NovelToon NovelToon
OBSESI Sang Presdir

OBSESI Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Seharusnya Marsha menikah dengan Joseph Sebastian Abraham, seorang duda dengan anak satu yang merupakan founder sekaligus CEO perusahaan kosmetik dan parfum ternama. Setidaknya, mereka saling mencintai.

Namun, takdir tak berpihak kepadanya. Ia harus menerima perjodohan dengan seorang Presdir yang merupakan rekan bisnis ayahnya.

Saat keluarga datang melamar, siapa sangka jika Giorgio Antonio Abraham adalah kakak kandung pria yang ia cintai.

Di waktu yang sama, hati Joseph hancur, karena ia terlanjur berjanji kepada putranya jika ia ingin menjadikan Marsha sebagai ibu sambungnya.

~Haaai, ini bukuku yang ke sekian, buku ini terinspirasi dengan CEO dan Presdir di dunia nyata. Meskipun begitu ini hanya cerita fiksi belaka. Baca sampai habis ya, Guys. Semoga suka dan selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5. Makan Malam Bersama Presdir

Marsha melangkah gontai sambil menenteng sepasang sepatu runcingnya, ketika kaki jenjang itu mulai menuruni anak tangga menuju ruang tamu rumah megah keluarganya.

"Loh kenapa sepatunya gak dipakai, Sya?" tanya Ayahnya sambil menggeleng heran.

Mungkin karena Giorgio sudah duduk dan menunggu di sana. Jadi Pak Tama merasa malu jika putrinya tidak tampil sempurna.

"Iya, Pa," jawab Marsha, malas.

Entah apa yang ada di pikiran Giorgio saat itu. Seolah sedang menunjukkan kebucinan yang luar biasa di depan Pak Tama dengan sikapnya. Ia berubah menjadi pria yang sok perhatian.

Dengan cekatan, ia langsung beranjak dari tempat duduknya dan mendekati Marsha. Tepat di hadapan Marsha, pria itu langsung duduk berjongkok setelah sebelumnya sempat meraih paksa sepatu dari tangan gadis itu.

"Bisa angkat sedikit kakimu?" Suara berat khasnya ketika memberikan perintah membuat Marsha tak nyaman.

Ada debaran aneh lagi yang ia rasakan. Gadis itu bahkan nyaris jatuh terpelanting jika saja Gio tidak bergerak cepat menangkap tubuhnya. Tatapan mereka kembali beradu.

Marsha langsung segera membenarkan posisi berdirinya, kemudian mengangkat pelan sebelah kakinya. Sementara Giorgio, dengan cepat memakaikan sepatu pada gadis itu.

Sentuhan buku jemari Gio, terasa lembut saat mengenai kaki jenjang Marsha. Ada rasa hangat menjalar di tubuhnya seketika. Membuat pipi gadis itu berubah bersemu merah karenanya.

"Kalau kamu takut jatuh, pegang saja bahuku," tukas Gio tanpa mendongak.

Tatapan mata Gio terfokus pada sepatu hak tinggi di tangannya. Nyaris seisi rumah memperhatikan kedekatan keduanya. Termasuk ayah Marsha, Pak Tama.

Setelah mendengar interuksi dari Gio, Marsha perlahan menyentuh bahunya. Berpegangan agar tidak terjatuh. Tetapi sungguh, ia benar-benar tak nyaman dengan sikap yang ditunjukkan pria itu.

Tangan lentik itu bahkan gemetar, ujung jemarinya berubah dingin.

Bahkan Marsha merutuki kebodohannya sendiri karena tak seharusnya ia menenteng sepatu saat turun.

Sementara Pak Tama, kali ini ia terlihat senang. Nyaris tak ada guratan wajah cemas yang ia tampakkan di hadapan keluarganya.

"Kami, pamit dulu, Pak," tukas Gio sembari bersalaman.

