NovelToon NovelToon
Menjadi Selingkuhan Suamiku 2

Menjadi Selingkuhan Suamiku 2

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Diam-Diam Cinta
Popularitas:583.8k
Nilai: 5
Nama Author: Andreane

Pasca kematian sang ibu, Naina mencoba melakukan apa yang di wasiatkan padanya di secarik kertas. Ia memberanikan diri mencari sahabat ibunya untuk meminta pertolongan.

Tak di sangka, pertemuan itu justru membuatnya harus menikahi pria bernama Ryusang Juna Anggara, seorang dokter anak yang memiliki banyak pasien.

Arimbi yang sudah bersahabat sejak lama dengan ibunya, begitu yakin jika pilihannya adalah yang terbaik untuk sang putra satu-satunya.

Namun, perjodohan itu justru membuat Naina harus menjadi selingkuhan suaminya sendiri.

Lantas bagaimana dia menjalankan dua peran sekaligus?

Sampai kapan wanita dengan balutan pakaian syari'inya harus menjadi wanita simpanan untuk suami yang tanpa sadar sudah ia cintai?

Menjadi selingkuhan Suamiku 2, akan menyelesaikan kisah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

Astaga aku lupa mengunci pintu.

"Ini beneran kamu, Naina?" Tanya wanita yang kini melangkah maju untuk menghampiriku.

Bukannya merespon, secara alami tubuhku memutar memunggungi bunda. Terkesan tak sopan sebenarnya, tapi aksiku ini benar-benar reflek.

Malu, itu yang aku rasakan ketika bunda melihatku dengan pakaian nyeleneh begini. Bisa ku bilang nyeleneh sebab aku tak terbiasa mengenakan pakaian seperti ini di depan bunda.

"Naina?" Panggilnya sambil menyentuh bagian sisi bahuku.

Mau tak mau, akupun kembali berbalik untuk menghadapnya.

Tak berani menatap kilatnya, kepalaku dengan sengaja ku tundukan.

"Kenapa lihat ke bawah, di bawah ada uang?" Ledek bunda yang membuatku langsung mengangkat kepala.

Wanita di hadapanku ini tersenyum sumringah.

"Masyaa Allah, ternyata menantu bunda secantik ini?" Ujarnya kemudian membelai rambutku yang lurus. Sepasang netranya menyorot takjub, sementara kepalanya agak sedikit menggeleng pelan "Benar kan kalau bunda nggak salah pilih menantu. Keputusan bunda buat menikahkan Ryusang dengan kamu itu sangat tepat"

"Sudah baik, rajin ibadah, cantik pula" Lanjutnya memujiku.

"Tetap jadi istri sholehah buat anak bunda ya nak"

"Insya Allah, bun"

Kemudian hening, bunda masih memperhatikanku, sementara aku sedikit gugup dan sibuk dengan pemikiranku sendiri.

Dengan penampilanku yang seperti ini, bunda saja bisa tahu kalau aku Naina, tapi kenapa putranya tidak? Begitu mudahnya pria itu terkecoh olehku?

Untuk sesaat, dari lubuk hatiku aku tersenyum ironis. Menertawakan kebodohan mas Ryu, tapi juga menertawakan diriku sendiri yang bernasib seperti ini.

"Ngomong-ngomong mau kemana dandan seperti ini, sayang?" Tanya bunda memecah kesunyian.

"Maaf bun, mas Ryu kembali mengajakku makan malam di luar"

Sesaat setelah aku mengatakan itu, ku lihat kening bunda mengerut. Ekspresinya menandakan kalau beliau tidak percaya.

"Makan malam di mana?" Tanyanya.

"Di hotel, bun" Jawabku ragu-ragu. Entah kenapa perasaanku mendadak tak enak begini.

Aku harap bunda tidak menghubungi mas Ryu untuk memastikan bahwa kami memang benar-benar akan pergi makan malam bersama.

