"Aku mencintai Akselia Hanum tidak perduli dia berasal dari garis keturunan siapa, aku berjanji akan membawa cintaku hingga ke surga untuknya, aku akan menjaga dan melindunginya, aku akan berada disisinya walau apapun yang terjadi" gumam Aksara Banyu seraya menatap lirih wanita berbalut kebaya putih yang nampak menangis ditengah para tamu undangan pernikahannya. Acara pernikahan yang seharusnya berlangsung sakral dan meriah itu berubah menjadi bencana untuk keluarga besar seorang pengusaha besar Arman Hamdi, saat calon mempelai pria memutuskan membatalkan pernikahan itu sesaat sebelum ijab qabul dilaksanakan, Dirga Grahana sang calon suami Akselia Hanum memilih mundur dari pernikahan itu setelah mendengar nama asli dari Ayah kandung Akselia Hanum.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon snow white, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
Menyadari kehadiran Akselia ditempat yang sama, membuat Dirga bergegas berdiri hendak menghampiri Akselia. namun urung dilakukan karena Akselia sudah terlanjur berdiri terlebih dahulu dan melangkah keluar dari cafe itu diikuti oleh Alanna.
"Sel... Lo baik-baik aja kan?" tanya Alanna saat melihat wajah murung sama sahabat
Akselia menarik nafas panjang.
"Hhhmmm... saya baik-baik saja Lan,kita balik ke kantor ya,Mas Aksara sudah menunggu" ucap Akselia
Alanna memutuskan pindah kerja ke perusahaan milik Pak Arman atas permintaan Akselia. Akselia butuh kehadiran sang sahabat saat terberatnya kini.
Aksara dan Arazka nampak duduk sambil melihat kearah laptop. Akselia dan Alanna pun masuk dan ikut duduk diruang meeting itu.
"Kita menunggu tim humas dan protokol serta tim hukum datang ya" ucap Arazka
Mendengar itu Aksara,Akselia dan Alanna hanya mengaguk pelan
"Kalian sudah selesai makannya? kok cepat?" tanya Aksara
"Lagi gak nafsu makan Pak Aksara,liat buaya darat soalnya" ucap Alanna asal
Mendengar perkataan Alanna,Aksara mengerutkan keningnya dan menatap tajam kearah Akselia yang nampak pura-pura sibuk dengan laptopnya.
Aksara pun beralih menatap Alanna, Alanna memberi kode dengan menaikkan alisnya,dan menyebut nama Dirga hanya dengan gerakan bibir tanpa suara.
Aksara pun mengerti dan mengangkat bahunya.
Setelah semua yang ditunggu datang,mereka pun memulai rapat final sebelum melaksanakan eksekusi penarikan saham dan penagihan saham obligasi terhadap perusahaan milik Ibrahim Wijaya.
Malam hari di Kediaman Pak Arman
Annira nampak gelisah di kamarnya,dengan memegang hasil testpack dan lembar foto USG itu dia berusaha memberanikan diri menemui sang Papa.
"Pa... Annira boleh masuk?" tanya Annira dengan suara gugup didepan pintu ruang kerja sang Papa
"Ya... masuklah,ada apa Nak?" tanya Pak Arman seraya menatap sang putri
Annira pun masuk dengan langkah pelan, seraya menggigit bibirnya,matanya mulai berkaca-kaca.
"Pa... itu... Annira mau jujur sama Papa" ucapnya dengan suara tergetar
"Ada apa Nak? apa terjadi sesuatu dengan kuliah mu?" tanya Pak Arman lagi seraya bangkit dan mendekati Annira serta menuntun Annira untuk duduk di sofa
"Ada apa sayang? coba cerita ke Papa" ucap Pak Arman lagi
"Hhhmmm... itu Pa,maafin Annira ya Pa,maafin Annira Pa... Annira takut... Pa maafin Annira Pa..." ucap Annira dengan suara terbata dan mulai menangis
Annira lalu turun ke lantai dan bersujud dihadapan sang Papa.
"Papa... Annira hamil Pa... maafin Annira ya Pa... huhuhu... Annira takut Pa" ucapnya sambil terus menangis histeris
"Astaghfirullah... Allahuakbar... Apa...? Annira...! coba ulangi sekali lagi... apa yang kau bicarakan,apa maksudmu Nak?" seru Pak Arman dengan suara panik dan besar
Mendengar suara sang suami yang keras membuat ibu Masyitah ikut terkaget dan bergegas mendatangi sang suami di ruang kerjanya.
"Maafin Annira Pa,Annira... hamil Pa,Annira hamil Pa" ucap Annira lagi
"Allahuakbar" seru ibu Masyitah yang sudah berdiri didepan pintu dan mendengar perkataan sang putri
"Ma... Maafin Annira Ma" ucap Annira seraya beringsut ke kaki sang Mama
"Apa yang kamu katakan Nak?" ucap sang Mama seraya menuntun sang putrinya untuk berdiri
"Mama salah dengar kan Nak?" ucap Bu Masyitah lagi seraya mengusap wajah merah sang anak
"Maafin Annira Ma... Annira betulan hamil Ma... Maafin Annira Ma..." ucap Annira berulangkali sambil tetap menangis
"Allahuakbar... ya Gusti Allah... Annira anakku" ucap ibu Masyitah sambil berusaha mencari pegangan karena tubuhnya langsung terasa tak bertulang,lemas dan syok berat
Pak Arman pun terburu-buru menghampiri sang istri dan menuntun nya ke sofa,lalu kembali menghampiri Annira
"Katakan dengan jelas,siapa laki-laki yang sudah menghamili mu Annira? ini tidak benar Annira, apa yang terjadi kepada mu Nak?" ucap Pak Arman seraya mengguncang bahu sang anak dengan kuat
"Dirgaaa... Pa... lelaki itu Dirgaaa..." seru Annira setengah berteriak
Mendengar nama itu,seketika Pak Arman terhuyung ke belakang,dadanya terasa sesak sejenak,kepalanya sakit.
