NovelToon NovelToon
Menikahi Tuan Danzel

Menikahi Tuan Danzel

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:229.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Penyelamatan yang dilakukan Luna pada seorang Kakek membawanya menjadi istri dari seorang Danzel, CEO dingin yang tak memepercayai sebuah ikatan cinta. Luna yang hidup dengan penuh cinta, dipertemukan dengan Danzel yang tidak percaya dengan cinta. Banyak penolakan yang Danzel lakukan, membuat Luna sedikit terluka. Namun, apakah Luna akan menyerah? Atau, malah Danzel yang akan menyerah dan mengakui jika dia mencintai Luna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sayang

Malam menjelang, namun Danzel masih belum bisa membuat Luna kembali berbicara dengannya. Gadis itu terus mendiamkannya dan memilih untuk menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya.

"Luna, ayo! Waktunya makan malam," ucap Danzel, mencoba mengajak Luna berbicara. Tapi, gadis itu tak menyahut sama sekali.

Luna beranjak dari kursi meja riasnya dan bergegas menuju pintu. Tapi, Danzel dengan cepat menghampirinya dan mendekapnya dari belakang. Dia memeluk Luna erat sambil menumpukan dagunya di bahu Luna. Kemudian, ia memiringkan wajahnya, menatap Luna dari samping.

"Kau marah padaku?" tanya Danzel dengan suara lembut.

"Pikir saja sendiri!" balas Luna. Danzel menarik nafasnya dan mengecup pipi Luna. "Jangan cium-cium!" kesal Luna. Dia mengusap bekas kecupan Danzel di pipinya.

Hal itu membuat Danzel tersenyum dan mengecup sekali lagi pipi Luna.

"Danzel! Sudah ku peringatkan, jangan menciumku!"

"Aku tidak bisa," balas Danzel santai.

Luna yang mulai kesal langsung berbalik menatap Danzel. Wajahnya memerah, entah karena marah atau malu, Danzel tidak bisa memastikannya.

"Ada apa, hmm?" Danzel mengulurkan tangannya, hendak mengusap pipi Luna. Tapi, dengan cepat ditepis oleh Luna.

Kelakuan gadis itu membuat Danzel terkekeh. Dan sialnya, Danzel terlihat tampan saat terkekeh seperti itu.

Ck! Aku sangat ingin bertahan dalam suasana hati kesal pada Danzel. Tapi, aku tidak bisa menolak pesona suamiku ini. Batin Luna.

"Dengar, sayang."

Deg!

Jantung Luna berdegup cepat saat Danzel memanggilnya sayang. Panggilan sederhana, tapi mampu membuat jantungnya tak aman.

Luna hanya mampu diam menatap Danzel. Panggilan sayang seperti sihir yang membuatnya tak dapat berbuat apa-apa.

"Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu malu di hadapan ayah dan ibu."

"Bermaksud atau tidak, tetap saja aku malu." Kali ini suara Luna memelan. Dia sadar, bukan salah Danzel sepenuhnya. Seharusnya dia tidak ceroboh.

"Ya sudah, tidak apa-apa jika kau marah. Tapi, jangan lama-lama, okey?" Luna hanya diam tak menanggapi. "Sekarang kita ke ruang makan, ya? Ayah dan ibu pasti sudah menunggu," lanjutnya, yang dibalas anggukan Luna.

Benar apa yang dikatakan Danzel. Di ruang makan, Basil dan Vaela sudah menunggu. Dua orang itu tersenyum hangat saat Luna dan Danzel tiba. Rasa bahagia tak bisa mereka lukiskan melihat kebersamaan Luna dan Danzel.

"Maaf Ayah, Ibu. Luna sedikit terlambat," ucap Luna pada Ayah dan Ibunya, yang dibalas anggukan. Setelah itu, mereka memulai makan malam mereka dengan sedikit perbincangan kecil antara Luna dan kedua orang tuanya, yang sesekali ditimpali Danzel.

***

Setelah semalam menginap di rumah putri mereka, Basil dan Vaela berpamitan pulang. Basil harus menyelesaikan pekerjaannya yang sedikit menumpuk. Oleh karena itu, dia dan sang istri tidak bisa lama menginap di rumah Luna.

"Ayah sama Ibu pamit dulu, ya?" ucap Basil, mengusap lembut rambut putrinya. Raut wajah Luna sudah berubah sendu. Dia masih ingin bersama kedua orang tuanya. Tapi, dia tidak bisa menahan mereka untuk terus bersamanya.

