NovelToon NovelToon
My Lovely MUA

My Lovely MUA

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kaya Raya
Popularitas:85.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sage Green92

Briana Micella mendadak menjadi seorang MUA (Make Up Artist) idola para model, artis maupun istri pejabat di negaranya. Bukan tanpa alasan Briana menjadi idola, sebelumnya dia terpaksa menggantikan ibunya yang juga berprofesi sebagai MUA senior profesional yang sedang sakit. Banyak sekali kejutan-kejutan menghampiri Briana di saat dia sedang melakukan tugasnya. Termasuk mendapat seorang klien model terkenal, mirisnya model itu adalah calon istri dari masa lalunya yang belum usai; Nevan Xaquil, mantan kekasih Briana saat duduk di bangku SMA.
Akankah Briana goyah kembali setelah Nevan datang kembali di kehidupannya ? Sanggupkah Briana bekerja secara profesional jika selalu berhubungan dengan masa lalunya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sage Green92, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28.

“Bukan mabuk gara-gara gue, kan ?” celetuk suara bariton itu membuat bulu kuduk Briana meremang. Ia menggigit bibir bawahnya.

“Lo, nggak ada kerjaan lain apa selain ngikutin gue ?” decih Briana, kesal setengah mati.

Sejujurnya, Nevan sudah mengikuti Briana sedari tadi. Dia pikir dia akan kabur atau pulang kerumahnya. Namun, nyatanya Briana malah terdampar di toko buku. Yang membuat Nevan heran ialah, gadis itu mendadak suka membaca buku. Padahal saat sekolah, mau menyentuh bukupun bagi Briana adalah suatu hal yang mustahil. Sampai-sampai Nevan langsung turun tangan untuk mengajari Briana sampai mulutnya berbusa. Otak Briana terbilang biasa-biasa saja dibanding dengan Nevan.

“Gue nggak sengaja liat lo masuk kesini,” dalihnya.

Bibir Briana meruncing tajam. “Bohong.”

Matanya masih mengedar ke seluruh rak buku, melihat ke atas dan ke bawah. Mencari-cari novel yang belum sempat dia beli. Tangannya meraih salah satu novel romance best seller tahun ini.

“Gue udah baca itu, akhirnya cowoknya mati,” celetuk Nevan di samping Briana.

Menghela nafas panjang, Briana meletakkan kembali novel itu pada tempatnya. Matanya kemudian menangkap kembali sebuah novel, karena dibagian blurb-nya saat dibaca sudah menarik.

“Itu akhirnya gantung, karena menurut info akan ada series ke duanya.”

Nevan melirik sekilas buku yang Briana ambil.

“Ck, lo bisa diem nggak sih ?!” jawab Briana, kesal.

Briana nyelonong pergi. Malas, tak ada mood untuk membeli ataupun sejenak membaca. Dia melangkahkan kakinya keluar dari toko buku. Namun sayang, semesta memang tak mengijinkannya pulang karena tiba-tiba hujan deras.

“Oh my God... Hari ini gue sial banget.”

Bibir Briana mengerucut, tangannya ia masukkan ke dalam saku jaketnya. Dingin. Badannya ia sandarkan di dinding.

“Apa ketemu gue itu juga salah satu kesialan ?”

“Nah itu udah tahu.”

Nevan hanya tersenyum simpul lalu ikut berdiri di sebelah Briana dan bersandar ke dinding. Melihat hujan bersama, momen yang tak pernah ia lakukan dulu dengan Briana. Yang ada hanya berdebat mengenai siapa yang salah, siapa yang benar. Saling mempertahankan egonya masing-masing.

“Lo suka baca novel sejak kapan ?”

Pertanyaan Nevan memecah keheningan yang tercipta di antara suara derasnya hujan dan petir menggelegar. “Dari dulu,” jawab Briana, seadanya singkat.

“Oh... Gue nggak tahu.”

“Jelas aja lo nggak tahu, lo buat dunia gue berubah,” Briana meringis kecil. Merasakan nyeri di dadanya. Dulu dia tak sempat melakukan hobinya. Karena dunianya hanya berisikan tentang; Nevan, Nevan dan Nevan. Bahkan dia rela mundur dari kontrak William Entertainment dan rela mengubur mimpinya gara-gara ulah Nevan. Nyaris mati gara-gara Nevan. Kehilangan sesuatu yang berharga, karena Nevan.