"Siapa? siapa yang menghamili mu Annira?" tanya Pak Arman lagi
"Dirga Pa,lelaki itu Dirga,saya mengandung bayinya Dirga Pa..." ucap Annira
"Annira... kau... bagaimana bisa,Dirga itu lah yang menyakiti Kakakmu,mempermalukan keluarga kita Nak,Annira sadar kamu Annira..." ucap Pak Arman
"Aku tahu itu Pa,tapi aku mencintai Mas Dirga Pa... aku ingin menikah dengannya" ucap Annira
Tiba-tiba...
*Plakkk...
Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Annira. sang Mama melayangkan pukulan untuk pertama kalinya terhadap putrinya itu.
"Annira,apa yang kurang Mama dan Papa berikan Nak,Annira... apa salah Papa dan Mama Annira..." sengit ibu Masyitah sambil menangis histeris
Akselia dan Aksara yang baru saja tiba didepan pintu utama pun terkaget mendengar keributan di lantai dua itu,mereka bergegas naik dan menuju kearah ruang kerja sang Papa. nampak ibu Masyitah sudah terjatuh di lantai,dan Annira yang menangis memeluk sang Mama,sedangkan Pak Arman nampak duduk dengan lemas di sofa tanpa bisa melakukan apapun.
"Allahuakbar... Ma,Pa... Annira,ada apa ini,apa yang terjadi,kenapa dengan Mama... Ma... bangun Ma,Pa... Papa" seru Akselia dengan panik
Annira hanya menangis histeris.
Aksara segera menelpon ambulance. dan segera mendekati Pak Arman.
"Pak,bapak baik-baik saja?" tanya Aksara seraya memegang pundak Pak Arman
"Tolong... tolong ibu" bisik Pak Arman dengan suara lemah
"Sudah Pak,ambulance segera datang" ucap Aksara
Ibu Masyitah pun dibawa segera ke rumah sakit dengan ambulance,Akselia dan Annira pun ikut menemani sang Mama di atas ambulance sambil tak henti menangis. disusul Aksara dan Pak Arman.
Aksara segera menghubungi Arazka dan Alanna untuk segera menyusul ke rumah sakit.
Ibu Masyitah pun mendapat penanganan yang serius. beberapa perawat dan dokter nampak sibuk memberikan pertolongan,begitu pun dengan Pak Arman.
Tiga puluh menit kemudian,dokter pun keluar.
Akselia pun segera menghampiri sang dokter.
"Bagaimana orangtua saya dokter?" tanya Akselia
"Pak Arman terkena gejala stroke ringan, sedangkan ibu Masyitah terkena serangan jantung dengan syok hipovolemik,jadi tekanan darah turun drastis,sementara masih ditangani,ibu Masyitah akan kami rawat diruang ICCU dulu untuk memantau kondisinya secara intensif" ucap sang dokter
"Allahuakbar... ya Allah" ucap Akselia dengan tubuh gemetar
Aksara segera menahan tubuh Akselia yang seperti hampir jatuh itu.
"Terimakasih dokter" ucap Aksara mewakili Akselia
"Mba Akselia baik-baik saja?" tanya Aksara
Akselia menggeleng pelan.
"Ya Allah... Mama,Papa" ucap Akselia dengan bibir tergetar
Sedangkan Annira hanya terduduk di kursi sambil menangis histeris
Pak Arman pun dipindahkan ke ruang rawat biasa setelah kondisinya stabil,sedangkan ibu Masyitah belum sadar juga,segera dipindahkan ke ICCU
*ICCU\= ( Intensive Cardiology Care Unit) adalah ruang intensive yang ditujukan khusus untuk merawat pasien dengan gangguan pada jantung yang memerlukan pengawasan ketat.
Akselia menatap sang Mama dengan iba dan sangat takut.
"Keluarga pasien tidak diperbolehkan untuk ikut masuk didalam ya Pak,Ibu,hanya boleh di saat jam besuk saja,itu pun hanya sebentar,jika ingin sekedar mengecek kondisinya bisa lewat jendela kaca itu" ucap perawat penanggung jawab ruang ICCU itu
"Baik,terimakasih Bu" ucap Aksara
"Ayo,kita keluar,tenang saja,ibu Masyitah pasti baik-baik saja,biarkan perawatnya bekerja ya" ucap Aksara seraya menuntun Akselia keluar
Diluar nampak Arazka dan Alanna,serta Annira yang masih terlihat syok berat.
"Kita kembali ke ruangan Papa saja ya Mas" ucap Akselia
"Oke,ayo" ucap Aksara kembali menuntun Akselia
"Tetap disini,temani Annira ya" ucap Aksara kepada Arazka
Arazka pun mengaguk pelan.
Alanna pun mengikuti langkah Aksara dan Akselia
Nampak Pak Arman tertidur,infus terpasang ditangannya,memakai selang oksigen,dan beberapa alat yang disambungkan dengan monitor untuk memantau kondisi Pak Arman.
"Apa yang sebenarnya terjadi ini Mas?" ucap Akselia pelan seraya tertunduk ditepi tempat tidur Pak Arman
"Hhhmmm... sabar lah,tetap tenang,besok setelah kondisinya kondusif baru kita bertanya kepada Annira ya" ucap Aksara
"Annira adikmu hamil Nak"
Tiba-tiba suara Pak Arman terdengar lirih. membuat Akselia,Aksara dan Alanna menoleh serempak dengan terkaget.