"Ingat! Jaga sikapmu ke suamimu. Jangan membuat Danzel pusing dengan sifat manjamu. Dia sudah lelah bekerja, jangan terlalu merepotkan dia," pesan Vaela.

"Bu, sudah aku katakan. Aku suka Luna manja padaku. Aku tidak merasa keberatan atau merasa direpotkan," sahut Danzel.

Vaela tersenyum dan menghampiri Danzel. "Terima kasih, Nak. Ibu dan Ayah berdoa agar kau dan Luna terus bahagia," ucap Vaela.

Setelah itu, Basil dan Vaela berpamitan pergi. Luna tak henti-hentinya melambaikan tangannya meskipun kedua orang tuanya sudah menjauh bahkan menghilang dibalik gerbang rumah.

Danzel mengajak Luna masuk setelah mengantar kedua mertuanya. Tak ada bantahan atau apapun yang keluar dari mulut Luna. Melihat kesedihan sang istri, Danzel menarik Luna dalam pelukannya.

"Sudah. Tidak perlu terlalu sedih. Kita masih bisa berkunjung ke rumah ayah ibu. Kita bisa ke sana kapan pun kita mau," tutur Danzel mencoba menenangkan istrinya. "Ke kamar ya? Kita belum sempat istirahat siang tadi," lanjut Danzel.

Luna menatap suaminya kemudian mengangguk. Keduanya berjalan bersama sambil bergandengan tangan. Tapi tiba-tiba, Danzel melepaskan gandengannya dan langsung menggendong Luna.

"Danzel, kenapa menggendongku?"

"Kau lambat berjalan," ucapnya santai.

"Aku akan berjalan cepat. Ayo, turun— aaakkhhh!" Luna berteriak keras ketika Danzel tiba-tiba berlari. Spontan dia mengalungkan lengannya di leher Danzel. Dan beberapa detik berikutnya, ia berhenti berteriak saat Danzel memelankan langkahnya dan berjalan santai menaiki tangga.

Tiba di kamar, Danzel membaringkan Luna dengan pelan. Setelahnya, ia ikut berbaring di samping Luna.

"Aku lelah, Sayang," ucap Danzel, melingkarkan tangannya di pinggang Luna.

Luna tersenyum dan mengusap lembut keringat yang menempel di dahi Danzel. "Hehe... siapa suruh menggendongku sambil berlari seperti tadi? Jadi lelah sendiri kan?

"Aku hanya ingin membuatmu tertawa," balas Danzel, semakin mengeratkan pelukannya. Dia kemudian menyusupkan wajahnya di ceruk leher Luna, menghirup aroma Luna yang sekarang menjadi kebiasaannya.

Luna tak menolaknya. Dia membiarkan Danzel melakukan apa yang lelaki itu sukai. Tapi, hingga hampir dua menit berlalu, tidak ada pergerakan dari Danzel. Dan ternyata dia sudah terlelap.

***

Malam hari, setelah makan malam, Danzel langsung menuju ruang kerjanya. Ada beberapa hal yang harus di urusnya, terutama kesiapan dokumennya untuk ke luar kota besok.

Pintu terbuka tak membuat Danzel menoleh. Dia benar-benar fokus pada pekerjaannya sekarang.

"Ini, jus untukmu," ucap Luna, meletakkan segelas jus di atas meja. "Kenapa tidak bilang dari kemarin kalau besok ke luar kota?"

Danzel melepas pandangannya dari pekerjaannya, lalu menatap Luna. Dia meraih tangan gadis itu dan mengecup telapaknya.

"Aku takut kau kepikiran," ucap Danzel menatap lekat wajah Luna.

Kening Luna mengerut bingung. Dia tidak paham apa yang Danzel katakan. "Kepikiran kenapa?"

"Ini pertama kalinya aku meninggalkanmu sendirian di rumah. Aku takut kau kepikiran karena aku akan meninggalkanmu."

"Aku tidak semanja itu. Ini urusan pekerjaan. Kau harus berjuang untuk kelangsungan perusahaan. Akan sangat kekanakan kalau aku melarangmu pergi hanya karena aku tidak mau ditinggal," jawab Luna.

Danzel yang mendengarnya terdiam. Jawaban Luna entah kenapa membuatnya tak senang. Dia sudah berharap agar Luna merengek manja agar dia tidak jadi pergi. Atau, merengek meminta untuk ikut. Tapi ternyata, semua yang ia harapkan tak menjadi kenyataan.

"Kau tidak keberatan aku meninggalkanmu?"

"Tidak. Lagi pula, hanya beberapa hari kau di luar kota."

