Maura Geraldin, wanita cantik yang berprofesi sebagai Dokter kandungan, akhirnya menerima lamaran dari sang kekasih yang baru di kenalnya selama 6 bulan, yaitu Panji Kristian anak terakhir dari keluarga Abraham yaitu pemilik perusahaan batu bara.
Namun tidak menyangka Panji, Laki-laki yang di cintai Maura ternyata mempunyai wanita lain di belakang Maura, padahal mereka berdua sudah bertunangan, akan kah Maura membatalkan pertunangannya, atau malah mempertahankan hubungan mereka.
Jika kalian penasaran simak terus yukk perjalanan mereka.. jangan kasih kendor.. Dan jangan lupa untuk like nya juga.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28
Satu minggu pun berlalu, setelah Kenan menunjukan jati dirinya kepada Maura, dia lebih dekat dengan keluarga Maura, bahkan mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama, apa lagi Maura, dia lebih sering bertemu dengan Kenan. Saat ini Kenan dan Maura tampak dekat, namun belum ada ikatan pacaran, mereka masih sebatas sahabat dekat. Saking dekatnya bahkan mereka lebih sering keluar bersama hanya sekedar makan atau menemani Maura berbelanja.
Sakit yang Maura pernah rasakan kini sudah mulai berkurang, walaupun belum seratus persen hilang, sesekali ia masih teringat dengan Panji yang dulu pernah mewarnai hari-harinya. Namun sekarang berubah sudah ada sosok Kenan yang selalu di sampingnya. Kenan selalu siap siaga ada untuk Maura. Walaupun mereka sibuk dengan kesibukan masing-masing Maura yang berprofesi sebagai dokter dan Kenan yang menjadi CEO di perusahaan keluarga yang telah mengadopsinya dari kecil, namun mereka tetap berusaha untuk saling berbagi waktu, dan tetap bertemu walaupun hanya sebentar.
Sebenarnya Kenan sudah suka dengan Maura dari mereka kecil, namun entah dengan Maura, apakah ia juga bisa suka dengan dirinya, secara Maura baru saja kehilangan seseorang yang baginya dulu sangat penting, pasti ia mempunyai luka trauma yang cukup dalam. Suatu ketika Kenan pernah ada niatan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Maura, namun dia takut Maura akan menolaknya, secara Maura baru saja putus dari Panji. Apa lagi mereka berpisah dengan cara yang menyakitkan karena Panji berselingkuh dengan ibunda Maura.
Kenan juga takut, Maura akan merasa tidak nyaman karena di antara mereka ada yang menyatakan cinta dan mempunyai rasa, lebih baik begini saja, berjalan dengan semestinya. Biarkan Kenan memendam sendiri perasaan itu, tanpa Maura tahu kalau sebenarnya Kenan sangat mencintainya.
"Pekerjaan ku sudah selesai, kamu gimana?." tanya Maura sambil melepas almamater putih miliknya.
"Aku juga sudah selesai, aku jemput di rumah sakit ya." ucap Kenan dari sambungan telepon.
"Kamu ngak pa-pa kesini, lokasi kantor mu dan rumah sakit cukup jauh lo."
"Tidak apa-apa, lagi pula apa sih yang ngga buat kamu." ucap Kenan lagi dan seketika membuat Maura tersenyum.
Hari ini Kenan dan Maura akan pergi ke sebuah tempat, mereka ingin menghabiskan waktu bersama setelah seharian bekerja. Maura sudah berjalan keluar dari ruangannya untuk masuk ke dalam lift. Tidak lama lift pun sudah terbuka. Maura memutuskan untuk menunggu Kenan di cafe yang letaknya di depan rumah sakit. Maura sudah duduk santai di cafe tersebut sambil menikmati ice coffee kesukaannya Namun saat Maura masih sibuk dengan ponselnya tiba-tiba ia di kejutkan dengan kedatangan Panji di depannya.
"Kemana saja? kenapa tidak pernah ada kabar? dan kenapa nomor telepon ku kamu blokir?." Panji yang sudah berdiri di depan Maura.
Maura yang melihat ke hadiran Panji di cafe tersebut seketika menjadi malas. Maura pun sudah beranjak berdiri dari tempat duduknya untuk bersiap pergi dari cafe tersebut. Ia sudah melangkahkan kakinya sambil menenteng tas branded nya, namun saat baru beberapa langkah jalan, tangan Maura langsung di tarik begitu saja oleh Panji.
"Mau kemana kamu? aku sedang bicara sama kamu, apa kamu tidak mendengarnya?."
"Ih.. apaan sih.. lepasin! sakit tauk!." Maura yang mencoba mengibaskan tangannya, namun sayang cengkraman Panji begitu sangat kuat. "Panji lepaskan tanganku!."