Kalau sampai bunda telfon, dan mas Ryu menjawab tidak, maka matilah aku.

"Mau pergi sekarang?"

"Sebentar lagi bun, sekitar jam tiga"

"Masih setengah jam lagi, berarti?"

"Iya bun"

Saat aku memindai wajah bunda, wanita itu tengah mengerutkan bibirnya. Sedetik kemudian beliau bersuara.

"Mau ketemuan di luar lagi? Ryu nggak jemput kamu dulu?"

Duh... bunda pasti curiga. Kalau begini aku yakin bunda akan menghubungi mas Ryu.

"Iya bun" Sesalku yang entah kenapa langsung di sergap rasa was-was.

Ya Tuhan, jagalah rahasiaku ini. Jangan sampai kebongkar sebelum aku benar-benar menjerat mas Ryu dengan kehamilanku.

Jani masih belum hamil karena pernikahannya baru seumur jagung, kalau sampai kebongkar, ketidaksukaan mas Ryu padaku pasti akan semakin mendarah daging, dan dia pasti akan meninggalkan Naina sekaligus Jani.

"Na!" Panggil bunda membuatku tersentak.

"I-iya bun"

"Kamu nggak apa-apa?"

"Sebenarnya_"

Mendengar aku menggantung kalimatku, alis bunda menukik tajam.

"Kenapa, Na?" Sorot matanya tampak menyelidik.

"Sebenarnya aku juga menolak, bun. Tapi mas Ryu memaksa"

"Sudah bunda duga!" Sambarnya cepat. "Nanti bunda tegur dia deh, biar nggak maksa-maksa kamu, dan harus jemput kamu kalau mau pergi"

"En-nggak usah bun, kasihan mas Ryu kalau harus bolak-balik dari rumah sakit terus jemput aku, setelah itu pulang lagi antarin aku, kemudian lanjut lagi ke klinik"

"Lagi pula kami ketemunya di hotel dekat klinik mas Ryu, biar dia nggak terlambat pergi ke klinik katanya"

"Oh.."

Ahh.. Semoga bunda percaya dengan perkataanku.

"Terus kamu pulangnya gimana?"

"Aku bisa tunggu mas Ryu di hotel, selesai praktek kalau mas Ryu nggak kelelahan, baru kita pulang sama-sama, kalau capek ya terpaksa kita nginep di hotel"

"Oh, ya sudah kamu berangkat" Perintah bunda. "Lihat sudah jam tiga" Bunda melirik ke arah jam.

"Iya bun, maaf nggak bisa temani bunda sama ayah makan malam"

"Nggak apa-apa" Jawabnya. Membuatku semakin merasa bersalah.

****

Sebelum menuju apartemen, tadi aku mampir dulu ke supermarket untuk membeli bahan makanan yang mau ku masak.

Dan saat ini aku baru saja sampai di tujuanku.

Langkahku tertuju ke arah dapur untuk meletakkan barang belanjaan, kemudian menuju kamar untuk melepas baju serta kerudung.

Aku kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan.

Tepat pukul 16:30 mas Ryu belum sampai di sini. Pikiranku mendadak cemas sebab sebelumnya pria itu selalu datang tepat waktu.

Menarik napas panjang, aku mencoba menghubungi nomornya. Tersambung tapi no respons.

"Kemana mas Ryu?" Lirihku menatap ke arah pintu.

Karenanya, aku sampai tak fokus memasak.

Hingga jarum pendek pada jam menunjuk di angka lima, dan jarum panjang di angka tiga pria itu masih belum menampakkan diri.

Aku kembali menelfonnya, dan kali ini dia mengangkatnya.

"Iya sayang" Ucapnya setelah panggilan tersambung.

"Lagi di mana?"

"Ini sudah di depan rumah, bukain pintu dong"

Tanpa mematikan panggilan, aku melangkah menuju pintu.

"Assalamu'alaikum" Sapanya begitu aku membuka pintu.

