NovelToon NovelToon
Terjebak Pernikahan

Terjebak Pernikahan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:69.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yudhi Nita

"Apa yang mereka lihat itu tidak benar. Aku tidak melakukan apapun dengan dia di kamar hotel itu. Mereka salah sangka, aku tidak ingin menikah dengannya!"

Pernikahan bahagia dengan pasangan yang dicintai adalah sesuatu yang diimpikan setiap manusia begitu juga Bianca, tetapi impian itu kandas setelah dia terjebak di sebuah pernikahan yang tidak dia inginkan.

Menikah dengan pengusaha kaya, tetapi melalui sebuah peristiwa yang tidak sengaja, terekspos media mereka tidur berdua di kamar hotel.

Entah mereka akan dapat saling mencintai atau malah berpisah di meja pengadilan, hati memang tidak bisa diperkirakan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekhawatiran Key

Malam itu Key berpindah tidur di sofa, tetapi dia masih tidak bisa memejamkan mata. Pria itu sendiri tidak mengerti kenapa dia begitu galau malam ini. Setiap memejamkan mata, selalu saja teringat gadis yang sedang tidur nyenyak itu kesakitan.

Dia pun berpindah tidur, bersebelahan dengan Bianca. Melihat Bianca begitu pulas dalam tidurnya, membuat pria itu merasa tenang dan serasa mengantuk. Akhirnya malam itu Key tertidur di sebelah Bianca hingga pagi tiba.

Hari yang cerah diawali dengan hembusan angin lembut menerpa jendela-jendela rumah. Rasa segar buyar saat gadis itu setengah akan berteriak melihat pria yang berbaring nyenyak sekali di sampingnya, seolah semalam terjadi sesuatu yang menyenangkan bagi si pria. Lalu dia kembali melihat ke dalam CD nya.

Sepertinya aman, tapi siapa yang memindahkan aku ke sini?

Gadis itu masih merasa lemas, dia akan bangun dari tempat tidur saat mentari juga akan mulai naik. Namun, sepertinya kepalanya juga masih pusing. Obat itu memang masih harus diminum teratur, agar sembuh total.

Ingin sekali dia bangun lalu mandi, tapi apa daya kekuatannya masih belum terkumpul. Dia kembali berbaring.

Huhu, Mama ..., kalau ada Mama aku akan memeluk Mama ....

Jiwa manja Bianca mencuat tinggi saat sakit. Dia merindukan belaian ibunya. Walau sudah sebesar itu, jika sakit, ibunya akan memeluk sepanjang malam membuat Bianca merasa nyaman.

Tiba-tiba Key melakukan pergerakan. Jantung Bianca berdegup kencang. Pria itu sekarang berposisi miring menghadapnya, dekat. Tangan Bianca tak sengaja menyenggol sesuatu yang tegak tapi bukan keadilan.

"Whuaaa!!" Sontak dia berteriak, membuat Key kaget dan bangun seketika.

"Kenapa sih teriak?"

"Itu, kenapa keras banget?" Bianca terduduk, kepalanya makin berdenyut saat kaget.

"Apanya?" Key mengumpulkan kesadarannya lalu memeriksa tempat tidur, tidak ada yang keras.

"Apa maksud kamu keras?" tanya Key melihat gadis itu bergidik.

"I-itu, keras dan sepertinya besar," ujarnya hampir terisak.

"Ya memang seperti itu kan, masa kamu tidak pernah tahu?" Pria itu menyadari apa yang dimaksud Bianca.

Bianca hanya pernah melihat milik adiknya, sewaktu kecil. Dia tidak menyangka akan ada yang sebesar itu.

"Lalu kenapa kamu memegangnya?"

"Ma-maaf, aku tidak sengaja menyenggolnya."

"Hmm ..., sudahlah tidak usah dibahas. Eh, kamu tidak usah berangkat kerja dulu, kondisimu masih pucat dan lemas."