Lalu kemudian ia segera menggenggam tangan Marsha hendak melenggang, tetapi Marsha menepisnya. Gio sempat dibuat kaget olehnya.

"Aku juga mesti pamit sama Papa," katanya.

Membuat emosi Gio perlahan mereda dengan sendirinya.

"Hati-hati ya, kalian. Gio ... tolong jaga putri Om," ungkap pak Tama memberi wejangan.

"Ya, Om," sahut Gio.

Kemudian mereka berdua pergi setelah bersalaman dengan penghuni lain rumah itu. Ibu tiri Marsha.

Namun, Marsha tak mau bersalaman dengan Danu. Membuat Gio heran dengan sikapnya. Tetapi ia memilih diam. Karena yakin Marsha pasti memiliki alasan berbuat begitu.

Tak jauh berbeda dengan Joseph, Giorgio pun terlihat perhatian kepada gadis cantik itu.

Ia membukakan pintu mobil untuk Marsha, tapi bedanya ia membuka di kursi belakang. Sebab Gio tak pernah mengemudikan mobilnya sendiri. Selalu ada sopir pribadi yang menemaninya.

Marsha hanya diam ketika mobil mulai melaju cepat menjauh dari rumah ayahnya. Ia justru tampak asyik memainkan gawai di genggaman tangannya.

Hingga akhirnya Gio menegurnya.

"Ada aku gini, masih saja main benda pipih itu ya. Katanya, kalau ada orang di sebelahnya terus didiemin itu gak sopan loh," celetuknya. Membuat mata Marsha membola lalu menghentikan aktivitasnya.

"Maunya gimana? Lagian hubungan kita ini cuma main-main 'kan?"

Marsha terlihat marah.

"Justru ini main-main, kamu harus bersikap serius. Kamu mau keluarga kita curiga? Anggap hubungan ini serius, Sya. Biar kamu terbiasa sama aku," pinta Gio.

Marsha menghela napas berat sebelum akhirnya menjawab.

"Aku gak ngerti jalan pikiran Pak Gio," sahutnya sambil memasang ekspresi kesal.

Gio tersenyum tipis.

"Besok... aku mau lamar kamu. Lamaran itu beneran, aku bakal bawa keluargaku lengkap dengan seserahannya, Sya. Dan aku mau, kamu belajar panggil aku Mas mulai sekarang. Pak, itu terlalu tua. Umurku masih tiga puluh dua tahun," dengkusnya kesal.

Marsha langsung menoleh dan menatapnya tajam.

"Kenapa cepet banget?" Marsha benar-benar kaget dengan keputusan yang dibuat Gio.

Ia kesal, benar-benar kesal. Bagaimana tidak? Giorgio mengambil keputusan tanpa bertanya dulu padanya. Keputusan sepihak itu benar-benar membuat Marsha nyaris tak mau bicara.

Setelah lama mobil yang mereka kendarai melewati banyak gedung tinggi berderet, akhirnya sampai juga ke tempat tujuan.

Giorgio mengulurkan tangannya ketika Marsha hendak keluar. Membuat Marsha merasa bingung membedakan, perhatian itu asli? Atau palsu?

Ruangan yang dipesanpun terasa sunyi. Gadis itu mengedarkan mata ke sekeliling restoran, tak ada pengunjung satupun. Marsha heran.

Bagaimana mungkin, seorang Presdir perusahaan ternama bisa membawanya ke restoran sepi pengunjung seperti ini.

"Kenapa di sini?" tanya Marsha asal.

"Loh kenapa? Kamu gak suka? Kalau gak suka kita pindah sekarang," ujar Gio sembari bangkit dari tempat duduknya.

Tetapi tangan Marsha bergerak gesit menahannya. Tatapan Gio kini tertuju pada tangan gadis itu. Tangan seputih pualam yang mencengkeram erat lengannya.

"Enggak, di sini saja. Aku hanya heran, kenapa ajak aku di restoran sepi," cetus Marsha merasa sungkan.