"Wa'alaikumsalam"

Aku méraih tangan mas Ryu untuk ku kecup, lalu kami bersama-sama melangkah masuk.

"Kenapa telat? Mas dari mana saja ? Terus itu apa yang mas bawa?"

Aku memberondong pertanyaan sambil melirik beberapa paperbag di tangan mas Ryu.

"Tanyanya satu-satu dong, sayang" Jawab mas Ryu sambil mematikan panggilan yang belum terputus.

"Sekaligus nanya, biar mas jawabnya juga sekaligus"

"Okay, tadi telat karena mampir dulu ke mall beli ini buat kamu"

"Apa itu?" Pertanyaan mengulang sebenarnya.

"Baju panjang-panjang. Karena mulai sekarang aku mau kamu pakai hijab"

Aku sedikit terhenyak mendengarnya.

"Tapi kalau di rumah nggak perlu, kan?" Protesku.

"Ya enggak dong, pakainya pas kalau mau keluar aja"

Sesampainya langkah kami di dapur, aku menuangkan air ke dalam gelas dan langsung ku sodorkan ke mas Ryu.

"Minum dulu, mas"

"Makasih" Mas Ryu menempelkan gelas di mulutnya. Setelah meneguknya hingga tandas, pria ini kembali berkata.

"Selain baju, aku juga ada sesuatu buat kamu"

"Apa?" Tanyaku tak sabar ingin tahu.

"Nih_"

Sebuah kalung lengkap dengan liontin batu cristal berwarna biru berbentuk hati.

"Buat aku, mas?"

"Buat siapa lagi, hmm" Pria ini membuka kancing kalung, lalu memasangnya di leherku.

"Ini berapa harganya?"

Alih-alih menjawab, mas Ryu malah menyentakkan jarinya di dahiku usai memasangkan kalungnya, kemudian melingkarkan kedua tangan di pinggangku. "Kamu ini, bukannya bilang makasih malah nanya harga"

"Makasih"

"Sama-sama" Balasnya. "Cantik" Tambahnya menatap kalung yang sudah menggantung di leherku.

"Aku atau kalungnya?" Tanyaku dengan nada ganjen.

"Dua-duanya. Kalung cantik, untuk istriku yang cantik"

Aahh kenapa aku ingin mendorong tubuh pria ini hingga tersungkur.

"Makasih" Ucapku lagi.

"Sama suami nggak perlu makasih" Mas Ryu mengecup bibirku kilat usai mengatakan itu.

Ketika pria di depanku terus menatapku, aku menyingkirkan rasa malu untuk mencium bibirnya lebih dulu. Aku nggak kuat kalau harus bersitatap dengannya terlalu lama.

Mas Ryu pun dengan senang hati membalas ciumanku. Dia mel*um**t biburku lembut.

Di tengah-tengah ciuman kami, tiba tiba ponsel mas Ryu berdering, dan itu jujur membuatku deg-degan.

Semoga saja itu bukan bunda.

"Sebentar ya, sayang"

"Hmm___" Sahutku singkat.

Mas Ryu lantas meraih ponselnya, kemudian menempelkannya di telinga.

"Assalamu'alaikum?"

Diam-diam aku mencuri dengar pembicaraan mas Ryu melalui telfon.

"Nggak usah terlalu banyak menerima pasien, ya. Aku harus pulang jam sembilan nanti"

"Nggak usah, mereka banyak yang komplen kalau bukan aku yang nanganin"

"Hmm"

"Wa'alaikumsalam" Pria itu mengusap layarnya sebelum akhirnya meletakkan ponsel di atas meja makan.

"Ada masalah apa, mas?" Aku langsung melempar pertanyaan begitu mas Ryu menatapku.

"Nggak ada apa-apa"

"Terus kenapa nggak nerima pasien?"

Mas Ryu merangkul bahuku, mengajakku ke menuju kamar.

"Ada sedikit masalah di rumah?"