Bagi Briana semua ini adalah salah Nevan. Semua berpusat pada cowok yang sedang berdiri di sampingnya sekarang. Walaupun parasnya mirip bule, cowok idaman. Namun, apapun yang terjadi harus ada di bawah kendalinya. Entahlah, batin Briana.

“Apa lo lagi deket sama cowok lain ?” tanya Nevan.

Briana memutar bola matanya jengah. “Nggak ada.”

Nevan manggut-manggut. Mencoba menyelami perasaan Briana yang sesungguhnya.

“Um, lo udah makan ?”

Briana menggeleng, matanya masih tetap mengawasi hujan yang makin lama makin deras. Dia pun mengumpat dalam hati karena saking kesalnya. Coba saja tidak hujan, dia tidak akan pernah lagi terjebak dengan pria di sampingnya ini sekarang.

“Ayo makan, ntar maag lo kambuh lagi.”

Tentu saja Briana dengan cepat menggeleng. “Ng-gak usah.”

“Hujannya kayaknya bakalan awet deh. Nggak bakal ada ojol lewat.”

Briana memejamkan matanya sejenak. Lalu melirik arlojinya, sudah pukul 19.15. Sudah lewat dari jam makan malamnya. Biasanya Briana makan sekitar pukul 17.30, dan paling malam jam 18.30. Tapi, ucapan Nevan sangat tepat.

“Gimana ?” tanya Nevan lagi.

Dengan berat hati, Briana mengangguk menyetujui ajakan Nevan. Sambil mengekori Nevan ke area parkir, Briana mencoba untuk sejenak berpikiran positif. Semua akan baik-baik saja. Nevan hanya mengajaknya untuk makan saja bukan ?

Nevan memastikan Briana sudah duduk aman di sampingnya. Tak biasanya Briana segelisah ini, dia takut tiba-tiba dirinya akan diculik ke apartement Nevan lagi. Briana meremas jari-jarinya dengan cemas.

Tak ada yang bersuara memulai untuk bicara. Namun, biarlah tetap seperti ini, batin Briana. Hingga akhirnya, suara ponsel Briana memecah keheningan di dalam mobil itu.

Elsa calling...

Kening Briana berkerut-kerut. Tumben-tumbenan Elsa menelfonnya malam ini.

“Halo, iya Sa. Ada apa ?”

“Ha-halo, Kak Briana. Maaf ya saya ganggu, Elsa mau minta maaf kalo tadi lupa naruh kuncinya di tempat biasa. Ini Elsa udah sampe di rumah. Aduh gimana Kak, ini. Maaf.”

Secara tak sadar Briana meremas benda pipih kesayangannya ini dengan geram. Nevan melirik Briana yang marah. Tampak, dia mengangkat sudut atas bibirnya membentuk sebuah senyuman.

“L-lo kapan pinternya sih, Sa!” bentak Briana, emosi.

“Ma-maaf, Kak Briana.. Elsa mesti gimana, kak. Apa Elsa kudu balik ?”

“Nggak usah, lagian ini udah malem. Lain kali jangan ceroboh! Mana gue nggak bawa kunci cadangan, gara-gara ngandelin lo doang!”

Klik! Tanpa basa-basi Briana memutus telfonnya sepihak. Walaupun Elsa sepertinya sedang menangis karena takut. Peduli setan, batin Briana.

Briana mendengus kesal, marah dan kecewa. “Kita nggak usah makan deh, Van. Lo anterin gue ke—”

Briana menjambak rambutnya frustasi. Mana mungkin dia jujur. Oh Ya Tuhan tolong Briana.

“Kemana, hm ?” timpal Nevan berusaha tenang.

“Ke.... I-itu—”

Tolong, bibirnya terasa kelu. Kakinya sangat gemetar hingga tak sadar terhentak-hentak di bawah sana. Matanya terpejam, otaknya berpikir keras. Satu lagi, masalahnya hujan makin deras. Oh lengkap sudah penderitaan Briana malam ini.

“Ke hotel!” fix Briana sudah jujur.

Nevan terkekeh. “Lo udah nggak tahan lagi ?”

Jelas saja Nevan langsung memilih-milih hotel bintang lima supaya malam panjangnya dengan Briana berkesan.