"Apa kamu sudah mempunyai cowok lain? haa, sampai kamu mengabaikan aku begitu saja."
"Apa kamu lupa? kita sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa, bahkan ayahmu saja juga sudah menerima bahwa kita sudah selesai, lalu apa yang kamu inginkan dari ku? kita sudah putus!." ucap Maura yang masih mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Panji.
"Aku tidak mau kita putus, aku mau kita tetap menikah Maura!." Panji yang seketika menarik tubuh Maura, agar lebih dekat darinya.
Maura tatap laki-laki di depannya, namun tatapan itu sudah tidak seperti dulu, tatapan yang penuh dengan kasih sayang, melainkan kebencian, Maura tatap mata Panji dengan penuh kebencian. "Aku sudah tidak mau menikah denganmu, jika kamu ingin menikah, nikahin saja mamaku, lagi pula sebentar lagi dia cerai dari papaku, bukankah itu peluang bagus untuk mu agar kembali mendapatkan mamaku."
"Aku tidak pernah mencintai mamamu, aku hanya mencintaimu Maura?."
"Stop! stop Panji.. kita sudah tidak mempunyai hubungan, dan aku minta kamu jangan lagi menggangguku, biarkan aku pergi dan aku juga membiarkan mu pergi untuk mendapatkan wanita yang lebih baik dariku, aku mohon lupakan semua kenangan kita dulu, jangan saling menyakiti." ucap Maura agar Panji paham jika dia sudah tidak mau lagi dengannya.
"Tidak.. aku tidak akan pernah melupakan mu, jika aku tidak bisa mendapatkan mu, orang lain juga tidak boleh memilikimu."
Kenan yang baru saja memarkirkan mobilnya, seketika menatap ke arah dalam cafe, ia melihat Maura sedang bersama Panji. Kenan pun seketika langsung keluar dari mobil untuk masuk ke dalam cafe. Saat masuk Kenan melihat bahwa Maura merasa kesakitan karena cengkraman Panji yang begitu kasar.
"Lepaskan dia!." Kenan yang sudah menarik tangan Panji agar terlepas dari tangan Maura.
Maura yang melihat ke hadiran Kenan di sana begitu sangat lega, karena Maura merasa sangat aman jika berada di samping Kenan.
"Kamu lagi.. kamu lagi.." Panji yang menatap benci ke arah Kenan. "Lo sebenarnya siapa sih? selalu datang dan mengganggu gue bersama Maura?." tunjuk Panji ke arah Kenan.
"Nggak usah nunjuk-nunjuk!." Kenan yang mendorong tubuh Panji begitu saja.
"Kenapa!." Panji yang kembali mendorong tubuh Kenan. "Lo nggak Terima gue tunjuk?."
"Lo itu nggak punya malu ya, udah selingkuh, lalu di putusin tetep aja memaksa Maura sama lo, Maura itu udah nggak mau sama lo.. mending.. lo cari tu tante-tante di luar sana, selera lo kan tante-tante." ejek Kenan.
"Brak!." Panji yang mencoba untuk memukul Kenan namun tidak kena."
"Sini lo maju laki-laki berwajah tembok, kalau berani."Kenan yang menantang Panji untuk berkelahi.
"Apa lo bilang, sialan!." umpat Panji.
"Brak!." Panji yang sudah memukul wajah Kenan begitu saja.
Kenan yang mendapat pukulan dari Panji masih merasa tenang. Dan tiba-tiba.
"Bruak.. Bruak.." Kenan yang seketika memukul Panji berkali-kali hingga Panji tersungkur di lantai.
"Sini lo bangun, katanya berani sama gue?." Kenan yang menyuruh Panji untuk kembali berdiri.
Maura yang melihat mereka berkelahi seketika menjadi panik. Maura pun mencoba mendekat untuk melerai mereka berdua. "Kenan.. Panji.. stop..." teriak Maura, namun tiba-tiba.
"Kebanyakan bacot lo.. bruak." Panji yang akan memukul wajah Kenan namun salah sasaran.
"Buk!." Maura yang terjatuh di lantai lalu tak sadarkan diri.
"Maura?." teriak Kenan. "Lo gila ya, cewek lo pukul?."
"Gue ngga sengaja goblok!." ucap Panji yang seketika panik karena Maura tak sadarkan diri.
"Ra.. Maura.. bangun Ra.." Kenan yang terus menepuk-nepuk pipi Maura, namun tetap saja, Maura masih tak sadarkan diri.
"Gila lo!." bentak Kenan memaki Panji, lalu merai tubuh Riri untuk masuk ke dalam mobil.
.
.
Yok yang belum like di like dulu.. supaya author lebih semangat lagi untuk up nya.