"Masalah apa?" Tanyaku ingin tahu. Tak hanya itu, jantung di dalam sana juga mendadak tak bisa ku kendalikan.

"Biasa, soal Naina"

Ah, dalam kondisi takut dan cemas begini, perutku malah terasa tak enak.

"Ada apa dengan dia?" Rasa penasaranku sepertinya kian memuncak.

"Dia bilang ke bunda mau makan malam denganku. Bunda marah karena aku nyuruh dia pergi sendiri"

Nah kan, apa yang harus ku lakukan kalau sudah begini? Rasa takutku kian menyeruak.

"Terus mas jawab apa pas bunda ngomong gitu"

"Aku iyain aja, takut bunda jadi kepikiran soalnya"

"Lantas pergi kemana Naina, dia kan nggak makan malam sama mas"

Pria yang berjalan di sampingku menjawab dengan bahasa tubuh. Mengedikkan bahu.

***

Tadi ketika di apartemen selain makan malam, aku dan mas Ryu juga melakukan hubungan suami istri. Namun kali ini aku tak begitu menikmatinya, rasanya hambar sebab pikiranku bercabang kemana-mana.

Dan saat ini aku berada di kamar menunggu kepulangan mas Ryu.

Pukul 21:30, pintu kamar di buka dari luar. Muncul mas Ryu dengan raut yang tak bisa ku tebak.

Ku telan ludahku berharap apa yang ku rasakan saat ini bisa hancur seketika.

"Kita bicara" Katanya.

Bersambung

1
Siti Aisyah
Lumayan
Siti Aisyah
Kecewa
Anonymous
Luar biasa
Widi Widurai
ah curiga ini bayi dituker. susternya aneh
Widi Widurai
ya mkanya jgn bikin jengkel. mlh bikin cepet mati aja
Widi Widurai
beda case ya... kan ryu jd adik lala setelah bima dah cerai dr ibuknya. nah ini anak slingkuhan bapaknya
Widi Widurai
lah sadar ga dia kl naina dari dlu sendiri jg ditinggal bapaknya
Widi Widurai
pinter. org gampang nyuruh menghargai org, nyatanya mreka pun maksakan keinginannya utk dihargai tampa menghargai keputusan naina. ya dia pun jg punya prasaan. kl nyesel yauda harga i dia sampai dia berdamai dg sendirinya. jgn dipaksa. krn dia ga ada dposisi nai
Widi Widurai
wajar kali mnusia. dia jg punya rasa kecewa. smua g seindah teori belaka
Widi Widurai
mataneee ga bermaksd. dia selingkuh aja dah ga mungkin ga sengaja.
Widi Widurai
haha iya lah sakit jiwa. dah bangkrut soalny.
Lilik Juhariah
gk nyalahin naina , gmn sengsara hidupnya , ayahnya lebih milih dg istri barunya yg lama ditinggal hidup dgbbibiknya yg jahat, pasti sakit hatinya
Lilik Juhariah
novelnya bikin gregetan , maaf terus
Lilik Juhariah
naina lemah banget , ngapain nunduk aja
Lilik Juhariah
Ryu Lo gk suka naina tp knp bertahan ,
Lilik Juhariah
kok naina merasa bersalah , lucu kamu nai, kl gk kamu yg jadi Jani, ya mungkin Ryu nikah ma orang lain, emang kelakuane
Lilik Juhariah
kok bisa , kan waktu akad nama hrs jelas kan gk sah akadnya walau cuma siri
Lilik Juhariah
aku di induksi aduuuh luar biasa sakitnya
Lilik Juhariah
kurang greget , pingin namplok Ryu tapi begitu mudah memaafkan
Lilik Juhariah
kl aku dinposisi naina pasti memilih pergi , biarlah Ryu dg Jani, BKN naina , tp sayangnya cerita sdh tamat dan naina tetap dg Ryu, sdh baca selingkuhan 1 juga begitu, trs ngapain juga nyamar jadi selingkungan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!