kanaya seorang gadis yang baru saja akan merasakan bangku kuliah tiba tiba harus menikah dengan Bumi Mahesa Erlangga teman masa kecilnya yang sudah di anggap seperti kaka sendiri , hari dimana Bumi akan melakukan akad , tiba tiba Nesa menghilang . Pak Arif ayah kandung Bumi meminta Naya untuk menggantikan posisi mempelai perempuan. disinilah cobaan untuk Kanaya di mulai orang yang selama ini ia kagumi , dan selalu melindunginya tiba tiba menjadi orang yang dingin dan tidak berperasaan . luka hati akibat penghiantan Nesa membuat Bumi berubah menjadi orang yang sangat kejam bahkan kepada wanita lembut yang selalu berada di sampingnya. WARNINGGGG!!!!! siapkan tisu dan kanebo setiap membaca karena akan banyak mengandung bawang merah , bawang putih, dan bawang bombay... canda bawang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
kannaya berjalan lunglai menyusuri trotoar dekat dengan kostan nya, ia memutuskan pulang setelah perdebatanya yang tak berujung dengan sang dosen
Saat ia berteriak tadi ternyata Neza mendengarnya dan terpengaruh emosinya, apalagi saat dirinya menyebut nama sang suami.
Neza seakan terbangun dari tidurnya dan langsung sadar. Ia terus memabggil nama Bumi dan bereteriak histeris mencari keberadaanya.
Kanaya menjadi ragu, iabnear-benar bingung sekarang. Apakah ia harus tetp berada di sisi Bumi dan mempercayai pria itu? atau haus menyerah dan membiarkan suaminya itu bersatu dengan Neza yang sedang mengandung anak dari sang suami.
"Aku haus bagaimana sekarang? Mas Bumi dan Mba Neza adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, dan aku adalah orang ketiga diantara mereka" ucap Naya lirih.
Begitu tiba di kostannya, Kanaya langsung merebahkan diirnya di kasur ,puluhan panggilan dari Bumi tak ia hiraukan, hatinya sedang lelah dan ingin tidur sekarang, berharap esok hari saat bangun semua kejadian ini ia lupakan dan berharap hanya sekedar mimpi.
Sementara itu di Jakarta, Bumi terus saja mondar mandir menghubungi sang istri yang sejak tadi tak ada balasan chat atau menelepon balik, padahal ia sudah mengirimi wanita itu pesan, jika Kanaa sudah membaca chat darinya agar segera membalasnya.
"Ayo Nay... angkat teleponya, kenapa sejak tadi tidak ada respon sama sekali."
Bumi semakin cemas saja memikirkan sang istri, padahal baru beberapa jam yang lalu mereka masih saling berkomunikasi.
"Apa dia keluar namun ponselnya ketinggalan? ya amun Nay kamu ceroboh banget sih." Umpat Bumi dengan kesal. Ia menyandarkan kepalanya di kursi kerja, lalu memejamkan matanya sejenak.
Tiba-tiba terdengar nada dering panggilan, Bumi segera membuka matanya dan langsung meraih ponsel yang ia simpan di atas meja. Namun ia menjadi kecewa, kala melihat nama yang tertera di layar ponsel ternyata bukan nama istrinya, melainkan nama seseorang yang belakangan ini iaa beri tugas untuk menyelidiki seseorang.
"Hallo? ada kabar apa?"
Awalnya Bumi sangat tenang mendengarkan orang tersebut berbicara, namun lama kelamaan kedua matanya membulat sempurna, ia langsung menutup panggilan itu dan meraih kunci mobil dan langsung berlari keparkiran.
"Sialll aku kecolongan." Bumi memukul stir mobilnya dengan keras. melajukan kendaraan itu dengan keceatan tinggi menuju Bandung.
Pikiranya menjadi berantakan dan kacau saat mendengar kabar yang rang suruhanya sampaikan tadi.
Pikiranya saat ini berpusat pada gadis mungil yang menjadi istrinya itu, berharap Kanaya tidak beruat sesuatu yang gegabah hanya karena hasutan seseorang."
' mohon sama kamu sayang, jangan mengambil keputusan saat kamu sedang emosi, Mas ngaku salah sama kamu, tolong jangan pergi Nay.'
Bumi masih ingat apa yang orang suruhanya sampaikan tadi di telepon, jika Dimaz telah mempengaruhi sang istri untuk menjauh darinya. Bumi tidak menyangka jika pria yang mengaku menajdi sepupu Neza itu ada di Bandung dan menajdi dosen di kampus sang Istri.
Waktu sudah hampir jam tiga subuh ketika Bumi sampai di depan kamar yang Kanaya tempati beruntung pemilik kost dan beberapa tetangga sudah mengenal siapa Bumi, karena saat kemarin ia datang kesini, Bumi sudah memperkenalkan diri sebagai suami Kanaya.
Bumi mengetuk pintu kamar Naya, dengan pelan, namun tak ada sahutan, Ia terus berusaha kembali mengetuk lagi sambil memanggil-manggil nama sang istri.
"Nay... buka pintunya sayang, ini Mas Bumi. Tolongin Mas ya sayang, ada yang harus Mas Bumi jelasin sama kamu."
Bersambung