Key beranjak, lalu masuk ke kamar mandi menguyur sesuatu yang keras tapi bukan besi, lalu membersihkan tubuhnya.

Bianca masih merasa bergidik, lalu mengusap-usapkan tangannya ke bed cover agar bekas senggolannya hilang. Seperti itulah pikiran gadis itu, merasa ada bekas risih di tangan.

Gadis itu menurunkan kaki ke lantai, dirasanya tidak enak tidur di atas tempat tidur yang super empuk milik Tuan Key. Dia duduk di tepi ranjang sambil merasakan kepala yang pusing.

Key telah selesai mandi berbalut handuk kimono, kali ini dia mencari sendiri baju kerja, berganti pakaian. Tentu dipunggungi oleh gadis itu dan tidak melempar handuknya ke arah Bianca. Pria itu menata rapi handuknya di jemuran kamar mandi.

Ternyata dia manis.

Namun, Bianca teringat lagi benda yang ia senggol, lalu menggosokkan tangannya lagi ke bantal. Key melihatnya duduk menyamping di atas tempat tidur lalu mengangkat kaki Bianca ke atas tempat tidur.

"Ingat, tidak usah turun dari ranjang, kamu belum sehat benar. Pelayan akan mengantarkan makan untukmu. Minum obat dengan teratur. Jangan makan pedas lagi."

Bianca mengangguk. Ternyata pria di hadapannya itu orang yang banyak bicara, meskipun bicaranya adalah perintah. Istilah 'pria dingin' untuknya pagi ini menghangat, es batu agak mencair, tapi entah nanti. Karena dia manusia yang moody.

Klek.

Pintu ditutup. Lalu hening yang Bianca rasakan. Dia tidak kuatir lagi akan absennya di hotel, karena pasti Felix sudah menelepon si manager langsung. Bahkan jika satu minggu dia ijin, tak akan ada pihak hotel yang akan mengancamnya untuk keluar. Gadis itu sepertinya agak merasa nyaman walau masih ada kekakuan di rumah ini.

Seorang pelayan mengetuk pintu lalu masuk membawa nampan berisi bubur dan sup untuk makan pagi Bianca. Dia merasa sangat diistimewakan jika sedang sakit.

Apa setiap hari aku mengaku sakit saja? Tujuh hari sakit, aku akan menggeser kursi kesultanan Key. Haha, konyol.

"Mau saya suapi, Nona?" Pelayan itu menawarkan diri.

"Saya bisa makan sendiri, terima kasih."

"Baik, Nona. Tuan berpesan agar Nona tidak melupakan obatnya."

"Iya," jawab Bianca.

Pelayan itu mohon diri, lalu melangkah keluar meninggalkan Bianca dengan semangkuk bubur hangat. Gadis itu mulai makan, lalu meminum obat. Obat dari dokter Gerry mampu menghambat diarenya, tapi rasa pusing belum juga hilang, dia beristirahat kembali.

***

Gedung Sinar Group

Seorang pria tampan berjas hitam dengan dasi biru bergaris putih terlihat mondar-mandir di ruangannya. Bola mata si penasehat bergerak ke kiri dan ke kanan seperti wiper mobil mengikuti gerak tuannya.

"Felix, apa kamu pikir gadis itu baik-baik saja?" kata pria itu akhirnya setelah dua belas kali putaran hitungan Felix dia mondar-mandir.

"Semoga, Tuan." Pria yang ditanya menjawab datar.

"Kenapa kemarin tidak kamu cegah dia makan pedas, jadi tidak usah sakit kan."

Tuan ini bagaimana, memangnya aku tahu nona aneh itu bakal sakit? Lagian, aku bukan bapaknya yang melarang-larang, dia sudah besar, harusnya dia tahu.

"Maaf, Tuan."

"Felix, bawa semua kertas-kertas itu. Kita kerjakan di rumah!"