Lalu, Gio memperhatikan sekeliling dan melambaikan tangan, sebagai isyarat ketika memanggil pramu saji. Tak lama lama kemudian, seorang pemuda dan juga gadis muda berlari mendekat sembari menyodorkan menu kepadanya.

"Karena ini restoran milik keluargaku. Aku sengaja mengosongkan tempat ini khusus untuk kamu."

Marsha benar-benar tersentak dengan penuturan Gio.

"Aku makannya terserah kamu. Tapi aku gak suka daging sapi, sama sea food. Kalau sayur suka, ayam mau," terang Marsha.

Gio tersenyum mendengarnya. Pria itu bahkan tidak pernah tertawa sembarangan. Semua sikapnya seperti sengaja ditata. Rapi, seperti penampilan dan rambutnya.

"Kamu itu cantik loh Sya, tapi makannya rewel ya."

Tak mau mau berdebat, akhirnya Gio mengambil alih memesan. Ia mengatakan agar makanan yang disajikan menu yang spesial. Kecuali yang Marsha tidak suka.

Sambil menunggu makanan datang, Gio mengajak Marsha berbincang.

"Kamu pakai Red velvet ya, aroma mawarnya khas. Saya suka," ketusnya sambil mengendus.

Marsha tersadar, beberapa waktu lalu Gio memakai parfum yang sama dengan yang ia pakai sekarang.

"Mas Gio, juga penggemar parfum itu? Parfum dengan aroma yang biasa harganya jutaan rupiah, tapi hanya dijual dengan harga ratusan ribu," oceh Marsha dengan raut sumringah.

Senyum yang sempat mengembang di wajah Gio mendadak pudar dibuatnya.

"Suka, suka banget malah," sahutnya.

"Kamu sukanya karena apa, Sya?" tanya Gio setengah penasaran.

"Aku suka sama CEO-nya," sahut Marsha jujur.

Gio terdiam sejenak, hingga akhirnya ia memutuskan berkomentar.

"Founder sekaligus CEO-nya, seorang duda. Anaknya satu, dia bercerai sejak putranya berumur sembilan bulan," terang Giorgio.

Marsha yang kebetulan saat itu sedang meneguk air yang baru saja dituangkan di gelas, tersedak.

Marsha terkejut, sebab seingatnya Joseph pernah mengatakan jika istrinya meninggal karena melahirkan.

Bersambung....

1
Siti Juaningsih
Luar biasa
Lintang Lia Taufik: Wah, terimakasih banyak ya Kak, sudah mampir di tulisan receh saya, dan memberi Rate. Salam cinta, Lintang. ❤️❤️❤️
total 1 replies
Nina_Melo
Haiis, takut buat topeng si Gio aja tuh
Anne Clair
seru ya
Samantha
nah loh. Pilih duda apa bujang mapan
Samantha
cemburu si bos muda
Samantha
Aku mau sih jadi Marsha
Teddy
perhatian gitu si Gio
Nina_Melo
Jadi rebutan
Nina_Melo
Kok aku jadi sebel sama danu ya
Antonio Johnson
Diksinya keren sih ya
Antonio Johnson
Kenapa tulisanmu sedih semua? Moga tulisanmu sukses ya, biar bahagia. Canda, semangat Thor
Antonio Johnson
pilih aku aja gimana
Anne Clair
Keren, tapi nyesek
Anne Clair
Hayo pilih yang mana?
Anne Clair
Hei, Lintang. Aku mampir baca, eh keterusan
Teddy
Ditunggu Bab barunya yang seru ya Love
Nina_Melo
Nyesek woy
Nina_Melo
Ceritanya seru Guys
Nina_Melo
Tulisannya natural. Cocok untuk menghilangkan penat.
Nina_Melo
Bagus, natural. Semoga banjir pembaca ya Kak Thor 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!