Danzel lagi-lagi terdiam lalu mengangguk ragu. Ia mengecup telapak tangan Luna sekali lagi, lantas kembali pada pekerjaannya. Meski begitu, dia tidak bisa fokus bekerja sekarang. Pikirannya terus memutar ucapan Luna.

Tepukan pelan dibahunya membuat Danzel tersadar. Dia berdehem pelan, kemudian menatap Luna lagi. "Ada apa?" tanya Danzel. Luna bisa melihat raut tak rela suaminya.

"Aku ingin ke kamar lebih dulu untuk menyiapkan semua kebutuhanmu untuk berangkat besok," ucap Luna.

"Aku sedikit lagi selesai. Tunggu sebentar, okey?" Danzel melanjutkan pekerjaannya tanpa mau mendengar jawaban Luna. Tindakan Danzel menunjukkan jika dirinya tak ingin dibantah. Dan Luna memahaminya.

Gadis itu menjauhi Danzel dan duduk di sofa yang berada tak begitu jauh di depan meja kerja Danzel. Dia memutuskan untuk tidak mengganggu Danzel, dan memilih menatap suaminya itu dalam diam. Setelah beberapa saat, Danzel membereskan meja kerjanya dan menghampiri Luna.

"Ayo, ke kamar. Aku sudah selesai."

Luna segera bangun, kemudian langsung berjinjit mengalungkan kedua lengannya di leher Danzel. Membuat sudut bibir Danzel tertarik membentuk senyuman tipis.

"Ada apa, hmm?" tanya Danzel.

Luna tak langsung menjawab. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Danzel, lalu membisikkan sesuatu. "Aku ingin digendong," bisiknya, yang sontak membuat Danzel tersenyum lebar.

"Tentu saja, Tuan Putri," balas Danzel, kemudian menundukkan tubuhnya dan menggendong Luna lalu membawanya ke kamar.

"Danzel, apa aku berat?" tanya Luna. Dia cukup kasian pada suaminya jika harus menggendongnya melewati tangga.

"Tidak," balasnya.

"Katakan sejujurnya jika aku berat. Aku tidak akan marah. Aku akan turun dan berjalan sendiri."

"Untuk apa? Kita sudah sampai di depan kamar," kata Danzel santai, menyadarkan Luna jika mereka sudah berada di depan pintu kamar mereka.

"Bagaimana bisa?" gumam Luna bingung. Dia merasa, mereka baru saja menaiki tangga. Kenapa bisa sudah berada di depan kamar dengan cepat seperti ini? Bahkan dia tak menyadarinya.

Danzel yang mendengarnya hanya terkekeh pelan. Dia membawa Luna masuk, dan mendudukkannya di sisi ranjang. Setelah itu, dia ikut duduk bersama Luna.

"Kau benar-benar tidak takut aku tinggalkan sendiri?" tanya Danzel ragu. Dia berharap mendengar kata "Tak rela ditinggal" dari mulut Luna. Namun dia harus menelan harapannya karena Luna membalasnya dengan menggeleng.

"Aku sungguh tidak masalah. Ya sudah, aku mau menyiapkan beberapa keperluanmu." Luna memberikan satu kecupan di pipi dan di bibir Danzel, lalu beranjak meninggalkan suaminya itu.

Sementara Danzel, dia terdiam dengan satu jari menyentuh bibirnya. Ini pertama kalinya Luna berinisiatif mengecup bibirnya. Dan rasanya ia begitu bahagia.

1
Rai
gak twins ya...
Mamake Zahra
mampir thor kelihatannya seru durasinya panjang 👍👍👍
Yolanda_Yoo
🥰🥰
rosalia puspita
Luar biasa
Rai
disokong
Rai
jadikan anak danzel dan Luna twins ya Thor supaya adil, kembar tidak identik lelaki dan perempuan, naa adil tu
Jenny Jn Johnny
Luar biasa
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
*Suasana
🍏A↪(Jabar)📍
*si suster 🙏
Aquilaliza: Makasih atas koreksinya kak 🙏
total 1 replies
Diana
bangun tidur cap cup pede banget. luna tidurnya ileran gak sih? 🤭
Entin Wartini
lanjuuuut thor
RoSz Nieda 🇲🇾
❤️
Christine Liq
Luar biasa
Entin Wartini
lanjuuuuuuut
Entin Wartini
lanjut thor
🍏A↪(Jabar)📍
up
Diana
baru ketemu cerita ini langsung gak bisa berhenti baca walaupun mata sdh sepet krn baca sampai dini hari🧐
🍏A↪(Jabar)📍
lanjut
Diah Anggraini
guut danzel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!