangunkan Arsen dari tidurannya.
"Kacang," jawab Arsen singkat dan Airlen pun langsung mengerti.
"Kau itu bodoh atau apa, Arsen! Kenapa kau melakukan hal gila semacam itu??! Kau kata aku yang bodoh, ternyata kau sendiri yang lebih bodoh," ucap Airlen, tapi kali ini Airlen bukanlah sedang menyindir tapi merutuki kebodohan yang telah Arsen perbuat terhadap dirinya sendiri. "Kau seharusnya mencontoh ku..! Apa tak bisa kau gunakan akal mu untuk menggunakan hal yang sekiranya tak membahayakan kesehatanmu?! Apa di sekitarmu tak ada? Contohnya seperti merica, yang bisa kau gunakan untuk kau sedikit menghirupnya agar kau hanya bersin-bersin sesaat. Kau bodoh, Arsen," lanjutnya panjang lebar. Karena itulah yang dilakukannya, yaitu menghirup sedikit bubuk merica yang sehingga membuatnya selalu bersin-bersin.
Ya, itulah yang disebut memiliki ide oleh keduanya, yaitu bertemu di rumah sakit. Sehingga keduanya mencari cara agar bisa ke rumah sakit. Alhasil sekarang keduanya benar-benar berada di sini, di rumah sakit, dengan kondisi yang berbeda, karena Arsen lah yang lebih memperhatinkan.
"Kenapa kau marah? Kau memarahiku seolah kau adalah kakak ku saja," celoteh Arsen, yang membuat Airlen memberengut serta memalingkan wajahnya.
"Sudahlah... Jangan marah lagi. Sebaiknya kau bantu aku," ucap Arsen lagi.
"Apa?!" tanya Airlen ketus.
"Ck, cepat kau naik ke kursi itu dan matikan infus itu, lalu turunkan," ucap Arsen memberi arahan.
"Arsen, apa kau yakin akan melakukannya sekarang? Kau sepertinya tidak sedang baik-baik saja.." ucap Airlen yang khawatir saat melihat Arsen melepas oksigen di hidungnya.
"Aku baik-baik saja. Mana topi dan maskernya?" ucap Arsen yang bersikeras seraya mengulurkan tangannya. Dan Airlen pun memberikan apa yang dimintanya. "Gedget," ucapnya lagi, seraya kembali mengulurkan tangannya.
"Ck, kau sama keras kepalanya seperti dad Arkhan," ucap Airlen tanpa sadar seraya kembali menyerahkan apa yang diminta Arsen, dan ucapannya barusan membuat Arsen reflek menatap Airlen.
"Apa kau menyadarinya sekarang?" ucap Arsen. "Oh ya, apa kau sudah melakukan apa yang aku suruh?" ucapnya lagi saat teringat sesuatu, sebelum Airlen merespon ucapannya yang pertama.
"Hem,"
"Ham hem ham hem. Sudahlah, aku pergi sekarang," ucap Arsen setelah turun dengan membawa infus yang jarumnya masih tertanam di urat nadinya. "Oh ya, di ruangan berapa?"
"103."
"Baiklah, aku pergi sekarang. Ingat! Cari alasan yang tepat, yang sekiranya tidak membuat mereka semua curiga."
"Hem. Kau juga."
Airlen terus menatap kepergian Arsen dengan perasaan tak enak dan khawatir.
***
"Mom!!!" panggil tuan Arkhana dengan seruan saat nampak sang mommy berjalan tak jauh darinya.
Sedang yang dipanggil justru mengerutkan keningnya.
Tuan Arkhana segera menghampiri mommy nya karena sepertinya sang mommy tak mengenalinya, karena memang saat ini dirinya tengah memakai pakaian biasa serta topi dan masker, begitu pula asisten Leo yang juga memakai pakaian yang sejenis dengan yang dipakai tuannya.
Bukan tanpa alasan keduanya seperti itu, itu karena salah satunya adalah seorang Davidson, sementara yang satunya lagi adalah kaki tangan tuan muda dari keluarga Davidson.
Disaat hanya berdua, biasanya keduanya tidak pernah melakukan penyamaran seperti itu, itu dikarenakan keduanya akan menghampiri keluarga nya yang lain yang sedang sakit, dan itupun di rumah sakit lain. Jika saja di rumah sakit sendiri (Davidson Hospital) maka keduanya tak kan perlu penyamaran seperti itu.
"Ini Arkhan," ucapnya setengah berbisik saat telah berada di hadapan sang mommy.
Tuan Arkhana bisa langsung mengenali sang mommy, itu karena mommy nya, Granny Aerin tidak juga sedang memakai masker.
Mom Aerin tidak memerlukan sebuah masker, karena tidak akan ada yang akan mengenalinya. Hanya orang tertentu saja yang dapat mengenalinya. Itu sebabnya, tak ada perlakuan khusus di rumah sakit itu untuk seorang nyonya Davidson, karena memang tak ada yang mengenalnya.
Itulah pengaturan yang diterapkan keluarga Davidson, hanya orang tertentu saja yang dapat mengetahui dan mengenal keluarga inti.
"Kau rupanya! Mom kira siapa."
"Bagaimana Airlen?" tanyanya yang langsung pada intinya.
"Huuuft... Entahlah, kata dokter.. Airlen mengalami alergi, dan itupun alergi kacang. Sangat begitu mustahil bukan..!?"
"Lalu, bagaimana keadaannya sekarang?"
"Sebaiknya kau lihat sendiri saja," ucap Granny Aerin seraya membuka pintu didepannya.
Saat ketiganya telah masuk, Granny Aerin tiba-tiba histeris.
"Airlen! Kenapa selang oksigennya kau lepas?" ucapnya seraya menghampiri sang cucu di pembaringan pasien.
Namun...
"Granny..!!" seru Airlen dengan mata berbinar. "Granny, Airlen rindu..." lanjutnya sembari memeluk granny Aerin dengan erat.
"Airlen?! Kau baik-baik saja?" tanya tuan Arkhana sembari membuka maskernya, karena melihat sang anak yang sepertinya baik-baik saja, tak seperti yang mommy nya katakan.
Airlen pun segera mengalihkan pandangannya ke arah asal suara yang dikenalnya dan rindukan selama seminggu ini.
"Dad..!!" seru Airlen dengan histeris seraya merentangkan kedua tangannya.
Tuan Arkhana yang mengerti pun segera menghampiri.
Dan benar saja, baru saja tuan Arkhana berada di samping tempat tidurnya, Airlen langsung memeluknya dengan erat.
"Apa kau tak ingin memeluk Uncle juga, Tuan muda?" tanya asisten Leo dengan bercanda, karena melihat tingkah Airlen yang seperti lama tak bertemu saja.
Namun tak disangka, candaan nya dianggap serius oleh tuan muda kecilnya. Karena Airlen juga merentangkan tangannya padanya.
"Kau ini kenapa sih, Boys..? Kau bertingkah seperti lama tak bertemu saja," ucap asisten Leo saat sudah berada di pelukan tuan muda kecilnya.
"Memang! Karena yang selama ini bersama kalian kan bukan aku, tapi Arsen. Anak dengan wajah yang begitu mirip denganku."