“Bu-bukan! Itu karena pegawai gue nggak ninggalin kunci rumah di bawah keset!” jawab Briana, menelan ludah.

Nevan tertawa renyah. “Yaudah, tidur di apartement gue aja kalo gitu dari pada bayar hotel.”

Briana menggeleng-gelengkan kepalanya. Ingin saat itu juga dia melompat dari mobil Nevan. Tapi, dia takut mati. “Ng-nggak! Gue bisa bayar sendiri.”

“Bawel, gue nggak akan apa-apain lo!”

Secepat kilat Nevan membawa Briana ke gedung apartementnya. Sesampainya di depan pintu, Briana mogok masuk. Jantungnya berdebar tak karuan. “Van, gue sewa harian aja deh dari pada di apartement lo.”

“Nggak ada sewa menyewa di gedung ini. Lagian lo bisa tidur di sofa itu,” kata Nevan sambil mengedikkan dagunya ke arah sofa empuknya berwarna cream.

Briana melangkah ragu. Ia kemudian mendaratkan bokongnya di sofa empuk itu dan menghembuskan nafasnya dalam-dalam.

Nevan melangkah masuk ke dalam kamarnya. Dan, dia datang membawa sebuah selimut tebal, dan satu bantal untuk Briana.

“Nih, amunisi buat lo tidur.”

Briana menunduk dan menerima kedua benda empuk itu dan menaruh di sampingnya. Dia komat-kamit, semoga Nevan dalam keadaan mode tenang.

“Gue lupa lo belum makan, bentar gue pesen makanan dulu.”

Briana tersenyum canggung. Saat, Nevan duduk di sampingnya, perasaan Briana campur aduk. Jaraknya sangat dekat. Dia melirik wajah Nevan yang bercahaya karena pantulan layar benda pipihnya. Tetap seperti dulu, tampan.

“Kenapa lo liatin gue gitu ?”

Briana segera membuang muka ke samping. Ia menyalakan benda pipihnya dan memainkan beberapa game. Mulutnya beberapa kali menguap. Matanya membola supaya tidak ketiduran.

“Tidur aja dulu, gue mau nunggu makan malem,” sahut Nevan seraya pergi ke dalam kamar.

1
Lies Atikah
ah cangkeul thor kapan bersamanya
Lies Atikah
jangan lembek bri melawan lah
Imam Kambali S. Ped
yup cepat lanjut
Lies Atikah
yang tegas atuh Bri sama Nepan kok mau aja dileceh kan udah gak punya harga diri yah s nevan ingat si nevan udah tunangan coba buka hati sama Reno kalau ga bisa berteman aja buat si natan cemburu jangan jadi lembek
Imam Kambali S. Ped
tenang dibawa nevan
Herlina
Luar biasa
Surati
bagus
Fidia K.R ✨
Aku udah mampir di ceritanya ka thor yaa😉 Overalls aku suka jalan cerita nya👍🏻
💞N⃟ʲᵃᵃ࿐yENni💖
maaf kak baru mampir, awal cerita yg luar biasa semoga seterusnya ceweknya gak melow jgn mau ditindas trs sm cwok 👍👍👍😍😍😍😍😍
վմղíα | HV💕
nyimak thor mampir juga keceritaku
𝕾𝖆𝖌𝖊🄶𝖗𝖊𝖊𝖓92࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐
Jangan lupa baca karya terbaru Author dengan judul Cinta Yang Lain ya... 🥰
©h♦©♦
Otw ikut kak!
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
kak ak mampir ya
tina yusuf
akur ceritanya bagus ,suka
tina yusuf
briana jangan mau di perlakukan begitu putusin aja
Widya Tutik
keren
🌕🌊🍁🪷
jangan lupa minta daddy nevan belikan pabriknya sekalian boy
𝕾𝖆𝖌𝖊🄶𝖗𝖊𝖊𝖓92࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐: Pabrik thomas and friends 😅😅
total 1 replies
𝕾𝖆𝖌𝖊🄶𝖗𝖊𝖊𝖓92࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐
Hi kak Elna, akan ada extra chapter dan next ada kejutan lagi..

Jangan lupa subscribe supaya kalau aku update bisa kelihatan di kakak. ☺😘
Elna Nur
ini serius end thor🥺
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
judulnya kok gda kak?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!