"Baik, Tuan."

Kenapa dia ini? Baru satu jam sampai di ruang kerja, sudah balik lagi ke rumah.

Kedua pria itu memasuki mobil hitamnya, lalu melaju kembali ke rumah. Jalanan macet, membuat si pria menjadi gelisah. Sesekali dia melihat jam, seperti akan menghadiri meeting penting saja. Nyatanya, meeting siang nanti dia tunda esok hari.

Satu jam kemudian, mereka tiba di rumah. Kedua pria itu langsung menuju ke ruang kerja. Winda yang akan bersiap pergi sampai gelagapan melihat Key telah berada di rumah jam 09.00 pagi. Dia mengurungkan niat untuk pergi lalu berbalik ke kamar Susan, karena suaminya berada di kamarnya. Key tidak begitu peduli pada ibu tirinya yang terlihat kebingungan. Melirik pun tidak, tapi Winda yang gelisah sendiri.

Key segera duduk di singgasananya, lalu Felix membukakan laptop untuk memulai pekerjaan. Namun, jemari pria yang duduk di samping Felix berdiri itu belum juga digerakkan. Entah pandangannya kemana. Felix ingin melihat wajah tuannya, tapi tidak berani melangkah ke depan.

Akhirnya setelah setengah jam dia membuka mulutnya, "Felix, suruh Hana menengok gadis itu, sedang apa dia?"

"Baik, Tuan."

Kenapa dia tidak menengok sendiri sih?

Felix menuruni tangga, kemudian menghampiri Hana yang sedang mempersiapkan makan siang. acara makan siang tidak santai seperti hari kerja biasa, karena tuan muda telah berada di rumah.

"Hana, kamu tengok kamar Nona, sedang apa Nona saat ini?"

"Baik, Tuan."

Hana segera melangkahkan kaki ke atas bersama seorang pelayan lagi, meninggalkan apa yang dipersiapkannya pada pelayan lain. Diikuti oleh Felix tentunya.

Kepala pelayan itu mengetuk pintu kamar, terdengar suara di dalam menyuruh mereka masuk. Kedua pelayan itu perlahan masuk ke kamar lalu menanyai keadaan nonanya.

"Aku sudah tidak sering mulas lagi, Hana. Tadi aku ke toilet satu kali."

"Baiklah, Nona. Beristirahatlah agar segera sembuh."

Hana dan pelayan mohon diri, lalu menyampaikan itu pada Felix yang menunggu di depan. Hal itu terjadi setiap satu jam sekali, hingga siang hari, pelayan bergantian masuk dan menanyai keadaan nonanya.

Apa aturan sakit di rumah ini? Mereka bilang selamat beristirahat, tapi aku tidak bisa istirahat jika setiap jam ada yang mengetuk pintu kamar! Grrrrr ....

1
Khakha Nui
Kecewa
Khakha Nui
Buruk
Hencece06
aura kegalakan tuw😅🤣🤣
Hencece06
berulang kali baca part ini tetep ngakakkkk akuuu😭🤣
Fahdina
gak mirip, di aplikasi sebelah author juga ada cerita yg kayak gini. itu memang ide authornya kayak nya. coba di baca novel2 author yg ada di aplikasi sebelah
Tri Wahyuni
Biasa
Tri Wahyuni
Kecewa
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
😁😁
Lenni Namora
Luar biasa
Lenni Namora
😂😂😂
Sri Wati
kereeeen
Sri Wati
😂😂😂😂😂😂😂😂😂
Maya Ellydarwina
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Khoerun Nisa
si bajra ni bener2 ni
kanajuliani
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Amrih Wiludjeng
Luar biasa
Sweet Girl
Emang kenapa dengan Bianca, Fel..??
Sweet Girl
Enak tenan nasih bellboy...
tapi niatmu jahat.
Sweet Girl
Khan keliatan klo pegawai hotel...
with you
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!